Part 17

Pangandaran

Hingar bingar musik memenuhi ballroom hotel malam ini. Malam ini sengaja diadakan party kecil-kecilan. Ada penampilan Agam dkk yang bikin band dadakan dan siap tampil bawain beberapa lagu. Ada acara awardnya juga, pemilihan King & Queen dengan dresscode terbaik, dan the best guide selama study tour, jadi selama study tour yang udah berjalan beberapa hari ini sesekali kita disuruh guiding di dalam bis. Ternyata ada nilai prakteknya dan dipilih satu orang yang paling bagus. Dan baru aja MC umuimin The best guiding yang diperoleh salah satu anak terpintar di kelas 1 UJP 1.
Sisanya ya acara bebas menikmati hidangan malam plus musik nonstop sampai tengah malam nanti.
Sebenernya gue agak males ikutan acara ini. Tapi gue pengen liat Agam perform. Makanya gue and The Girl5 udah duduk manis sambil ngemil di salah satu meja yang nggak jauh dari panggung.
Agam lagi sibuk check sound di panggung. Sementara Hans belom keliatan batang idungnya. Padahal acara udah mulai setengah jam yang lalu. Katanya lagi dandan.
Nggak kebayang deh nih anak mau dandan model apa. Gue aja yang cewek ogah-ogahan dandan.
Gue cuma memakai gaun hitam selutut dan rambut digerai.
Ballrom makin penuh. Semua orang agaknya terhanyut menikmati pesta malam ini. Begitu juga Carin, Nina, dan Tania yang akhirnya turun juga ke dance floor meninggalkan gue dan Eky yang duduk berduaan.
Mata gue tertuju kepada Naya. Sosok mungil itu tampaknya menjadi sorotan.
Ia mengenakan gaun mini berwarna merah yang melekat seksi di tubuhnya yang putih bersih.
Cantik!
Tiba-tiba Hans muncul di depan gue yang sedang asik melamun.

Gue terkejut. Lebih-lebih melihat penampilan Hans di depannya.
Matanya sedang memandang gue tajam. Alisnya yang lebat menambah kesan macho. Sebuah anting tersematkan di telinga kirinya. Rambutnya ditata rapi sedemikian rupa. Dan senyum itu mengarah ke gue.
Ya Tuhan..
Gue meleleh…


Di tengah-tengah musik yang berdentum memenuhi ballroom, suara MC mengumumkan beberapa nama untuk tampil ke depan. Ada 3 pasang cewek cowok yang masuk nominasi King & Queen. Diantaranya Hans dan Naya karena pakaian mereka terlihat serasi.
Gue tersentak ketika MC meneriakkan nama Hans Prajasa dan Calista Naraya sebagai nominasi kedua yang masuk.
Calista Naraya itu adalah nama panjang Naya.
Gue pun menyadari inisial kalung yang dipakai Hans adalah C.
Ternyata C itu Calista Naraya.
Hati gue terasa sesak terlebih melihat Hans dan Naya mulai berdansa diiringi lagu yang dibawakan oleh band dadakannya Agam.
Gue merasakan kabut disekeliling gue tambah tebal.
Pandangan gue kabur.
Air matapun membasahi pipi gue.





Semaleman gue nggak bisa tidur.
Sejak melihat Hans dan Naya semalem, gue sadar.
Gue cemburu.
Gue marah.
Gue iri.
Tapi apa yang bisa gue lakuin?
Gue nggak mau persahabatan gue jadi kacau gara-gara perasaaan gue ini.
Yah.. gue jatuh cinta sama Hans.
Entah sejak kapan, gue sendiri nggak tau.
Dan gue sama sekali nggak berani untuk menebak apakah Hans juga punya perasaan yang sama sama gue.
Entahlah…
Dari semalem, Eky, Carin, Nina, dan Tania sibuk nyariin gue yang tiba-tiba menghilang di tengah acara. Gue emang nggak sanggup liat Hans berdua Naya, makanya gue pamit ke toilet sama Eky.
Gue nangis di toilet cukup lama.
Dan gue nggak mungkin balik ke ballroom karena gue udah berantakan banget.
Akhirnya gue mutusin buat menenangkan diri gue sendirian. Gue jalan-jalan di sekitar hotel. Tepatnya di area dekat kolam renang. Gue duduk disana berjam-jam sebelum akhirnya gue mutusin untuk balik ke kamar.
Begitu juga Hans yang nggak kalah sibuk nyari gue.
Berpuluh-puluh miss called dan bbm yang dia kirim ke gue sama sekali nggak gue bales sampai akhirnya HP gue lowbat dan mati.
Gue cuma lagi pengen sendiri.

Pagi ini gue duduk sendirian di balkon restoran. Beberapa guru udah terlihat duduk santai baca koran sambil minum kopi di area breakfast ini.
Nggak banyak anak-anak yang turun breakfast jam segini. Ini masih jam tujuh pagi.
Gue juga sebenernya males, tapi gue butuh udara segar dan segelas teh panas untuk mengurangi rasa pusing di kepala gue karena nggak tidur semaleman.


Gue mendongak ke asal suara dan mendapati Hans berdiri di depan gue.
Hati gue terasa sakit lagi begitu melihat wajahnya.
Dan gue bisa melihat ekspresi terkejut Hans ketika melihat wajah gue.
Mata gue bengkak karena nangis semaleman.


***