- Beranda
- Stories from the Heart
Cewek Kelinci (Usagi no Onna no Ko) ウサギの女の子
...
TS
NihonDamashii
Cewek Kelinci (Usagi no Onna no Ko) ウサギの女の子
Halo agan-agan,
Setelah sekian lama jadi silent reader di SFTH ini, akhirnya ane beranikan diri untuk ikut membuat thread dan menulis cerita.
Cerita ini adalah mix antara true story gw dengan fiksi.
Bagian mana yang true story, dan bagian mana yang fiksi, ane serahkan kepada agan untuk menebaknya aja ya
Tujuan ane nulis cerita ini, adalah semoga agan-agan disini terhibur.
Atau mungkin cerita ini bisa jadi temen agan minum kopi. Atau setidaknya, sambil menunggu cerita di thread laen yang belom di update sama suhu TSnya, bolehlah sekiranya agan mampir dulu disini, menunggu update-an dari mereka keluar
HARAP DIBACA DULU!
Oke deh, langsung aja ya. Selamat menikmati
INDEX:
BAB 1: Cieee.. Honeymoon Cieee...!!
- PART 1
- PART 2
- PART 3
- PART 4
- PART 5
BAB 2: Jepang, Aku Datang!
- PART 1
- PART 2
- PART 3
- PART 4 (With Japanese Translation)
BAB 3: Sendai dan Wortel?
- PART 1 (With Japanese Translation)
- PART 2
- PART 3 (With Japanese Translation)
- PART 4 (With Japanese Translation)
- PART 5 (With Japanese Translation)
- PART 6 (With Japanese Translation)
- PART 7 (With Japanese Translation)
- PART 8 (With Japanese Translation)
- PART 9 (With Japanese Translation)
- PART 10 (With Japanese Translation)
- PART 11 (With Japanese Translation)
- PART 12 (With Japanese Translation)
- PART 13 (With Japanese Translation)
BAB 4: Dia Datang!
- PART 1 (With Japanese Translation)
- PART 2
- PART 3
- PART 4 (With Japanese Translation)
- PART 5
- PART 6 (With Japanese Translation)
- PART 7 (With Japanese Translation)
- PART 8
- PART 9 (With Japanese Translation)
BAB 5: Pulang (Datang) Ke Indonesia!
- PART 1 (With Japanese Translation)
- PART 2 With Japanese Translation)
- PART 3
- PART 4 (End) (With Japanese Translation)
Cewek Kelinci (Special Part)
- PART - 1 Japanese Version -> Click Here
- PART - 2
Setelah sekian lama jadi silent reader di SFTH ini, akhirnya ane beranikan diri untuk ikut membuat thread dan menulis cerita.
Cerita ini adalah mix antara true story gw dengan fiksi.
Bagian mana yang true story, dan bagian mana yang fiksi, ane serahkan kepada agan untuk menebaknya aja ya

Tujuan ane nulis cerita ini, adalah semoga agan-agan disini terhibur.
Atau mungkin cerita ini bisa jadi temen agan minum kopi. Atau setidaknya, sambil menunggu cerita di thread laen yang belom di update sama suhu TSnya, bolehlah sekiranya agan mampir dulu disini, menunggu update-an dari mereka keluar

HARAP DIBACA DULU!
Quote:
Di bagian INDEX, ada part-part yang diberi keterangan: With Japanese Translation. Artinya ada 2 versi cerita yang ane tulis. Versi pertama adalah versi tanpa terjemahan bahasa Jepang, yang kedua adalah versi dengan terjemahan bhs Jepang.
Versi kedua ada di bawah versi pertama. Jadi tinggal scroll saja ke bawah.
Bagi yang tidak ingin ter-distract dan fokus pada isi cerita, silakan baca versi pertama.
Bagi yang ingin sekalian mengetahui bhs Jepang di setiap dialognya, silakan baca versi kedua.
Versi kedua ada di bawah versi pertama. Jadi tinggal scroll saja ke bawah.
Bagi yang tidak ingin ter-distract dan fokus pada isi cerita, silakan baca versi pertama.
Bagi yang ingin sekalian mengetahui bhs Jepang di setiap dialognya, silakan baca versi kedua.
Oke deh, langsung aja ya. Selamat menikmati

INDEX:
BAB 1: Cieee.. Honeymoon Cieee...!!
- PART 1
- PART 2
- PART 3
- PART 4
- PART 5
BAB 2: Jepang, Aku Datang!
- PART 1
- PART 2
- PART 3
- PART 4 (With Japanese Translation)
BAB 3: Sendai dan Wortel?
- PART 1 (With Japanese Translation)
- PART 2
- PART 3 (With Japanese Translation)
- PART 4 (With Japanese Translation)
- PART 5 (With Japanese Translation)
- PART 6 (With Japanese Translation)
- PART 7 (With Japanese Translation)
- PART 8 (With Japanese Translation)
- PART 9 (With Japanese Translation)
- PART 10 (With Japanese Translation)
- PART 11 (With Japanese Translation)
- PART 12 (With Japanese Translation)
- PART 13 (With Japanese Translation)
BAB 4: Dia Datang!
- PART 1 (With Japanese Translation)
- PART 2
- PART 3
- PART 4 (With Japanese Translation)
- PART 5
- PART 6 (With Japanese Translation)
- PART 7 (With Japanese Translation)
- PART 8
- PART 9 (With Japanese Translation)
BAB 5: Pulang (Datang) Ke Indonesia!
- PART 1 (With Japanese Translation)
- PART 2 With Japanese Translation)
- PART 3
- PART 4 (End) (With Japanese Translation)
Cewek Kelinci (Special Part)
- PART - 1 Japanese Version -> Click Here
- PART - 2
Quote:
BAB 1 Part 1
“Satu...dua...tiga...ya!” seru tukang foto keliling kepada kami.
“Wuuuhuuuuuu..!!!” “Hahahaha....!!!!” seru kami, tertawa lepas. Topi toga pun berseliweran ke atas.
Si bapak tukang foto Cuma bisa senyum sambil geleng-geleng kepala ngeliat tingkah laku kami.
Hari ini adalah hari yang telah lama kami nantikan. Hari dimana para mahasiswa yang selama beberapa bulan kurang tidur, datang ke kampus dengan muka kusut, mata merah, dan mendadak akrab dengan para dosen, terutama dengan dosen-dosen pembimbing, melepaskan status mahasiswanya dan menjadi para wisudawan-wisudawati.
Selama beberapa bulan terakhir ini, kami, para mahasiswa jurusan sastra Jepang, telah menumpahkan segala kemampuan dan tenaga kami untuk menyelesaikan skripsi kami.
Penyelesaian skripsi yang setengah mati kami lakukan, masih harus ditambah lagi dengan sidang skripsi. Namun demi kelulusan, kami pantang menyerah. Bahkan tak sedikit yang rela mengorbankan sesuatu yang disukainya demi skripsi.
Rifki, teman gw yang hampir setiap hari main game di PC nya, berkorban untuk tidak menyentuh gamenya selama dia mengerjakan skripsi.
Boni, yang kerjaannya pacaran melulu, selama beberapa bulan terakhir ini jarang kelihatan berduaan dengan ceweknya. Dia bilang dia udah janji ke ceweknya untuk menyelesaikan skripsi tahun ini dan jadi sarjana. Jadi dia minta ke ceweknya untuk mengurangi waktu jalan-jalan dan apel malam minggu.
Ada juga seorang cewek di kelas gw yang mutusin pacarnya karena ingin fokus menyelesaikan skripsi. Gw agak kaget waktu ngedenger kabar itu dari temen-temen seper-gosip-annya. Gw gak ngerti, apa hubungannya nyelesaiin skripsi dengan mutusin pacar. Tapi ya udahlah. Gw gak mau ikut campur.
Gw? Gw sendiri gak berkorban begitu banyak dan ekstrim kayak temen-temen gw. Gw selama beberapa bulan terakhir ini Cuma berkorban waktu tidur aja. Skripsi gw berhasil membuat gw Cuma tidur 3-4 jam.
Tapi hari ini, dengan pakaian dan topi toga yang kami pakai, kami resmi menjadi sarjana S1. Sarjana Sastra.
Gw bakal punya waktu tidur yang banyak lagi. Si Rifki bakal bisa mesra-mesraan lagi sama komputernya. Si Boni bakal punya kebanggaan di depan calon mertuanya karena udah lulus S1.
Cuma ada 6 orang dari angkatan gw yang berhasil menyelesaikan skripsi tahun ini. Dan Alhamdulillah, gw termasuk salah satu di dalamnya.
“Ta! Kita foto berdua, yuk!” kata Gw pada Sinta setelah sesi foto rame-rame satu angkatan selesai.
“uhmm..OK,” jawab Sinta. “Mer, tolong fotoin kita, ya,” pinta Sinta pada Merta, temen sekelas kami.
“Cieee...foto prewed nih ceritanya.. Rangga dan Sinta,” goda Merta.
“Apaan sih.. Udah cepet fotoin,” seru Sinta sambil nyodorin hape gw. Gw Cuma bisa senyum.
“Iye, bawel,” Merta menurut. “Nih, udah,” katanya sambil mengembalikan hape ke gw.
“Jadi nih, kalian ke Jepang? Honeymoon nih yeee...” Goda Merta lagi.
Dan kalimat Merta tadi berhasil membuat temen-temen gw yang tadinya udah mau bubar, pada ngumpul lagi, ngerubungin gw dan Sinta.
“Elo berdua sekalian mau nikah disono, ya?” celetuk Rifki.
“Sok tau!” jawab Sinta sambil mencubit lengan Rifki.
“Aw! Sakit tau!” protes Rifki.
“Biarin!” Sewot Sinta.
“Udah...Udah...ribut mulu. Panas nih. Kita ke dalem lagi, yuk,” sela gw.
Kami semua pun mulai kembali ke dalam gedung.
“Eh, Ga, ntar kalo lo sama Sinta ke Jepang, lu lamar aja do’i,” bisik Rifki sambil berjalan.
“Anak orang maen lamar aja. Gw mau mikirin kerja dulu,” jawab gw.
“ah elo. Mikirin kerja mah abis ngelamar kan bisa,” seru Rifki tak mau kalah. “Lagian nih ya, kapan lagi lu sama Sinta bisa berduaan. Ke Jepang lagi. Jepang men..Jepang!” Tambah dia.
“Gimana ntar, deh” sahut gw.
“Tar kalo udah puropoozu*, kasih tau gw ya. Pokonya gw harus jadi orang pertama yang tau kalo kalian berdua tunangan.” Seru Rifki.
“Ho oh...,” jawab gw sambil ngeloyor meninggalkan Rifki. Kalo udah cerita tentang hubungan gw sama Sinta, itu anak emang berapi-api. Dan gw kadang gak bisa nanggepin omongan dia yang udah berapi-api itu. Gw suka jawab sekenanya aja. Bukan apa-apa, gw bukan tipe orang yang blak-blakan kalo ngomongin soal percintaan.
“Ga! Lo mau kemana?” Tanya Rifki yg gw tinggalkan di belakang gw.
“Makan,” jawab gw pendek.
==============================================================================================
*Puropoozu: ngelamar pasangan
“Satu...dua...tiga...ya!” seru tukang foto keliling kepada kami.
“Wuuuhuuuuuu..!!!” “Hahahaha....!!!!” seru kami, tertawa lepas. Topi toga pun berseliweran ke atas.
Si bapak tukang foto Cuma bisa senyum sambil geleng-geleng kepala ngeliat tingkah laku kami.
Hari ini adalah hari yang telah lama kami nantikan. Hari dimana para mahasiswa yang selama beberapa bulan kurang tidur, datang ke kampus dengan muka kusut, mata merah, dan mendadak akrab dengan para dosen, terutama dengan dosen-dosen pembimbing, melepaskan status mahasiswanya dan menjadi para wisudawan-wisudawati.
Selama beberapa bulan terakhir ini, kami, para mahasiswa jurusan sastra Jepang, telah menumpahkan segala kemampuan dan tenaga kami untuk menyelesaikan skripsi kami.
Penyelesaian skripsi yang setengah mati kami lakukan, masih harus ditambah lagi dengan sidang skripsi. Namun demi kelulusan, kami pantang menyerah. Bahkan tak sedikit yang rela mengorbankan sesuatu yang disukainya demi skripsi.
Rifki, teman gw yang hampir setiap hari main game di PC nya, berkorban untuk tidak menyentuh gamenya selama dia mengerjakan skripsi.
Boni, yang kerjaannya pacaran melulu, selama beberapa bulan terakhir ini jarang kelihatan berduaan dengan ceweknya. Dia bilang dia udah janji ke ceweknya untuk menyelesaikan skripsi tahun ini dan jadi sarjana. Jadi dia minta ke ceweknya untuk mengurangi waktu jalan-jalan dan apel malam minggu.
Ada juga seorang cewek di kelas gw yang mutusin pacarnya karena ingin fokus menyelesaikan skripsi. Gw agak kaget waktu ngedenger kabar itu dari temen-temen seper-gosip-annya. Gw gak ngerti, apa hubungannya nyelesaiin skripsi dengan mutusin pacar. Tapi ya udahlah. Gw gak mau ikut campur.
Gw? Gw sendiri gak berkorban begitu banyak dan ekstrim kayak temen-temen gw. Gw selama beberapa bulan terakhir ini Cuma berkorban waktu tidur aja. Skripsi gw berhasil membuat gw Cuma tidur 3-4 jam.
Tapi hari ini, dengan pakaian dan topi toga yang kami pakai, kami resmi menjadi sarjana S1. Sarjana Sastra.
Gw bakal punya waktu tidur yang banyak lagi. Si Rifki bakal bisa mesra-mesraan lagi sama komputernya. Si Boni bakal punya kebanggaan di depan calon mertuanya karena udah lulus S1.
Cuma ada 6 orang dari angkatan gw yang berhasil menyelesaikan skripsi tahun ini. Dan Alhamdulillah, gw termasuk salah satu di dalamnya.
“Ta! Kita foto berdua, yuk!” kata Gw pada Sinta setelah sesi foto rame-rame satu angkatan selesai.
“uhmm..OK,” jawab Sinta. “Mer, tolong fotoin kita, ya,” pinta Sinta pada Merta, temen sekelas kami.
“Cieee...foto prewed nih ceritanya.. Rangga dan Sinta,” goda Merta.
“Apaan sih.. Udah cepet fotoin,” seru Sinta sambil nyodorin hape gw. Gw Cuma bisa senyum.
“Iye, bawel,” Merta menurut. “Nih, udah,” katanya sambil mengembalikan hape ke gw.
“Jadi nih, kalian ke Jepang? Honeymoon nih yeee...” Goda Merta lagi.
Dan kalimat Merta tadi berhasil membuat temen-temen gw yang tadinya udah mau bubar, pada ngumpul lagi, ngerubungin gw dan Sinta.
“Elo berdua sekalian mau nikah disono, ya?” celetuk Rifki.
“Sok tau!” jawab Sinta sambil mencubit lengan Rifki.
“Aw! Sakit tau!” protes Rifki.
“Biarin!” Sewot Sinta.
“Udah...Udah...ribut mulu. Panas nih. Kita ke dalem lagi, yuk,” sela gw.
Kami semua pun mulai kembali ke dalam gedung.
“Eh, Ga, ntar kalo lo sama Sinta ke Jepang, lu lamar aja do’i,” bisik Rifki sambil berjalan.
“Anak orang maen lamar aja. Gw mau mikirin kerja dulu,” jawab gw.
“ah elo. Mikirin kerja mah abis ngelamar kan bisa,” seru Rifki tak mau kalah. “Lagian nih ya, kapan lagi lu sama Sinta bisa berduaan. Ke Jepang lagi. Jepang men..Jepang!” Tambah dia.
“Gimana ntar, deh” sahut gw.
“Tar kalo udah puropoozu*, kasih tau gw ya. Pokonya gw harus jadi orang pertama yang tau kalo kalian berdua tunangan.” Seru Rifki.
“Ho oh...,” jawab gw sambil ngeloyor meninggalkan Rifki. Kalo udah cerita tentang hubungan gw sama Sinta, itu anak emang berapi-api. Dan gw kadang gak bisa nanggepin omongan dia yang udah berapi-api itu. Gw suka jawab sekenanya aja. Bukan apa-apa, gw bukan tipe orang yang blak-blakan kalo ngomongin soal percintaan.
“Ga! Lo mau kemana?” Tanya Rifki yg gw tinggalkan di belakang gw.
“Makan,” jawab gw pendek.
==============================================================================================
*Puropoozu: ngelamar pasangan
Diubah oleh NihonDamashii 17-12-2015 20:01
pulaukapok dan 2 lainnya memberi reputasi
3
162.2K
Kutip
860
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
NihonDamashii
#838
UPDATE SP 2
Quote:
SPECIAL PART 2
Pesawat yang gw dan Keiko tumpangi akhirnya mendarat dengan mulus di bandara Ngurah Rai. Cuaca di Bali sedang cerah. Di dalam bandara sudah ramai orang baik itu pribumi maupun asing.
Turun dari pesawat kami lanjutkan berjalan kaki menuju klaim bagasi, lalu pergi keluar menuju tempat parkir bandara. Disana, sudah ada salah satu agan kaskuser yang udah janjian bersedia menyewakan motornya selama gw dan Keiko di Bali.
Sesampainya di parkiran, gw dan agan ini ngobrol sebentar sebelum dia pamit.
"Kita pake motor?’ tanya Keiko pada gw.
"Iya,’
"Ini pertama kalinya aku naik motor,’ seru dia antusias, sambil melihat-lihat motor matic yang ada disampingnya.
Bener juga. Walaupun motor ini buatan Jepang, kenyataannya di Jepang sendiri tidak banyak orang yang memakai motor. Kebanyakan dari mereka lebih memilih menggunakan alat transportasi umum, seperti kereta atau bis.
"Yuk, pergi,’ ajak gw sambil menaiki motor.
Keiko pun duduk di belakang gw, dan kami mulai melaju meninggalkan bandara, menuju penginapan.
"Kita mau kemana sekarang?’ tanya Keiko, suaranya tersamar oleh hembusan angin yang bertiup.
"Kita ke penginapan. Aku udah booking kamar disana,’ jawab gw setengah berteriak.
"Kamu tau jalannya?’ tanyanya lagi.
"Nggak. Tapi nanti aku liat-liat petunjuk jalan aja,’ sahut gw jujur.
Penginapan yang akan kami tempati ini berada di sekitar Nusa Dua. Gw sengaja pilih penginapan yang dekat Pantai Nusa Dua, agar gampang kalau mau jalan-jalan ke pantai.
Untuk orang Jepang seperti Keiko, gw pikir pantai adalah tujuan utama mereka mau datang ke Bali.
Jarak dari bandara menuju penginapan sekitar 15 km. Tidak dekat, tapi tidak terlalu jauh juga dari bandara.
Setelah sekitar setengah jam kami berkendara, akhirnya kami sampai di penginapan tersebut. Kami pun masuk dan disambut oleh seorang resepsionis. Setelah gw mengonfirmasi 2 kamar yang udah gw pesen, kami pun diajak ke kamar kami.
Penginapannya cukup nyaman, walaupun bukan hotel berbintang.
"Silakan, ini kamar-kamarnya,’ kata mbak yang mengantar kami. Kamar gw dan Keiko bersebelahan.
"Terima kasih, mbak,’ jawab gw. Mbak itu pun pergi lagi menuju lobi depan.
"Kamu mau dimana?’ tanya gw sambil menunjuk dua pintu kamar yang bersebelahan.
"Aku yang ini aja,’ katanya sambil menunjuk ke salah satu pintu.
"OK,’ sahut gw.
"Rangga-san, kita ke pantai yuk!’ ajak dia.
Baru nyampe, udah mau jalan-jalan aja. Tapi boleh juga sih...
"OK. Aku mau mandi dulu. Kita ketemu di lobi depan aja,’ usul gw sambil mulai memasukkan kunci kamar.
"OK, ’ ujar Keiko sambil melakukan hal yang sama, lalu kami pun masuk ke kamar kami.
Gw pun mulai sedikit beres-beres koper, lalu mandi. Beres mandi dan ganti pakaian, gw pergi menuju lobi.
Di lobi, Keiko belum ada. Setelah akhirnya menunggu 10 menit, Keiko muncul. Dengan celana pendek dan t-shirt longgar warna cerah, Keiko tampaknya siap untuk bermain di pantai.
"Kamu laper gak?’ tanya gw ketika Keiko menghampiri gw.
"Iya,’ sahut Keiko.
"Kalo gitu kita cari makan dulu,’
"OK,’
"Kamu suka makanan pedes?’
"Kalo gak terlalu pedes gak apa-apa,’ sahut dia setelah berpikir sejenak.
"OK, kalo gitu yuk,’
Kami pun bergegas menuju parkiran penginapan untuk mengambil motor.
Gw dan Keiko pun muter-muter sekitaran Nusa Dua mencari tempat makan. Lalu setelah beberapa lama kemudian, akhirnya gw menemukan salah satu tempat makan yang keliatannya nyaman dan enak.
Kami pun masuk ke dalam, lalu duduk di salah satu meja.
"Mau makan apa?’ tanya gw.
"Hmmm...,’ Keiko melihat-lihat menu makanan.
"Makanan khas Bali apa?’ tanya dia setelah cukup lama melihat-lihat.
"Hmm...kamu mau coba Ayam Betutu dan Sate Lilit?’ usul gw.
"Boleh deh. Aku coba aja,’ katanya sambil menutup buku menu.
Tak lama kemudian, hidangan pun datang. Gw mempersilakan Keiko untuk mencoba semua makanan yang ada.
"Enak!’ katanya sambil menyuap setusuk Sate Lilit.
Gw melihat Keiko tanpa bisa menyembunyikan senyuman gw. Entah kenapa, senang rasanya ketika ada orang asing yang menyukai suatu hal dari Indonesia.
Beres makan, kami pun melanjutkan perjalanan kami. Kali ini tujuan kami adalah Pantai Nusa Dua.
Sampai disana, gw melihat suasana pantai tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa turis asing maupun turis lokal yang sama-sama sedang menikmati keindahan pantai yang sudah terkenal ini.
Waktu sudah beranjak sore ketika kami sampai di pantai, langit sudah terlihat menjingga.
Gw dan Keiko berjalan menuju bibir pantai, menuju ombak yang sudah mulai pasang.
Lalu kami berdua mulai berjalan-jalan menyusuri bibir pantai. Ombak kecil menggulung menyentuh kaki kami.
"Gimana, menyenangkan?’ tanya gw pada Keiko.
"Iya. Aku suka pantai,’ katanya, menoleh ke arah gw sambil tersenyum.
"Tapi karena udah sore, jadi gak bisa main. Nanti pagi kita ke pantai lagi, ya,’ pinta Keiko.
"OK,’ jawab gw sambil memperhatikan langit yang sudah semakin menjingga.
Puas berjalan-jalan di bibir pantai, kami berdua kembali menuju penginapan. Rencananya, besok pagi kami akan ke pantai lagi.
Lalu malam itu, kami pun bersitirahat. Rasa lelah tiba-tiba menyerang gw. Rasa lelah yang mungkin dari tadi gw tahan selama perjalanan, kini meminta untuk dipulihkan.
Gw rebahkan diri gw di kasur, yang tak lama kemudian sudah membuat gw terlelap tanpa mimpi.
Esoknya, gw dan Keiko keluar kamar untuk sarapan, lalu langsung pergi ke pantai.
Kali ini gw memilih pantai Geger. Dan pilihan gw ternyata gak salah. Menurut gw, pantai Geger lebih cocok untuk tempat bermain dibanding pantai Nusa Dua.
Dan berbeda dengan kemarin, kali ini Keiko tampak lebih bersemangat begitu melihat pantai. Mungkin rasa lelah selama perjalanan sudah pulih karena semalaman beristirahat. Kini, dia kembali bersemangat.
"Rangga-san, ayo kita main ombak!’ ajaknya sambil menggenggam tangan gw, menyeret gw bersamanya ke bibir pantai.
Kami pun mulai bermain kejar-kejaran ombak. Mungkin orang-orang yang melihat kami seperti anak kecil. Dan gw juga heran, ketika kaki gw menyentuh air laut dan melihat ombak saling menepi, seolah semua perasaan menjadi ringan.
Kalo Keiko gak usah ditanya lagi. Dia kegirangan bukan main, tertawa lepas mengejar ombak sambil sesekali mendorong gw, entah apa maksudnya.
Lelah bermain-main, kami beristirahat, duduk di pasir pantai yang putih.
Sambil melihat ombak yang saling menepi, gw tiduran di pasir. Cuaca hari itu sangat cerah. Gw bisa melihat awan biru membentang, dihiasi arakan awan tipis yang memanjang.
Keiko yang ada di samping gw sedang asyik membuat sesuatu dari pasir.
"Rangga-san, bantuin aku,’ katanya sambil menarik-narik celana gw. Takut celana gw merosot, gw pun mengiyakan permintaan Keiko.
"Apaan?’ tanya gw, bangkit dari tiduran gw.
"Kita bikin istana,’ katanya sambil tangannya masih sibuk membentuk-bentuk pasir.
Dan akhirnya jadilah istana pasir yang kami buat. Walaupun akhirnya lebih mirip seperti iglo bertingkat, Keiko terlihat senang, dan geli sendiri.
"Istananya aneh!’ katanya sambil cekikikan.
Puas bermain pasir, kami lanjutkan perjalanan kami. Keiko bilang ingin belanja.
Maka kamipun pergi ke salah satu tempat perbelanjaan di Nusa Dua. Terdapat cukup banyak gerai dan toko-toko disini. Gw pun mengantar Keiko untuk membeli beberapa pakaian.
Setelah puas berbelanja, kami pulang lagi ke penginapan, untuk nanti sorenya kami akan ke Jimbaran.
Sore pun menjelang. Kami lalu melanjutkan perjalanan hari itu menuju Jimbaran. Sengaja gw pilih Jimbaran, karena katanya viewnya bagus untuk melihat sunset, sekalian nanti kami akan makan malam disana.
Sampai di tepi pantai Jimbaran yang sekaligus sebagai tempat makan, gw lihat sudah banyak orang-orang. Kami pun memilih salah satu tempat duduk yang masih kosong.
Sambil melihat sunset, kami memesan makan malam. Suasana benar-benar romantis. Diiringi desiran ombak, suasana makan di Jimbaran memang tiada duanya.
"Enak, ya,’ kata Keiko sambil melihat sekeliling.
"Iya,’ gw setuju dengan Keiko. Walaupun gw orang Indonesia, tapi gw jarang ke Bali. Dan gw bangga Indonesia punya daya tarik wisata yang sebagus ini.
"Makasih udah ngajak aku ke Bali,’ kata Keiko.
"Sama-sama. Aku juga senang kesini bareng kamu,’ ucap gw jujur.
Lalu langit semakin gelap. Warna jingga berganti dengan warna biru tua. Hanya cahaya lilin di meja-meja makan yang menerangi kami para turis malam itu.
Lama kami menikmati malam itu. Gw dan Keiko ngobrol cukup lama sambil menikmati suasana menyenangkan di Jimbaran.
Akhirnya kami pun pulang kembali ke penginapan setelah puas menikmati suasana romantis di Jimbaran.
Di perjalanan menuju pulang, sambil mengendarai motor, gw menyadari bahwa ini adalah malam terakhir kami di Bali. Besok pagi, kami sudah harus pulang.
Keiko akan pulang ke Jepang, dan gw balik lagi ke Jakarta.
Waktu seolah berputar dengan sangat cepat tanpa gw sadari.
Sampai di penginapan, kami berdua masuk ke kamar masing-masing.
Ketika gw bersiap untuk tidur, gw membayangkan hari esok yang bakal gw jalani. Besok, gw dan Keiko akan berpisah.
Esok paginya, setelah kami berdua sarapan, kami check out dari penginapan dan pergi menuju bandara.
Penerbangan Keiko lebih awal dari gw. Jadi gw ada waktu untuk mengantar Keiko dulu.
Di bandara, sambil menunggu giliran Keiko check in, kami duduk-duduk sambil mengobrol.
"Makasih ya udah ajak aku ke Bali,’ ucapnya pada gw.
Gw mengangguk sambil tersenyum.
"Sama-sama. Aku seneng bisa liburan berdua bareng kamu,’ sahut gw.
"Aku bersyukur bisa kenal kamu,’ lanjut Keiko.
"Aku juga,’ balas gw.
"Kapan kamu ke Jepang lagi?’
"Belom tau. Aku harus nabung dulu,’ jawab gw jujur.
"Kamu sendiri, kapan mau ke Indonesia lagi?’ gw balik nanya.
"Gak tau. Kalo ada pekerjaan di sini lagi, mungkin aku ke sini,’ sahutnya.
Lalu waktu check in pun tiba. Keiko beranjak dari duduknya dan menghadap ke arah gw.
"Sayounara,’ katanya sambil membungkuk.
"Makasih. Sampai nanti, ya,’ tambah Keiko .
Gw membalas membungkuk.
"Hati-hati di jalan,’ sahut gw.
Lalu, tanpa gw sadari, tiba-tiba...
BRUGGGHH..!!
Gw peluk Keiko.
"Rangga..... san?’ katanya bingung.
Dan waktu terasa berhenti....
Entah berapa lama gw peluk Keiko, gw gak tau.
"Ah, maaf..maaf..’ akhirnya gw melepas pelukan gw.
"Udah, ayo sana. Nanti telat,’ seru gw sambil mengacak-acak rambut Keiko.
Keiko tersenyum.
"Iya,’ jawabnya.
Lalu Keiko balik badan, berjalan menuju gate untuk check in.
Gw lihat Keiko melangkah semakin menjauh dari gw. Dan sekali Keiko berbalik melihat ke arah gw sambil tersenyum, lalu melambaikan tangannya.
Gw balas lambaian tangannya.
Dan Keiko pun berbelok hingga tak terlihat lagi.
Lalu gw pun beranjak dari tempat itu, berjalan menuju gate gw untuk giliran gw check in.
Setelah check in, tak lama kemudian gw masuk ke pesawat.
Di dalam pesawat, sambil melihat keluar jendela, gw tersenyum sambil membayangkan semua yang pernah gw alami bersama Keiko.
Seolah ada film yang sedang diputar di kepala gw, gw melihat kembali adegan ketika pertama kali gw bertemu Keiko, membuat cupcake wortel bersama, menggendong Keiko yang mabuk, pertemuan kami dengan Sinta, hingga sampai hari ini, liburan bersama.
Memang, ketika masih di Jakarta beberapa hari lalu, mengetahui gw dan Keiko akan ke Bali, gw merasa harus mengungkapkan perasaan gw. Perasaan suka gw pada Keiko.
Namun ketika kami mulai berada di Bali, gw merasa kalau gw gak mau kebersamaan gw bersama Keiko menjadi berubah. Gw merasa sangat bahagia saat itu, hingga gw gak mengharapkan sesuatu yang lebih lagi.
Dan akhirnya, puncak dari perasaan yang tertahan ini adalah ketika tadi gw memeluk Keiko.
Gw hanya bisa mengungkapkan perasaan gw lewat sebuah pelukan tadi. Apakah Keiko menangkap isyarat dari pelukan gw barusan? Mudah-mudahan iya.
Dan mungkin suatu hari nanti, bukan lagi pelukan yang akan gw berikan, tapi sebuah pernyataan langsung. Pernyataan rasa suka. Ya, gw harap waktu itu akan tiba.
Suatu hari nanti...
Suara deru pesawat membuyarkan lamunan gw. Dan gw mulai membayangkan hal lain. Rumah gw. Keluarga gw yang sudah lama tidak gw temui.
Inilah pengalaman gw bersama sang cewek kelinci.
Terima kasih Bali. Terima kasih Jepang. Terima kasih Keiko.
Pesawat yang gw dan Keiko tumpangi akhirnya mendarat dengan mulus di bandara Ngurah Rai. Cuaca di Bali sedang cerah. Di dalam bandara sudah ramai orang baik itu pribumi maupun asing.
Turun dari pesawat kami lanjutkan berjalan kaki menuju klaim bagasi, lalu pergi keluar menuju tempat parkir bandara. Disana, sudah ada salah satu agan kaskuser yang udah janjian bersedia menyewakan motornya selama gw dan Keiko di Bali.
Sesampainya di parkiran, gw dan agan ini ngobrol sebentar sebelum dia pamit.
"Kita pake motor?’ tanya Keiko pada gw.
"Iya,’
"Ini pertama kalinya aku naik motor,’ seru dia antusias, sambil melihat-lihat motor matic yang ada disampingnya.
Bener juga. Walaupun motor ini buatan Jepang, kenyataannya di Jepang sendiri tidak banyak orang yang memakai motor. Kebanyakan dari mereka lebih memilih menggunakan alat transportasi umum, seperti kereta atau bis.
"Yuk, pergi,’ ajak gw sambil menaiki motor.
Keiko pun duduk di belakang gw, dan kami mulai melaju meninggalkan bandara, menuju penginapan.
"Kita mau kemana sekarang?’ tanya Keiko, suaranya tersamar oleh hembusan angin yang bertiup.
"Kita ke penginapan. Aku udah booking kamar disana,’ jawab gw setengah berteriak.
"Kamu tau jalannya?’ tanyanya lagi.
"Nggak. Tapi nanti aku liat-liat petunjuk jalan aja,’ sahut gw jujur.
Penginapan yang akan kami tempati ini berada di sekitar Nusa Dua. Gw sengaja pilih penginapan yang dekat Pantai Nusa Dua, agar gampang kalau mau jalan-jalan ke pantai.
Untuk orang Jepang seperti Keiko, gw pikir pantai adalah tujuan utama mereka mau datang ke Bali.
Jarak dari bandara menuju penginapan sekitar 15 km. Tidak dekat, tapi tidak terlalu jauh juga dari bandara.
Setelah sekitar setengah jam kami berkendara, akhirnya kami sampai di penginapan tersebut. Kami pun masuk dan disambut oleh seorang resepsionis. Setelah gw mengonfirmasi 2 kamar yang udah gw pesen, kami pun diajak ke kamar kami.
Penginapannya cukup nyaman, walaupun bukan hotel berbintang.
"Silakan, ini kamar-kamarnya,’ kata mbak yang mengantar kami. Kamar gw dan Keiko bersebelahan.
"Terima kasih, mbak,’ jawab gw. Mbak itu pun pergi lagi menuju lobi depan.
"Kamu mau dimana?’ tanya gw sambil menunjuk dua pintu kamar yang bersebelahan.
"Aku yang ini aja,’ katanya sambil menunjuk ke salah satu pintu.
"OK,’ sahut gw.
"Rangga-san, kita ke pantai yuk!’ ajak dia.
Baru nyampe, udah mau jalan-jalan aja. Tapi boleh juga sih...

"OK. Aku mau mandi dulu. Kita ketemu di lobi depan aja,’ usul gw sambil mulai memasukkan kunci kamar.
"OK, ’ ujar Keiko sambil melakukan hal yang sama, lalu kami pun masuk ke kamar kami.
Gw pun mulai sedikit beres-beres koper, lalu mandi. Beres mandi dan ganti pakaian, gw pergi menuju lobi.
Di lobi, Keiko belum ada. Setelah akhirnya menunggu 10 menit, Keiko muncul. Dengan celana pendek dan t-shirt longgar warna cerah, Keiko tampaknya siap untuk bermain di pantai.
"Kamu laper gak?’ tanya gw ketika Keiko menghampiri gw.
"Iya,’ sahut Keiko.
"Kalo gitu kita cari makan dulu,’
"OK,’
"Kamu suka makanan pedes?’
"Kalo gak terlalu pedes gak apa-apa,’ sahut dia setelah berpikir sejenak.
"OK, kalo gitu yuk,’
Kami pun bergegas menuju parkiran penginapan untuk mengambil motor.
Gw dan Keiko pun muter-muter sekitaran Nusa Dua mencari tempat makan. Lalu setelah beberapa lama kemudian, akhirnya gw menemukan salah satu tempat makan yang keliatannya nyaman dan enak.
Kami pun masuk ke dalam, lalu duduk di salah satu meja.
"Mau makan apa?’ tanya gw.
"Hmmm...,’ Keiko melihat-lihat menu makanan.
"Makanan khas Bali apa?’ tanya dia setelah cukup lama melihat-lihat.
"Hmm...kamu mau coba Ayam Betutu dan Sate Lilit?’ usul gw.
"Boleh deh. Aku coba aja,’ katanya sambil menutup buku menu.
Tak lama kemudian, hidangan pun datang. Gw mempersilakan Keiko untuk mencoba semua makanan yang ada.
"Enak!’ katanya sambil menyuap setusuk Sate Lilit.
Gw melihat Keiko tanpa bisa menyembunyikan senyuman gw. Entah kenapa, senang rasanya ketika ada orang asing yang menyukai suatu hal dari Indonesia.
Beres makan, kami pun melanjutkan perjalanan kami. Kali ini tujuan kami adalah Pantai Nusa Dua.
Sampai disana, gw melihat suasana pantai tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa turis asing maupun turis lokal yang sama-sama sedang menikmati keindahan pantai yang sudah terkenal ini.
Waktu sudah beranjak sore ketika kami sampai di pantai, langit sudah terlihat menjingga.
Gw dan Keiko berjalan menuju bibir pantai, menuju ombak yang sudah mulai pasang.
Lalu kami berdua mulai berjalan-jalan menyusuri bibir pantai. Ombak kecil menggulung menyentuh kaki kami.
"Gimana, menyenangkan?’ tanya gw pada Keiko.
"Iya. Aku suka pantai,’ katanya, menoleh ke arah gw sambil tersenyum.
"Tapi karena udah sore, jadi gak bisa main. Nanti pagi kita ke pantai lagi, ya,’ pinta Keiko.
"OK,’ jawab gw sambil memperhatikan langit yang sudah semakin menjingga.
Puas berjalan-jalan di bibir pantai, kami berdua kembali menuju penginapan. Rencananya, besok pagi kami akan ke pantai lagi.
Lalu malam itu, kami pun bersitirahat. Rasa lelah tiba-tiba menyerang gw. Rasa lelah yang mungkin dari tadi gw tahan selama perjalanan, kini meminta untuk dipulihkan.
Gw rebahkan diri gw di kasur, yang tak lama kemudian sudah membuat gw terlelap tanpa mimpi.
Esoknya, gw dan Keiko keluar kamar untuk sarapan, lalu langsung pergi ke pantai.
Kali ini gw memilih pantai Geger. Dan pilihan gw ternyata gak salah. Menurut gw, pantai Geger lebih cocok untuk tempat bermain dibanding pantai Nusa Dua.
Dan berbeda dengan kemarin, kali ini Keiko tampak lebih bersemangat begitu melihat pantai. Mungkin rasa lelah selama perjalanan sudah pulih karena semalaman beristirahat. Kini, dia kembali bersemangat.
"Rangga-san, ayo kita main ombak!’ ajaknya sambil menggenggam tangan gw, menyeret gw bersamanya ke bibir pantai.
Kami pun mulai bermain kejar-kejaran ombak. Mungkin orang-orang yang melihat kami seperti anak kecil. Dan gw juga heran, ketika kaki gw menyentuh air laut dan melihat ombak saling menepi, seolah semua perasaan menjadi ringan.
Kalo Keiko gak usah ditanya lagi. Dia kegirangan bukan main, tertawa lepas mengejar ombak sambil sesekali mendorong gw, entah apa maksudnya.
Lelah bermain-main, kami beristirahat, duduk di pasir pantai yang putih.
Sambil melihat ombak yang saling menepi, gw tiduran di pasir. Cuaca hari itu sangat cerah. Gw bisa melihat awan biru membentang, dihiasi arakan awan tipis yang memanjang.
Keiko yang ada di samping gw sedang asyik membuat sesuatu dari pasir.
"Rangga-san, bantuin aku,’ katanya sambil menarik-narik celana gw. Takut celana gw merosot, gw pun mengiyakan permintaan Keiko.
"Apaan?’ tanya gw, bangkit dari tiduran gw.
"Kita bikin istana,’ katanya sambil tangannya masih sibuk membentuk-bentuk pasir.
Dan akhirnya jadilah istana pasir yang kami buat. Walaupun akhirnya lebih mirip seperti iglo bertingkat, Keiko terlihat senang, dan geli sendiri.
"Istananya aneh!’ katanya sambil cekikikan.
Puas bermain pasir, kami lanjutkan perjalanan kami. Keiko bilang ingin belanja.
Maka kamipun pergi ke salah satu tempat perbelanjaan di Nusa Dua. Terdapat cukup banyak gerai dan toko-toko disini. Gw pun mengantar Keiko untuk membeli beberapa pakaian.
Setelah puas berbelanja, kami pulang lagi ke penginapan, untuk nanti sorenya kami akan ke Jimbaran.
Sore pun menjelang. Kami lalu melanjutkan perjalanan hari itu menuju Jimbaran. Sengaja gw pilih Jimbaran, karena katanya viewnya bagus untuk melihat sunset, sekalian nanti kami akan makan malam disana.
Sampai di tepi pantai Jimbaran yang sekaligus sebagai tempat makan, gw lihat sudah banyak orang-orang. Kami pun memilih salah satu tempat duduk yang masih kosong.
Sambil melihat sunset, kami memesan makan malam. Suasana benar-benar romantis. Diiringi desiran ombak, suasana makan di Jimbaran memang tiada duanya.
"Enak, ya,’ kata Keiko sambil melihat sekeliling.
"Iya,’ gw setuju dengan Keiko. Walaupun gw orang Indonesia, tapi gw jarang ke Bali. Dan gw bangga Indonesia punya daya tarik wisata yang sebagus ini.
"Makasih udah ngajak aku ke Bali,’ kata Keiko.
"Sama-sama. Aku juga senang kesini bareng kamu,’ ucap gw jujur.
Lalu langit semakin gelap. Warna jingga berganti dengan warna biru tua. Hanya cahaya lilin di meja-meja makan yang menerangi kami para turis malam itu.
Lama kami menikmati malam itu. Gw dan Keiko ngobrol cukup lama sambil menikmati suasana menyenangkan di Jimbaran.
Akhirnya kami pun pulang kembali ke penginapan setelah puas menikmati suasana romantis di Jimbaran.
Di perjalanan menuju pulang, sambil mengendarai motor, gw menyadari bahwa ini adalah malam terakhir kami di Bali. Besok pagi, kami sudah harus pulang.
Keiko akan pulang ke Jepang, dan gw balik lagi ke Jakarta.
Waktu seolah berputar dengan sangat cepat tanpa gw sadari.
Sampai di penginapan, kami berdua masuk ke kamar masing-masing.
Ketika gw bersiap untuk tidur, gw membayangkan hari esok yang bakal gw jalani. Besok, gw dan Keiko akan berpisah.
Esok paginya, setelah kami berdua sarapan, kami check out dari penginapan dan pergi menuju bandara.
Penerbangan Keiko lebih awal dari gw. Jadi gw ada waktu untuk mengantar Keiko dulu.
Di bandara, sambil menunggu giliran Keiko check in, kami duduk-duduk sambil mengobrol.
"Makasih ya udah ajak aku ke Bali,’ ucapnya pada gw.
Gw mengangguk sambil tersenyum.
"Sama-sama. Aku seneng bisa liburan berdua bareng kamu,’ sahut gw.
"Aku bersyukur bisa kenal kamu,’ lanjut Keiko.
"Aku juga,’ balas gw.
"Kapan kamu ke Jepang lagi?’
"Belom tau. Aku harus nabung dulu,’ jawab gw jujur.
"Kamu sendiri, kapan mau ke Indonesia lagi?’ gw balik nanya.
"Gak tau. Kalo ada pekerjaan di sini lagi, mungkin aku ke sini,’ sahutnya.
Lalu waktu check in pun tiba. Keiko beranjak dari duduknya dan menghadap ke arah gw.
"Sayounara,’ katanya sambil membungkuk.
"Makasih. Sampai nanti, ya,’ tambah Keiko .
Gw membalas membungkuk.
"Hati-hati di jalan,’ sahut gw.
Lalu, tanpa gw sadari, tiba-tiba...
BRUGGGHH..!!
Gw peluk Keiko.
"Rangga..... san?’ katanya bingung.
Dan waktu terasa berhenti....
Entah berapa lama gw peluk Keiko, gw gak tau.
"Ah, maaf..maaf..’ akhirnya gw melepas pelukan gw.
"Udah, ayo sana. Nanti telat,’ seru gw sambil mengacak-acak rambut Keiko.
Keiko tersenyum.
"Iya,’ jawabnya.
Lalu Keiko balik badan, berjalan menuju gate untuk check in.
Gw lihat Keiko melangkah semakin menjauh dari gw. Dan sekali Keiko berbalik melihat ke arah gw sambil tersenyum, lalu melambaikan tangannya.
Gw balas lambaian tangannya.
Dan Keiko pun berbelok hingga tak terlihat lagi.
Lalu gw pun beranjak dari tempat itu, berjalan menuju gate gw untuk giliran gw check in.
Setelah check in, tak lama kemudian gw masuk ke pesawat.
Di dalam pesawat, sambil melihat keluar jendela, gw tersenyum sambil membayangkan semua yang pernah gw alami bersama Keiko.
Seolah ada film yang sedang diputar di kepala gw, gw melihat kembali adegan ketika pertama kali gw bertemu Keiko, membuat cupcake wortel bersama, menggendong Keiko yang mabuk, pertemuan kami dengan Sinta, hingga sampai hari ini, liburan bersama.
Memang, ketika masih di Jakarta beberapa hari lalu, mengetahui gw dan Keiko akan ke Bali, gw merasa harus mengungkapkan perasaan gw. Perasaan suka gw pada Keiko.
Namun ketika kami mulai berada di Bali, gw merasa kalau gw gak mau kebersamaan gw bersama Keiko menjadi berubah. Gw merasa sangat bahagia saat itu, hingga gw gak mengharapkan sesuatu yang lebih lagi.
Dan akhirnya, puncak dari perasaan yang tertahan ini adalah ketika tadi gw memeluk Keiko.
Gw hanya bisa mengungkapkan perasaan gw lewat sebuah pelukan tadi. Apakah Keiko menangkap isyarat dari pelukan gw barusan? Mudah-mudahan iya.
Dan mungkin suatu hari nanti, bukan lagi pelukan yang akan gw berikan, tapi sebuah pernyataan langsung. Pernyataan rasa suka. Ya, gw harap waktu itu akan tiba.
Suatu hari nanti...
Suara deru pesawat membuyarkan lamunan gw. Dan gw mulai membayangkan hal lain. Rumah gw. Keluarga gw yang sudah lama tidak gw temui.
Inilah pengalaman gw bersama sang cewek kelinci.
Terima kasih Bali. Terima kasih Jepang. Terima kasih Keiko.
-The End-
Diubah oleh NihonDamashii 17-12-2015 20:12
rofanzaharya28 dan Herisyahrian memberi reputasi
2
Kutip
Balas