- Beranda
- Stories from the Heart
Senja di Sungai Chaopraya
...
TS
aldogunz
Senja di Sungai Chaopraya
Senja di Sungai Chaopraya
Halo gan ini cerita lanjutan dari Thread ane sebelumnya :Vita est Militia (Kisah Si Belalang Tempur), kenapa thread baru karena judulnya ganti gan, semoga cerita ini berkenan dan akan ane update terus sebisanya ya, maklum gan ada kesibukkan lainnya yang harus ane kerjakan.Ini cerita tentang kehidupan ane merantau ke Bangkok gan, cerita gimana ane bertahan hidup sampai menemukan pasangan di sana. Jangan lupa di Rate kalau agan2 sekalian suka cerita ini ya. Thanks

Quote:
Quote:
Spoiler for Covernya gan:
Quote:
Spoiler for Index:
Diubah oleh aldogunz 21-12-2015 13:05
bukhorigan dan anasabila memberi reputasi
2
3.3K
23
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aldogunz
#3
Bab 1. PART 03
Perut mulai terasa lapar, akhirnya ku terbangun dari tempat tidur. Hampir jam tujuh malam rupanya. Aku menuju kamar mandi untuk cuci muka, kunyalakan shower dan kubilas wajah yang kusam ini. Kamar mandi ku sekarang cukup mewah, ada air panasnya ternyata. Akhirnya kuputuskan untuk mandi, karena tertarik ingin mencoba air panasnya. Aku sedikit kampungan, maklum saja selama ini tidak pernah punya kamar mandi seperti itu. Barang-barang belum kupindahkan dari koper. Aku segera turun untuk mencari makan.
Di bawah banyak restoran makanan Thai tentunya, tapi kupikir makan disana akan lumayan mahal. Aku putuskan untuk mencari di kaki lima saja. Setelah kesana dan kemari, akhirnya kuputuskan untuk menuju ke salah satu kedai. Sepanjang perjalanan semua menu di tempat makan menggunakan huruf Thai. Termasuk tempat yang kupilih.
“One Chicken Fried Rice, please!” Kataku dengan percaya diri. Aku piker nasi goring sajalah, mudah dan pasti yang jualan juga mengerti. Tapi kuperhatikan ibu-ibu tukang masak ini hanya bengong melihat wajahku.
“I want Chicken Fried Rice!” Sambil kutunjuk-tunjuk nasi putih yang ada didepannya. Tapi ibu ini masih diam seribu bahasa. Mungkin karena tidak mengerti sama sekali, dia memanggil seorang perempuan yang masih muda, kulitnya putih, senyumnya manis.
“One Fried Rice, Chicken Fried Rice!” Sekali lagi kukatakan kepada perempuan itu.
“Ok.” Lalu dia berkata kepada si Ibu penjual. Akhirnya bisa juga kataku di dalam hati.
Sekitar sepuluh menit kemudian, datanglah si Ibu dengan sepiring nasi. Dia taruh piring itu di depanku. OMG…..,ternyata yang datang bukan nasi goreng, nasi putih dengan toping daging yang dioseng dengan daun yang tampak seperti daun kemangi. Ternyata susah juga ya di negeri orang tanpa kemampuan bahasa. Akhirnya kumakan sajalah menu yang dimasak itu, untungnya rasanya enak, dan aku sedikit terhibur. Tapi di dalam hatiku gimana mau pesan ini lagi ya di hari berikutnya. Daerahku tinggal ada di pinggiran Bangkok, dan tidak banyak turis, jadi maklum saja kalau penjual makanan di sana tidak mengerti bahasa Inggris sama sekali. Bersambung...
Perut mulai terasa lapar, akhirnya ku terbangun dari tempat tidur. Hampir jam tujuh malam rupanya. Aku menuju kamar mandi untuk cuci muka, kunyalakan shower dan kubilas wajah yang kusam ini. Kamar mandi ku sekarang cukup mewah, ada air panasnya ternyata. Akhirnya kuputuskan untuk mandi, karena tertarik ingin mencoba air panasnya. Aku sedikit kampungan, maklum saja selama ini tidak pernah punya kamar mandi seperti itu. Barang-barang belum kupindahkan dari koper. Aku segera turun untuk mencari makan.
Di bawah banyak restoran makanan Thai tentunya, tapi kupikir makan disana akan lumayan mahal. Aku putuskan untuk mencari di kaki lima saja. Setelah kesana dan kemari, akhirnya kuputuskan untuk menuju ke salah satu kedai. Sepanjang perjalanan semua menu di tempat makan menggunakan huruf Thai. Termasuk tempat yang kupilih.
“One Chicken Fried Rice, please!” Kataku dengan percaya diri. Aku piker nasi goring sajalah, mudah dan pasti yang jualan juga mengerti. Tapi kuperhatikan ibu-ibu tukang masak ini hanya bengong melihat wajahku.
“I want Chicken Fried Rice!” Sambil kutunjuk-tunjuk nasi putih yang ada didepannya. Tapi ibu ini masih diam seribu bahasa. Mungkin karena tidak mengerti sama sekali, dia memanggil seorang perempuan yang masih muda, kulitnya putih, senyumnya manis.
“One Fried Rice, Chicken Fried Rice!” Sekali lagi kukatakan kepada perempuan itu.
“Ok.” Lalu dia berkata kepada si Ibu penjual. Akhirnya bisa juga kataku di dalam hati.
Sekitar sepuluh menit kemudian, datanglah si Ibu dengan sepiring nasi. Dia taruh piring itu di depanku. OMG…..,ternyata yang datang bukan nasi goreng, nasi putih dengan toping daging yang dioseng dengan daun yang tampak seperti daun kemangi. Ternyata susah juga ya di negeri orang tanpa kemampuan bahasa. Akhirnya kumakan sajalah menu yang dimasak itu, untungnya rasanya enak, dan aku sedikit terhibur. Tapi di dalam hatiku gimana mau pesan ini lagi ya di hari berikutnya. Daerahku tinggal ada di pinggiran Bangkok, dan tidak banyak turis, jadi maklum saja kalau penjual makanan di sana tidak mengerti bahasa Inggris sama sekali. Bersambung...
0

