- Beranda
- Stories from the Heart
Mr.Mars & Miss.Venus
...
TS
kesshou
Mr.Mars & Miss.Venus
Pernahkah kalian bermimpi indah kemudian tiba-tiba terbangung dengan perasaan hampa di pagi hari ?
Pernahkah kalian merasakan bagaimana kehangatan cinta yang ternyata tidak sejalan dengan takdirNYA ?
Pernahkah kalian merasakan ketakutan dalam menghadapi esok ?
Pernahkah kalian merasakan kalau hidup tidak pernah adil ?
Pernahkah kalian merasakan kemarahan saat seseorang yang berharga pergi meninggalkanmu ?
Pernahkah kalian merasakan pahitnya kopi tidak sebanding dengan pahitnya hidup?
Kalau kalian bertanya kepadaku apakah aku pernah mengalami semua itu
maka jawabanku adalah
IYA....!!!!!
Aku pernah mengalaminya, sampai-sampai bosan dan muak dengan semua ini.
Namun saat itu tiba-tiba engkau datang dalam kehidupanku
Seolah memberikan sesuatu yang kucari selama ini
Sebuah jawaban akan semua penderitaan yang aku lalui
Dan
Engkaulah yang berhasil membuat kopi dalam cangkirku terasa manis.
Dan
Engkaulah yang membuat mataku terbuka lebar sehingga aku bisa melihat indahnya takdir Tuhan.
Hidup ini terlalu singkat dan berharga jika digunakan hanya untuk mengeluh dan bersedih.
Pernahkah kalian merasakan bagaimana kehangatan cinta yang ternyata tidak sejalan dengan takdirNYA ?
Pernahkah kalian merasakan ketakutan dalam menghadapi esok ?
Pernahkah kalian merasakan kalau hidup tidak pernah adil ?
Pernahkah kalian merasakan kemarahan saat seseorang yang berharga pergi meninggalkanmu ?
Pernahkah kalian merasakan pahitnya kopi tidak sebanding dengan pahitnya hidup?
Kalau kalian bertanya kepadaku apakah aku pernah mengalami semua itu
maka jawabanku adalah
IYA....!!!!!
Aku pernah mengalaminya, sampai-sampai bosan dan muak dengan semua ini.
Namun saat itu tiba-tiba engkau datang dalam kehidupanku
Seolah memberikan sesuatu yang kucari selama ini
Sebuah jawaban akan semua penderitaan yang aku lalui
Dan
Engkaulah yang berhasil membuat kopi dalam cangkirku terasa manis.
Dan
Engkaulah yang membuat mataku terbuka lebar sehingga aku bisa melihat indahnya takdir Tuhan.
Hidup ini terlalu singkat dan berharga jika digunakan hanya untuk mengeluh dan bersedih.
Spoiler for Index:
Diubah oleh kesshou 17-05-2016 19:35
mahrsmello5680 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
677.8K
3K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
kesshou
#237
Akhirnya gue dirawat gara-gara pingsan didepan gerbang rumah sakit akibat kesehatan gue menurun dan sampai saat ini gue masih belum tahu apa penyakit yang gue derita dan juga berapa lama gue harus dirawat di rumah sakit ini. Tapi yang pasti gue bakalan adu mulut dan fisik dengan para perawat dan dokter disini.
Tok..tok..tok. terdengar seseorang mengetok pintu dari luar.
“Selamat malam.” Ucap seorang wanita muda dengan sopan dan ramah yang didampingi oleh seorang perawat. Dari penampilan dan gerak-geriknya gue yakin ini dokter koas. Masih muda, cantik, putih, berkacamata, rambut panjang bergelombangnya diikat ponytail dan juga ramah. Tapi bagi gue kecantikan dan keramahannya itu nggak akan menghilangkan kebencian gue terhadap dokter. Gue terus memberikan tatapan mata yang penuh dengan dendam karena gue yakin ini dokter yang udah melukai tangan gue dengan jarum sehingga masih nyut-nyutan sampai sekarang.
“Bagaimana keadaannya pak Andre? Masih pusing.” Ucapnya ramah
“Pak Andre?” Gue tersinggung banget dikatain pak. “Gue masih muda oi bahkan lebih muda 7-8 tahun dari elo.” Batin gue
“Lebih baik sewaktu anda tidak ada.” Ucap gue sambil tersenyum, sejenak dokter wanita itu terdiam seperti sedang mencerna ucapan gue barusan kemudia dia kembali tersenyum
“Andre, apa-apan sih kamu nih. Kasar banget sama bu Dokter.”
“Nggak kok, aku kan cuma menjawab dengan jujur.” Ucap gue
“Nggak apa-apa kok mbak.” Ucap dokter itu.
“Saya kesini untuk memberi tahu penyakit anda. Sebelumnya, perkenalkan saya Petra asisten dari dokter Dimas, dokter yang menangani penyakit pak Andre. Maaf sebelumnya dokter Dimas sedang ada operasi jadi saya ditugasi untuk menyampaikan penyakit yang diderita pak Andre.” Ucapnya.
“Terus bagaimana dokter?” tanya adelia
“Pak andre di diagnosis menderita tipus. Jadi harus di rawat inap selama seminggu.”
“HAH…!!!! Yang bener aja, masa gue harus dirawat selama itu?” gue kaget. Gue berpikir kalau beneran dirawat seminggu, bakalan gagal nih
band gue ikut lomba besok disekolah.
“Iya. Kondisi bapak mengharuskan bapak untuk dirawat inap selama seminggu.” Lanjutnya menjelaskan.
“Ah, nggak mungkin. Lo pasti ngarang kan, biar gue lebih lama dirawat disini terus biayanya membengkak.” Protes gue keras.
Perdebatan gue dengan dokter itu berlanjut lama dan seru meskipun dokter cewe itu masih mampu menahan emosinya dan masih bisa menjawab perkataan gue dengan ramah, adelia mencoba untuk menenangkan gue tapi gue tetep bersikeras berdebat dengan dokter itu. Ya sebenernya sih cuma 20% gue protes keberatan dirawat selama seminggu dan sisanya yang 80% itu cuma karena emosi pribadi gue sih. Sampai pada akhirnya dokter cewe itu emosi juga.
“Yang dokter disini itu anda apa saya.!!!!” Ucapnya keras. Akibat emosinya itu hilang semua kesan ramah dan elegannya.
“A..anda.” ucap gue agak ciut, tapi gue seneng akhirnya bisa juga buat dia emosi.
“Ya udah, seharusnya kalau anda mengerti anda harus nurut dengan omongan saya.” Ucapnya dengan nada emosi. Perawat yang ada disampingnya mencoba untuk menenangkannya.
“Tapi yang sakit disini itu siapa anda apa saya!!! Yang merasakan sakit atau nggaknya itu anda apa saya!!!” balas gue dengan nada tidak kalah keras dari dokter itu.
“Anda.” Ucapnya emosi
“Ya udah berarti kalau saya bilang saya udah sembuh seharusnya anda ngerti dan membiarkan saya untuk pulang.” Bentak gue.
“…” dia terdiam sejenak, seolah sedang berpikir bagaimana membalas perkataan gue.
Beberapa detik kemudian kami melanjutkan ronde berikutnya, sampai pada akhirnya ada seorang dokter pria setengah baya masuk ke kamar gue.
“dr.Petra, kenapa kamu ribut dengan pasien?” ucap dokter itu.
“Nanti temui saya diruangan saya.” Ucap dokter pria itu lagi. Dokter itu lalu mengenalkan dirinya, menanyakan keadaan gue dan menjelaskan prosedur pengobatan. Gue bener-bener nggak berkutik sama dokter ini, gue ngerasa seperti seorang serigala biasa yang terintimidasi oleh serigala Alpha. Gue takut, sumpah gue takut banget sama dokter Dimas ini, padahal dia ramah banget. Akhirnya setelah tanya jawab dokter Dimas segera keluar dari ruangan gue bersama dengan perawat dan dokter Petra.
“Ndre, kamu keterlaluan banget deh sama dokter Petra.”
“Biar aja.” Ucap gue sewot
“Ya udah, kalau nanti kamu diapa-apain sama dokter Petra aku nggak mau tau ya.”
“Emang dia mau ngapain sih del?” ucap gue santai
“Kamu tadi denger nggak penjelasan dari dokter Dimas?”
“Yang mana?”
“Makanya itu kuping dipakai jangan cuma dipajang.” Ucap adelia kesal
“Bodo ah del.”
“Ndre, dokter petra itu yang nanti setiap hari yang meriksa kamu sama ngasih obat ke kamu. Bisa jadi dia juga yang nyuntik kamu sama ngambil darah kamu ndre.”
DEGG….
“JANGKR*K, berarti gue sekarang ini lagi nyiram bensin ke api dong.” Pikir gue.
Beberapa jam kemudian nyokap datang untuk melihat keadaan gue.
“Gimana keadaan kamu nak?”
“Udah enakan kok bu.”
“Syukur deh.”
“Malem tante.” Sapa adelia ramah.
“Malem, gadis cantik ini siapa ndre?”
“Oh, ini adelia bu. Dia yang bawa andre ketempat seperti ini.” ucap gue
“Hus, kamu ngomong apa sih ndre. Nggak sopan kamu ini. O iya mbaknya namanya siapa?”
“Adelia tante.”
“Namanya cantik ya, sama seperti orangnya.” Puji nyokap
“Ah, tante bisa aja.” Ucap adelia
“Terima kasih banyak ya adel, udah mengantar andre sama nunguin andre disini. Tante bener-bener nggak enak.”
“Nggak apa-apa kok tante.”
Setelah itu mereka berdua menjadi akrab dan gue kembali di cuekin. Mereka berdua mengobrol asik banget ngobrol berdua sampai tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 9 malam
“Ibu mending pulang aja deh istirahat dirumah, besokkan harus bangun pagi.” Ucap gue mengingatkan nyokap.
“Kamu kok jadi ngusir ibu sih ndre. ibu kan mau nemenin kamu disini.”
“Nggak usah bu, andre udah gede nggak perlu ditemenin segala. Mending ibu istirahat dirumah aja, kalau nanti ikut-ikutan sakit juga kan repot.” Ucap gue, gue nggak ingin nyokap gue disini menyaksikan gue berantem sama dokter disini tapi gue juga takut kalau sendirian diruangan ini.
“Ya udah deh, ibu ngalah. Kalau gitu ibu pulang dulu ya ndre.” ucap nyokap sambil berjalan menuju pintu keluar. Gue heran sama sikap nyokap gue yang biasa aja seperti itu terus dia nggak kaget sama sekali sewaktu melihat ruangan tempat gue dirawat ini. seenggaknya orang-orang normal seperti nyokap gue pastilah kaget dan pasti meminta ke bagian administrasi buat pindah ke kamar yang lebih murah.
Tok..tok..tok. terdengar seseorang mengetok pintu dari luar.
“Selamat malam.” Ucap seorang wanita muda dengan sopan dan ramah yang didampingi oleh seorang perawat. Dari penampilan dan gerak-geriknya gue yakin ini dokter koas. Masih muda, cantik, putih, berkacamata, rambut panjang bergelombangnya diikat ponytail dan juga ramah. Tapi bagi gue kecantikan dan keramahannya itu nggak akan menghilangkan kebencian gue terhadap dokter. Gue terus memberikan tatapan mata yang penuh dengan dendam karena gue yakin ini dokter yang udah melukai tangan gue dengan jarum sehingga masih nyut-nyutan sampai sekarang.
“Bagaimana keadaannya pak Andre? Masih pusing.” Ucapnya ramah
“Pak Andre?” Gue tersinggung banget dikatain pak. “Gue masih muda oi bahkan lebih muda 7-8 tahun dari elo.” Batin gue
“Lebih baik sewaktu anda tidak ada.” Ucap gue sambil tersenyum, sejenak dokter wanita itu terdiam seperti sedang mencerna ucapan gue barusan kemudia dia kembali tersenyum
“Andre, apa-apan sih kamu nih. Kasar banget sama bu Dokter.”
“Nggak kok, aku kan cuma menjawab dengan jujur.” Ucap gue
“Nggak apa-apa kok mbak.” Ucap dokter itu.
“Saya kesini untuk memberi tahu penyakit anda. Sebelumnya, perkenalkan saya Petra asisten dari dokter Dimas, dokter yang menangani penyakit pak Andre. Maaf sebelumnya dokter Dimas sedang ada operasi jadi saya ditugasi untuk menyampaikan penyakit yang diderita pak Andre.” Ucapnya.
“Terus bagaimana dokter?” tanya adelia
“Pak andre di diagnosis menderita tipus. Jadi harus di rawat inap selama seminggu.”
“HAH…!!!! Yang bener aja, masa gue harus dirawat selama itu?” gue kaget. Gue berpikir kalau beneran dirawat seminggu, bakalan gagal nih
band gue ikut lomba besok disekolah.
“Iya. Kondisi bapak mengharuskan bapak untuk dirawat inap selama seminggu.” Lanjutnya menjelaskan.
“Ah, nggak mungkin. Lo pasti ngarang kan, biar gue lebih lama dirawat disini terus biayanya membengkak.” Protes gue keras.
Perdebatan gue dengan dokter itu berlanjut lama dan seru meskipun dokter cewe itu masih mampu menahan emosinya dan masih bisa menjawab perkataan gue dengan ramah, adelia mencoba untuk menenangkan gue tapi gue tetep bersikeras berdebat dengan dokter itu. Ya sebenernya sih cuma 20% gue protes keberatan dirawat selama seminggu dan sisanya yang 80% itu cuma karena emosi pribadi gue sih. Sampai pada akhirnya dokter cewe itu emosi juga.
“Yang dokter disini itu anda apa saya.!!!!” Ucapnya keras. Akibat emosinya itu hilang semua kesan ramah dan elegannya.
“A..anda.” ucap gue agak ciut, tapi gue seneng akhirnya bisa juga buat dia emosi.
“Ya udah, seharusnya kalau anda mengerti anda harus nurut dengan omongan saya.” Ucapnya dengan nada emosi. Perawat yang ada disampingnya mencoba untuk menenangkannya.
“Tapi yang sakit disini itu siapa anda apa saya!!! Yang merasakan sakit atau nggaknya itu anda apa saya!!!” balas gue dengan nada tidak kalah keras dari dokter itu.
“Anda.” Ucapnya emosi
“Ya udah berarti kalau saya bilang saya udah sembuh seharusnya anda ngerti dan membiarkan saya untuk pulang.” Bentak gue.
“…” dia terdiam sejenak, seolah sedang berpikir bagaimana membalas perkataan gue.
Beberapa detik kemudian kami melanjutkan ronde berikutnya, sampai pada akhirnya ada seorang dokter pria setengah baya masuk ke kamar gue.
“dr.Petra, kenapa kamu ribut dengan pasien?” ucap dokter itu.
“Nanti temui saya diruangan saya.” Ucap dokter pria itu lagi. Dokter itu lalu mengenalkan dirinya, menanyakan keadaan gue dan menjelaskan prosedur pengobatan. Gue bener-bener nggak berkutik sama dokter ini, gue ngerasa seperti seorang serigala biasa yang terintimidasi oleh serigala Alpha. Gue takut, sumpah gue takut banget sama dokter Dimas ini, padahal dia ramah banget. Akhirnya setelah tanya jawab dokter Dimas segera keluar dari ruangan gue bersama dengan perawat dan dokter Petra.
“Ndre, kamu keterlaluan banget deh sama dokter Petra.”
“Biar aja.” Ucap gue sewot
“Ya udah, kalau nanti kamu diapa-apain sama dokter Petra aku nggak mau tau ya.”
“Emang dia mau ngapain sih del?” ucap gue santai
“Kamu tadi denger nggak penjelasan dari dokter Dimas?”
“Yang mana?”
“Makanya itu kuping dipakai jangan cuma dipajang.” Ucap adelia kesal
“Bodo ah del.”
“Ndre, dokter petra itu yang nanti setiap hari yang meriksa kamu sama ngasih obat ke kamu. Bisa jadi dia juga yang nyuntik kamu sama ngambil darah kamu ndre.”
DEGG….
“JANGKR*K, berarti gue sekarang ini lagi nyiram bensin ke api dong.” Pikir gue.
Beberapa jam kemudian nyokap datang untuk melihat keadaan gue.
“Gimana keadaan kamu nak?”
“Udah enakan kok bu.”
“Syukur deh.”
“Malem tante.” Sapa adelia ramah.
“Malem, gadis cantik ini siapa ndre?”
“Oh, ini adelia bu. Dia yang bawa andre ketempat seperti ini.” ucap gue
“Hus, kamu ngomong apa sih ndre. Nggak sopan kamu ini. O iya mbaknya namanya siapa?”
“Adelia tante.”
“Namanya cantik ya, sama seperti orangnya.” Puji nyokap
“Ah, tante bisa aja.” Ucap adelia
“Terima kasih banyak ya adel, udah mengantar andre sama nunguin andre disini. Tante bener-bener nggak enak.”
“Nggak apa-apa kok tante.”
Setelah itu mereka berdua menjadi akrab dan gue kembali di cuekin. Mereka berdua mengobrol asik banget ngobrol berdua sampai tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 9 malam
“Ibu mending pulang aja deh istirahat dirumah, besokkan harus bangun pagi.” Ucap gue mengingatkan nyokap.
“Kamu kok jadi ngusir ibu sih ndre. ibu kan mau nemenin kamu disini.”
“Nggak usah bu, andre udah gede nggak perlu ditemenin segala. Mending ibu istirahat dirumah aja, kalau nanti ikut-ikutan sakit juga kan repot.” Ucap gue, gue nggak ingin nyokap gue disini menyaksikan gue berantem sama dokter disini tapi gue juga takut kalau sendirian diruangan ini.
“Ya udah deh, ibu ngalah. Kalau gitu ibu pulang dulu ya ndre.” ucap nyokap sambil berjalan menuju pintu keluar. Gue heran sama sikap nyokap gue yang biasa aja seperti itu terus dia nggak kaget sama sekali sewaktu melihat ruangan tempat gue dirawat ini. seenggaknya orang-orang normal seperti nyokap gue pastilah kaget dan pasti meminta ke bagian administrasi buat pindah ke kamar yang lebih murah.
Diubah oleh kesshou 14-12-2015 19:47
khodzimzz memberi reputasi
1