Kaskus

Story

kesshouAvatar border
TS
kesshou
Mr.Mars & Miss.Venus
Mr.Mars & Miss.Venus

Pernahkah kalian bermimpi indah kemudian tiba-tiba terbangung dengan perasaan hampa di pagi hari ?
Pernahkah kalian merasakan bagaimana kehangatan cinta yang ternyata tidak sejalan dengan takdirNYA ?
Pernahkah kalian merasakan ketakutan dalam menghadapi esok ?
Pernahkah kalian merasakan kalau hidup tidak pernah adil ?
Pernahkah kalian merasakan kemarahan saat seseorang yang berharga pergi meninggalkanmu ?
Pernahkah kalian merasakan pahitnya kopi tidak sebanding dengan pahitnya hidup?
Kalau kalian bertanya kepadaku apakah aku pernah mengalami semua itu
maka jawabanku adalah
IYA....!!!!!
Aku pernah mengalaminya, sampai-sampai bosan dan muak dengan semua ini.
Namun saat itu tiba-tiba engkau datang dalam kehidupanku
Seolah memberikan sesuatu yang kucari selama ini
Sebuah jawaban akan semua penderitaan yang aku lalui
Dan
Engkaulah yang berhasil membuat kopi dalam cangkirku terasa manis.
Dan
Engkaulah yang membuat mataku terbuka lebar sehingga aku bisa melihat indahnya takdir Tuhan.


Hidup ini terlalu singkat dan berharga jika digunakan hanya untuk mengeluh dan bersedih.



Spoiler for Index:


Diubah oleh kesshou 17-05-2016 19:35
yusuffajar123Avatar border
SANTO.0281Avatar border
mahrsmello5680Avatar border
mahrsmello5680 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
677.8K
3K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
kesshouAvatar border
TS
kesshou
#238

“Del, kamu juga mending pulang deh. Besok juga sekolah kan.” ucap gue saat melihat adelia sedang mengetik sesuatu di HP nya.

Nggak ah, aku mau nginep disini aja. Sebentar lagi juga om Anton kesini bawain baju ganti.” Ucapnya sambil mengambil kursi dan meletakkannya disamping gue.

“Lo perhatian banget sih del sama gue, sampai harus kayak gini. Padahal kan kamu sama aku cuma temen nongkrong aja.” ucap gue

“Kamu itu udah aku anggep kayak sodara sendiri ndre sama kayak yang lain, kalau yang lain juga sakit kayak kamu aku juga bakalan ngelakuin hal yang sama kayak sekarang ini ndre dan juga sebenernya dirumah juga lagi nggak ada orang, papa lagi dinas keluar negri sama mama terus airine juga diajak. Bete tau dirumah sendiri nggak ada temen ngobrolnya.” Ucapnya sambil menempelkan tangannya ke kening
gue.

DEG..!!!

Jangtung gue seperti berhenti berdegub.

Ea, friendzone emoticon-Big Grin , eh bukan, Brother zone emoticon-Big Grin ( gue yakin nih fans adel pada seneng emoticon-Belo)
Quote:


DAMN..!!!! Untung aja gue juga nggak terlalu jauh buat suka sama elu del. Kalau sampai jauh, gue bakalan tersiksa. Tapi kalau perlakuan lo kayak gini terus ke gue, lama-lama gue bisa bener-beneran cinta mati sama lu del.” Pikir gue

“Kayaknya udah turun deh ndre panasnya.” Ucap adelia

“Masa? Berarti aku udah sembuh dong del.” Ucap gue

“Belum lah ndre, sampai dokternya bilang kamu boleh pulang.” Ucap adelia

“Ya udah deh, kamu mending istirahat lagi gih. Aku mau ngerjain PR dulu.” ucapnya sambil berjalan menuju kursi yang ada meja kecil yang tidak jauh dari tempat tidur gue.

Entah kenapa rasanya ngantuk banget dan akhirnya gue tanpa sadar terlelap. Tiba-tiba saja ada suara aneh yang menggangu tidur gue, gue pun membuka mata dan mencari asal suara aneh itu. Sampai pada akhirnya gue menemukan sumber suara itu dari arah Adelia. Oh..my..god, ternyata itu suara dengkuran adel yang sudah terlelap tidur diatas meja beralaskan buku tulis, dan ternyata dia sudah mengganti bajunya dengan sejenis daster putih yang serasi cocok sekali dibadannya. Gue pun menghampiri adelia yang sedang tidur itu.

“Nggak nyangka ya, cewe secantik lo kalau tidur ngorok juga.” Ucap gue lirih sambil tersenyum. Gue berinisiatif untuk mengangkatnya dan memindahkannya ke sofa dan ternyata mengangkat seorang cewe dengan tangan yang diifus itu bener-bener repot banget. Belum lagi badannya adelia lumayan berat, gue nggak nyangka cewe bakalan berat kayak gini, padahal kalau dilihat dari luar badannya nggak begitu besar, berisi namun proposional gitu.

Selesai gue memindahkan adelia disofa gue kembali keranjang gue mengambil selimut dan menutupi tubuh adelia, karena gue rasakan ACnya semakin lama semakin dingin.

“Adel…adel. Gue bingung sama cewe egois kayak lo ini.” pikir gue sambil melihat wajah adelia yang sedang tertidur pulas, tak lama kemudian gue pun tertidur dikursi dengan kepala tergeletak diatas sandaran tangan sofa.

“Mas andre…mas andre…” suara seorang perawat membangunkan tidur gue.

“Mas andre kenapa tidur disini, ayo pindah.” Ucapnya sambil membantu gue berjalan menuju ranjang.

“Jam berapa ini mbak?” tanya gue yang agak sedikit pusing akibat baru bangun tidur.

“Jam 4 lebih mas.” Ucap perawat itu ramah sambil mengukur suhu badan dan tanda-tanda vital gue. Setelah menyelesaikan tugasnya, perawat itu kemudia keluar, tidak lama setelah perawat itu menutup pintu gue melihat adelia sepertinya terbangun dari tidurnya sepertinya dia bingung saat melihat selimut yang seharusnya menutupi tubuh gue berpindah tempat dan menutupi tubuhnya. Gue pun mengintipnya sambil berpura-pura tidur, agak sedikit penasaran dengan gerak-gerik adelia. Jujur dari kecil gue suka mengamati orang dengan diam-diam seperti ini.

Adelia bangkit dari sofa dan berjalan menuju ranjang gue sambil membawa selimutnya. Dengan cepat gue menutup mata gue dan berpura-pura tidur.

“….” Adelia menyelimuti gue sambil bergumam, entah apa yang digumamkannya saat itu karena suaranya sangat kecil sekali lalu dia memerikasa kening dan leher gue dengan telapak tangannya. Setelah memastikan gue baik-baik saja, dia pun pergi ke kamar mandi.
Nggak tau kenapa kok gue jadi tegang begini, apalagi mendengar suara gemericik air yang berasal dari dalam kamar mandi yang didalamnya ada adelia itu membuat gue pikiran gue semakin liar.

“Dasar setan, pergi lo dari pikiran gue.” umpat gue pelan sambil melaksanakan tayamum karena waktu itu sudah masuk waktu sholat subuh. Dengan segera gue melaksanakan sholat subuh diatas ranjang.

Suara gagang pintu yang diputar memberitahukan kepada gue kalau sebentar lagi Adelia akan segera keluar dari dalam kamar mandi. Gue pun segera berbaring kembali setelah selesai subuhan. Saat pintu terbuka, terlihat adelia sudah berganti pakaian dengan seragam OSIS, dia segera menuju kearah sofa dan mengambil sajadah dan mukena yang berada didalam tasnya.

“Udah cantik, baik, rajin ibadah lagi. Bahagia banget cowo yang bisa dapatin lo del.” Ucap gue sambil terus melihat adeli yang sedang sholat.
Melihat adelia yang sedang sholat dengan khusuknya itu, gue sadar kalau adelia nggak mungkin cocok dengan gue, gue takut kalau seandainya nanti gue nggak bisa membuat adelia menjadi lebih baik atau bahkan malah merusaknya. Akhirnya gue memutuskan mulai dari sekarang hanya menganggap Adelia sebagai saudara dan menjaganya seperti gue menjaga kakak perempuan gue dulu.

“Kamu udah bangun ndre.” ucap adelia kaget saat melihat gue duduk diranjang sambil memperhatikannya.

“Iya.” Ucap gue singkat

“Ayo subuhan dulu.” ucapnya sambil membereskan mukena dan sajadahnya

“Udah tadi.”

“Kapan? Kok aku nggak tau?”

“Tadi waktu kamu lagi dikamar mandi.” Ucap gue

“Berarti dari tadi kamu ngeliatin aku sholat dong.” Ucap adelia kaget

“Iya. Nggak apa-apa kan?”

“I…ya. nggak apa-apa sih.” Ucap adelia sambil membereskan buku yang ada dimeja dan memasukkannya kedalam tas. Kami pun terlibat oboran ringan sepanjang pagi itu, sampai akhirnya dokter Petra masuk kedalam kamar gue dengan seorang perawat.

“Selamat pagi.” Ucapnya seperti biasa

“…” gue cuma diam menatapnya, “Ya ealah, lo lagi lo lagi. Gue kirain lo bakalan diganti sama dokter lain.” Pikir gue

“Bagaimana keadaannya Pak Andre? Apa masih pusing? Merasa mual? Bla..bla..” ucapnya kepada gue.

“…” gue diem nggak menjawab pertanyaan dari dokter Petra itu sambil terus menatapnya.

“Ada apa Pak Andre?” tanyanya lagi.

“Lo bisa nggak sih nggak manggil gue dengan sebutan Pak? Asal lo tau ya umur gue lebih muda dari lo, bahkan gue yang seharusnya manggil lo tante.” Ucap gue tajam.

“Andre.!!” Bisik adelia sambil mencubit tangan gue.

“Maaf ya, kalau gitu saya harus panggil dengan cara bagaimana?” tanyanya tanpa mengurangi keramahannya.

“Panggil andre aja bisa kan.” ucap gue

“Oh gitu, ok. Andre saya tanya lagi ya? Apa andre masih merasakan pusing, mual, badan linu atau semacamnya?” tanyanya lagi

“…” gue kembali diam tanpa berkata sepatah katapun. Dokter Petra tidak menanyakan gue kembali pertanyaan yang tadi, dia meminta gue
untuk berbaring ditempat tidur karena dia akan melakukan pemeriksaan kebadan gue.

“O iya, andre sekarang saya akan mengambil darah anda lagi ya untuk di periksa di lab.” Ucapnya sambil meminta sesuatu kepada perawat yang disampingnya.

“Eh..?!! Diambil lagi? bukannya kemarin udah?” tanya gue panik.

“Iya, sekarang darah anda mau diambil lagi untuk diperiksa lagi di lab.” ucapnya sambil mengikat lengan kiri gue.

“Nggak….nggak..nggak..gue nggak mau diambil darah lagi. bekas kemarin aja masih nyut-nyutan gini.” ucap gue sambil menunjuk ke lipatan siku tangan kanan gue yang masih di plester.

“Ini udah prosedurenya, saya minta andre untuk berbaring saja dengan relax biar nggak terasa sakit.”

“Boong lo, gue nggak pernah percaya perkataan dokter kayak lo.” Semprot gue.

“Suster.” Ucapnya sambil memberikan sesuatu isyarat kode kepada suster disampingnya. Tiba-tiba suster itu pergi berjalan keluar dan kembali dengan membawa dua buah temannya. Kemudian ketiga perawat itu memegani tangan dan kaki gue dengan erat.

“Woi..apa-apaan ini? lepasin gue woi.” Ucap gue mulai panik, apalagi saat melihat jarum panjang yang akan ditusukkan ke lipatan siku gue itu.

“Andre,,jangan dilihat.” Ucap adelia sambil memutarkan kepala gue ke hadapannya. Akibat perbuatan adelia itu leher gue jadi terkilir

“Aww..aw.., leher gue…Sakit..sakit..!!!” teriak gue

"Ahh..maaf ndre, aku nggak sengaja. Kamu nggak apa-apa kan?" pekik adelia kaget dan entah kenapa dia malah mencoba untuk meluruskan kepala gu.

"Kyaa...Sakit ADELLL...!!! teriak gue

“Aduh mbak hati-hati.” Ucap salah seorang suster memperingati adelia, tapi peringatah suster itu bagi gue sia-sia belaka, karena leher gue udah nggak bisa digerakkan ke kiri lagi.

"Maaf..maaf." ucap adelia, seolah dia nggak merasa bersalah akan kejadian barusan. Tiba-tiba saja dia membekap mulut gue seolah dia tau kalau gue bakalan mengumpat kata-kata kasar

JLEBB… jarum pun menusuk kedalam kulit gue

AH~.. Kimochiii~

Eh salah…

Nggg..hemm…!!! Pekik gue kaget,

Kemudian gue merasakan jarum kembali dicabut dan ditusukkan kembali

JLEBB…

AH~~ Sugoi~~..

Eh salah lagi…

Ngeee,eee…. !!!! teriak gue emosi dan karena mulut gue masih dibekep sama adelia jadi teriakan gue itu malah terdengar seperti seseorang yang sedang sembelit, gue bener-bener emosi saat itu karena jarak antara suntikan satu dengan kedua berdekatan dan bagi gue itu sakit banget dan mereka tidak ada yang mau mengerti penderitaan gue ini..

KURANG AJAR…!!!
khodzimzz
khodzimzz memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.