- Beranda
- Stories from the Heart
Malang Mysterio (Horror Complete Stories)
...
TS
vigovampironeo
Malang Mysterio (Horror Complete Stories)
Ini trit merupakan kumpulan cerita cerita horror eike selama kuliah di kota Malang , terutama untuk cerita pendek akan eike masukkan di trit ini secara berkala....100 % true story tanpa rekayasa ,tanpa formalin dan tidak mengandung minyak babi , selain daripada itu cerita cerita ini memang dirancang dengan alur yang dinamiz sesuai kronologiz dan tata bahasa yang dramatiz sehingga cocix buat dibaca sebelum agan agan bobox cantix
Quote:

Quote:

vigo , niken , pendik , steve , renggo , zul , memet , danang , rani
Quote:
Penjelajahan Mistis di Kampus UMM(complete story)
Tiga Keranda di Jembatan Belakang Sengkaling(complete story)
Eric & Katrina(complete story)
Quote:
Malang Mysterio Exo(Trit Pelengkap)
Quote:
Apabila anda puas bilang sama teman , saudara atau tetangga anda ….. bila timbul gejala gejala aneh segera berobat ke mantri hewan terdekat di kota anda
Diubah oleh vigovampironeo 10-04-2022 07:28
ferist123 dan 28 lainnya memberi reputasi
25
975.4K
Kutip
2.7K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
vigovampironeo
#207
Uji Nyali di Kuburan Gang 1 jl Gajayana
ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar pertengahan tahun 2009 ketika eike masih kuliah semester 4 , 100 % true story tanpa rekayasa ,tanpa formalin dan tidak mengandung minyak babi , selain daripada itu cerita ini memang dirancang dengan alur yang dinamiz dan tata bahasa yang dramatiz sehingga cocix buat dibaca sebelum agan agan bobox cantix
Quote:

Quote:
Lembaran uang kertas mainan tampak berserakan di atas amben bambu yang kami duduki ini , sementara 2 buah dadu terus bergulir dan membuat permainan monopoli ini kian mengasikkan , bahkan saking asiknya tak satupun dari kami yang menyadari bahwa malam telah beranjak semakin larut.
Pendik : " ewul rekk "
(laper rekk)
Zul : " lama amat si eko beli nasi gorengnya "
Me : " tungguin aja zul "
Pendik : " tuku oges gorenge ndek planet namek arek iku vig , suwe selak ewul iki "
(beli nasi gorengnya di planet namek anak itu vig , lama keburu laper nih)
Nyaris 1 jam kami menunggu si Eko balik membeli nasi goreng di dekat swalayan Sardo , namun hingga kini ia belum juga kembali dan kami semua terpaksa menahan lapar.
Me : " iki sido gak uji nyaline ndik ? "
(ini jadi ngga uji nyalinya ndik ?)
Pendik : " sakjane aku yo rodok wedi vig , tapi gak penak ambek eko "
(sebenernya aku juga agak takut vig , tapi gak enak sama eko)
Malam ini kami bertiga memang sengaja datang ke kosannya Eko yang berada di gang 1 jl Gajayana ini , ia bersikeras mengajak kami beruji nyali di komplek pemakaman yang letaknya tak jauh dari sini... konon ada isu yang beredar di kalangan warga sekitar dan cukup membuat kami penasaran juga , isu itu tentang penampakan sosok hantu pocong yang kerap dijumpai warga di sekitar komplek pemakaman saat tengah malam.
Zul : " kalo steve ikutan aku ngga kuatir vig "
Me :" kan lagi banyak tugas dia zul , mau gimana lagi ? "
Sejujurnya tanpa keikut sertaan Steve kami semua merasa gamang melakukan uji nyali ini , mau mengajak Bang Renggo juga tak bisa karena ia tengah sibuk merampungkan skripsinya.... kini kami benar benar mencoba untuk menguatkan nyali tanpa bergantung pada siapapun.
Pendik : " lha iku suoro montore eko vig , wes teko areke "
(lha itu suara motornya eko vig , udah dateng anaknya)
Me : " yo wes , mari ngene ndang nakam gek ladub ndik "
(ya udah , abis ini cepetan makan trus berangkat ndik)
Suara deru motor si Eko telah terdengar dari teras depan , tak lama kemudian ia telah tiba di hadapan kami sambil membawa bungkusan kresek berisi nasi goreng.
Eko : " sorry mas kelamaan "
Zul : " ngapain aja tadi ko ? "
Eko : " ban motornya bocor mas , mesti nembel dulu tadi "
Me : " yo wes kita makan dulu ko , udah laper banget ini "
Eko : " oyi mas "
Tanpa buang waktu kami segera menyudahi permainan monopoli yang kami mainkan ini lalu buru buru kami melahap nasi goreng yang dibawa si Eko , tak butuh waktu lama acara makanpun kelar dan kami telah siap untuk berangkat menuju komplek pemakaman.
Me : " ayo ladub saiki ndik , selak ngantuk "
(ayo berangkat sekarang ndik , keburu ngantuk)
Pendik : " oyi vig , wes jam setengah siji iki "
Eko : " kita jalan lewat belakang aja mas "
Kami mulai bergegas meninggalkan kosan si Eko ini dengan melewati pintu belakang yang ada di pekarangan , tembusannya langsung berada di area tegalan yang cukup gelap dan dipenuhi pepohonan pisang... setelah berjalan sebentar akhirnya di hadapan kami telah terlihat gerbang komplek pemakaman yang kami tuju.
Zul : " ternyata deket banget sama kosanmu ko "
Me : " trus lu ngga pernah dihantuin di kosan ko ? "
Eko : " ngga pernah mas , jangan sampe deh "
Kini kami berempat telah tiba di depan gerbang kuburan ini , suasananya tampak cukup remang karena hanya diterangi oleh sebuah lampu neon saja.
Zul : " ndik , senternya keluarin ! "
Pendik : " oyi zul "
Dengan cekatan si Pendik mulai mengeluarkan 2 buah senter dari ranselnya dan kemudian ia menyalakan 2 batang hio yang baunya langsung menyengat hidung kami , tak lupa ia juga memutar infrasoundnya sebagai sarana pemanggil makhluk gaib.
Me : " ko , pegangin hionya ! "
Eko : " iya mas , aku di belakang aja ya "
Me : " ayo masuk sekarang ! "
Pendik : " ayo aku ngarep ae ambek kon "
(ayo aku depan aja sama kamu)
Eko : " bismillahirahman nirrahim "
Rasa gamang langsung menyergap ketika kami melangkahkan kaki memasuki komplek pemakaman ini , apalagi saat kami mendapati 2 buah keranda mayat yang teronggok di balik gerbang.
Zul : " ada keranda mayat vig "
Pendik : " koyok critomu ndek jembatan sengkaling vig , ngeri rek "
(kayak ceritamu di jembatan sengkaling vig , ngeri rek)
Me : " gak nok mayite lapo wedi ndik , wes ayo mlaku ! "
(gak ada mayatnya ngapain takut ndik , udah ayo jalan !)
Kami abaikan keberadaan keranda mayat itu lalu kami mulai berjalan melewati jalan cor beton yang membelah komplek pemakaman ini , sementara di kiri kanan kami tampak ratusan nisan dan kijing yang saling berjejeran , begitu juga pepohonan kamboja lebat yang membuat suasana terlihat menyeramkan.
Pendik : " lungguh ndek endi iki vig ? "
(duduk di mana ini vig ?)
Me : " ndek tengah ae ndik "
(di tengah aja ndik)
Kami memutuskan untuk duduk di tengah tengah komplek kuburan yang begitu luas ini , dari sini kami dapat mengawasi segala penjuru dengan leluasa.
Eko : " hionya aku tancepin tanah ya mas ? "
Me : " wo iyo ko "
2 batang hio yang dibawa si Eko telah tertancap di tanah yang berada di kiri kanan jalan cor beton ini , kini sambil duduk bersila kami mengarahkan sorotan senter ke segala arah.
Zul : " gak ada apa apanya ko "
Eko : " kita kan baru datang mas "
Me : " tungguin agak lama lagi zul "
Hawa udara yang begitu dingin membuat kami cukup menggigil duduk di sini , kurasa lebih baik ngerokok dulu biar badan jadi agak anget.
Me : " rokokan sek rekk , uadem howone "
(ngerokok dulu rekk , duingin hawanya)
Pendik : " santai ae yo vig , uji nyali disambi rokokan kebal kebul "
(santai aja ya vig , uji nyali disambi ngerokok kebal kebul)
Zul : " aku minta rokokmu ndik , bosen ngerokok mild terus "
Eko : " kalo aku ngga ngerokok deh mas "
Perasaan kami mulai agak santai seiring hembusan asap rokok yang keluar dari mulut , sementara tangan kami yang memegang senter terus menyoroti segala penjuru komplek pemakaman ini , namun tak ada apapun yang kami dapati selain beberapa ekor kelelawar yang beterbangan di antara pepohonan kamboja.
Pendik : " lowo thok vig "
(kelelawar doang vig)
Me : " koncomu iku "
(temenmu itu)
Pendik : " wancik kon "
Lama lama bosen juga kalau cuma duduk di sini , mau kelilingpun rasanya juga males , akhirnya kuputuskan untuk memutar lagu saja buat hiburan " mandi kembang tengah malam jangan kau lakukan kalau hanya mengharap maaf dariku " sebuah lagu dangdut dari Caca Handika kini mengalun nyaring dari speaker ponselku dan seketika memecah kesunyian malam.
Me : " ben gak ngantuk ndik "
(biar gak ngantuk ndik)
Pendik : " penak iku vig lagune "
(enak ini vig lagunya)
Zul : " kalau disetelin dangdut ntar gak mau nongol demitnya vig "
Me : " ahh sapa tau pocongnya doyan dangdut zul.. ha.. ha.. "
Eko : " ha.. ha.. goyang mang "
Tak terasa malam telah beranjak kian larut dan kini sudah nyaris jam 1 dini hari , dengan terkantuk kantuk kami mendengarkan lagu dangdut sambil mengamati keadaan namun tetap saja tak ada penampakan apapun.
Eko : " waduh mas aku kebelet pipis nih "
Me : " sama ko , kita pipis dimana nih ? "
Eko : " waduh dimana ya enaknya ? "
Zul : " ditahan aja ko pipisnya "
Eko : " ngga kuat ngempet mas "
Emang sial di saat seperti ini aku dan si Eko malah kebelet pipis , kini kami celingukan mencari cari spot yang sekiranya aman buat pipis.
Me : " deket pohon itu aja ko "
Eko : " ayo mas kalo gitu ! "
Pendik : " ati ati vig , ojok kenek kuburane uwong yo nek ngguyuh "
(ati ati vig , jangan kena kuburannya orang ya kalo pipis)
Zul : " ha.. ha.. bisa kualat ntar kalo ngencingin kuburan "
Dengan tergesa aku dan si Eko berjalan menuju pohon kamboja yang tak jauh dari tempat kami duduk , tanpa buang waktu kami berdua langsung pipis bareng " cuuuurrr !! " air kencing kamipun membasahi batang pohon ini.
Eko : " ayo mas cepetan ! "
Me : " bentar tungguin ko "
Buru buru kuselesaikan urusan buang air kecil ini dan untung saja tak terjadi apa apa hingga akhirnya kami balik lagi ke tempat semula.
Zul : " gak kena kuburan kan kencingnya vig ? "
Me : " ngga , pas kena pohon zul "
Eko : " aman pokoknya mas "
Zul : " ya udah duduk lagi deh "
Kini aku dan Eko kembali duduk bersama Zul dan Pendik , sementara lagu lagu dangdut masih mengalun dari speaker ponselku " kalau hanya untuk mengejar laki laki lain buat apa sih tuak manis kau suguhkan untuk dirikuuu.. " semakin lama aku malah merasa semakin ngantuk gara gara mendengarkan lagunya Meggy Z ini.
Me : " tak ganti radio ya ndik lagune ? "
Pendik : " yo wes vig , kosmonita fm lagune slow iki "
Me : " oyi "
Karena merasa bosan mendengarkan lagu lagu dangdut akhirnya kumatikan pemutar musik dan kuganti dengan radio , namun hal aneh terjadi ketika aku berusaha mencari cari channel radio , tak ada apapun yang terdengar selain bunyi gemerisik.
Me : " loh kok gak nok ndik lagune ?! "
(loh kok gak ada ndik lagunya ?!)
Pendik : " seng liyane wes kok jajal a vig ? "
(yang lainnya udah kamu coba tha vig ?)
Me : " uwes kabeh , kemrosok thok suorone "
(udah semua , gemerisik doang suaranya)
Zul : " kosmonita kan 24 jam ya vig , makobu juga "
Eko : " m fm udah dicoba juga mas ? "
Me : " udah ko , gak ada apa apanya "
Beberapa channel radio yang on air 24 jam telah kucoba satu persatu namun tetap saja tak ada hasilnya sama sekali selain bunyi gemerisik , kami mulai merasa bahwa keanehan ini terjadi karena interfensi dari makhluk gaib yang mungkin ada di area pemakaman ini.
Pendik : " pasti ada makhluk gaib di sekitar sini zul , gelombang radionya jadi putus gini "
Zul : " kok bisa ya ndik ? "
Kecurigaan kami ternyata tepat karena tak lama kemudian terdengar suara geraman dari speaker ponselku " ggrrrrr !!!.... ggggrrrr !!!... " seketika kami terkaget dan terheran heran mendengarnya.
Me : " loh ndik suoro opo iki ?! "
Pendik : " waduh vig , njajal gantinen maneh channel radione "
(waduh vig , coba ganti lagi channel radionya)
Dengan terburu kuganti channel radio berkali kali namun tetap saja suara geraman itu terdengar , bahkan kali ini lebih nyaring daripada sebelumnya " ggrrr !!!.... gggrrrr !!!.... " kami benar benar bingung dengan keanehan ini.
Eko : " waduh mas kok bisa gitu ya ?! "
Me : " bener nih pasti suaranya makhluk gaib ko "
Pendik : " wes patenono ae radione vig ! "
(udah matiin aja radionya vig !)
Tanpa berlama lama lagi langsung kumatikan radio di ponselku ini , namun kami malah merasa semakin bingung karena suara geraman itu masih terdengar beberapa kali " ggrrr !!!.... gggrrrr !!!.... " sesaat kami saling pandang penuh keheranan , rasanya suara geraman itu terdengar tidak jauh dari tempat kami duduk ini.
Zul : " kok kayak di deket sini suaranya ya ? "
Eko : " waduh mas jangan jangan emang ada di deket sini ?! "
Pendik : " goleki vig ! "
Me : " zul , ayo kita senterin lagi ! "
Lekas saja aku dan Zul berdiri sambil menyenteri keadaan sekeliling , sebelum akhirnya sorotan senter kami tertuju pada pohon kamboja bekas pipis tadi " gggrrrr !!!... ggrrr !!!.... " sepertinya suara geraman itu terdengar dari sana dan benar saja , di atas dahan terlihat sosok keputih putihan yang berdiri mematung menghadap kami " oh my goood ?!?.. " tak salah lagi sosok itu adalah pocong.
Pendik : " ewul rekk "
(laper rekk)
Zul : " lama amat si eko beli nasi gorengnya "
Me : " tungguin aja zul "
Pendik : " tuku oges gorenge ndek planet namek arek iku vig , suwe selak ewul iki "
(beli nasi gorengnya di planet namek anak itu vig , lama keburu laper nih)
Nyaris 1 jam kami menunggu si Eko balik membeli nasi goreng di dekat swalayan Sardo , namun hingga kini ia belum juga kembali dan kami semua terpaksa menahan lapar.
Me : " iki sido gak uji nyaline ndik ? "
(ini jadi ngga uji nyalinya ndik ?)
Pendik : " sakjane aku yo rodok wedi vig , tapi gak penak ambek eko "
(sebenernya aku juga agak takut vig , tapi gak enak sama eko)
Malam ini kami bertiga memang sengaja datang ke kosannya Eko yang berada di gang 1 jl Gajayana ini , ia bersikeras mengajak kami beruji nyali di komplek pemakaman yang letaknya tak jauh dari sini... konon ada isu yang beredar di kalangan warga sekitar dan cukup membuat kami penasaran juga , isu itu tentang penampakan sosok hantu pocong yang kerap dijumpai warga di sekitar komplek pemakaman saat tengah malam.
Zul : " kalo steve ikutan aku ngga kuatir vig "
Me :" kan lagi banyak tugas dia zul , mau gimana lagi ? "
Sejujurnya tanpa keikut sertaan Steve kami semua merasa gamang melakukan uji nyali ini , mau mengajak Bang Renggo juga tak bisa karena ia tengah sibuk merampungkan skripsinya.... kini kami benar benar mencoba untuk menguatkan nyali tanpa bergantung pada siapapun.
Pendik : " lha iku suoro montore eko vig , wes teko areke "
(lha itu suara motornya eko vig , udah dateng anaknya)
Me : " yo wes , mari ngene ndang nakam gek ladub ndik "
(ya udah , abis ini cepetan makan trus berangkat ndik)
Suara deru motor si Eko telah terdengar dari teras depan , tak lama kemudian ia telah tiba di hadapan kami sambil membawa bungkusan kresek berisi nasi goreng.
Eko : " sorry mas kelamaan "
Zul : " ngapain aja tadi ko ? "
Eko : " ban motornya bocor mas , mesti nembel dulu tadi "
Me : " yo wes kita makan dulu ko , udah laper banget ini "
Eko : " oyi mas "
Tanpa buang waktu kami segera menyudahi permainan monopoli yang kami mainkan ini lalu buru buru kami melahap nasi goreng yang dibawa si Eko , tak butuh waktu lama acara makanpun kelar dan kami telah siap untuk berangkat menuju komplek pemakaman.
Me : " ayo ladub saiki ndik , selak ngantuk "
(ayo berangkat sekarang ndik , keburu ngantuk)
Pendik : " oyi vig , wes jam setengah siji iki "
Eko : " kita jalan lewat belakang aja mas "
Kami mulai bergegas meninggalkan kosan si Eko ini dengan melewati pintu belakang yang ada di pekarangan , tembusannya langsung berada di area tegalan yang cukup gelap dan dipenuhi pepohonan pisang... setelah berjalan sebentar akhirnya di hadapan kami telah terlihat gerbang komplek pemakaman yang kami tuju.
Zul : " ternyata deket banget sama kosanmu ko "
Me : " trus lu ngga pernah dihantuin di kosan ko ? "
Eko : " ngga pernah mas , jangan sampe deh "
Kini kami berempat telah tiba di depan gerbang kuburan ini , suasananya tampak cukup remang karena hanya diterangi oleh sebuah lampu neon saja.
Zul : " ndik , senternya keluarin ! "
Pendik : " oyi zul "
Dengan cekatan si Pendik mulai mengeluarkan 2 buah senter dari ranselnya dan kemudian ia menyalakan 2 batang hio yang baunya langsung menyengat hidung kami , tak lupa ia juga memutar infrasoundnya sebagai sarana pemanggil makhluk gaib.
Me : " ko , pegangin hionya ! "
Eko : " iya mas , aku di belakang aja ya "
Me : " ayo masuk sekarang ! "
Pendik : " ayo aku ngarep ae ambek kon "
(ayo aku depan aja sama kamu)
Eko : " bismillahirahman nirrahim "
Rasa gamang langsung menyergap ketika kami melangkahkan kaki memasuki komplek pemakaman ini , apalagi saat kami mendapati 2 buah keranda mayat yang teronggok di balik gerbang.
Zul : " ada keranda mayat vig "
Pendik : " koyok critomu ndek jembatan sengkaling vig , ngeri rek "
(kayak ceritamu di jembatan sengkaling vig , ngeri rek)
Me : " gak nok mayite lapo wedi ndik , wes ayo mlaku ! "
(gak ada mayatnya ngapain takut ndik , udah ayo jalan !)
Kami abaikan keberadaan keranda mayat itu lalu kami mulai berjalan melewati jalan cor beton yang membelah komplek pemakaman ini , sementara di kiri kanan kami tampak ratusan nisan dan kijing yang saling berjejeran , begitu juga pepohonan kamboja lebat yang membuat suasana terlihat menyeramkan.
Pendik : " lungguh ndek endi iki vig ? "
(duduk di mana ini vig ?)
Me : " ndek tengah ae ndik "
(di tengah aja ndik)
Kami memutuskan untuk duduk di tengah tengah komplek kuburan yang begitu luas ini , dari sini kami dapat mengawasi segala penjuru dengan leluasa.
Eko : " hionya aku tancepin tanah ya mas ? "
Me : " wo iyo ko "
2 batang hio yang dibawa si Eko telah tertancap di tanah yang berada di kiri kanan jalan cor beton ini , kini sambil duduk bersila kami mengarahkan sorotan senter ke segala arah.
Zul : " gak ada apa apanya ko "
Eko : " kita kan baru datang mas "
Me : " tungguin agak lama lagi zul "
Hawa udara yang begitu dingin membuat kami cukup menggigil duduk di sini , kurasa lebih baik ngerokok dulu biar badan jadi agak anget.
Me : " rokokan sek rekk , uadem howone "
(ngerokok dulu rekk , duingin hawanya)
Pendik : " santai ae yo vig , uji nyali disambi rokokan kebal kebul "
(santai aja ya vig , uji nyali disambi ngerokok kebal kebul)
Zul : " aku minta rokokmu ndik , bosen ngerokok mild terus "
Eko : " kalo aku ngga ngerokok deh mas "
Perasaan kami mulai agak santai seiring hembusan asap rokok yang keluar dari mulut , sementara tangan kami yang memegang senter terus menyoroti segala penjuru komplek pemakaman ini , namun tak ada apapun yang kami dapati selain beberapa ekor kelelawar yang beterbangan di antara pepohonan kamboja.
Pendik : " lowo thok vig "
(kelelawar doang vig)
Me : " koncomu iku "
(temenmu itu)
Pendik : " wancik kon "
Lama lama bosen juga kalau cuma duduk di sini , mau kelilingpun rasanya juga males , akhirnya kuputuskan untuk memutar lagu saja buat hiburan " mandi kembang tengah malam jangan kau lakukan kalau hanya mengharap maaf dariku " sebuah lagu dangdut dari Caca Handika kini mengalun nyaring dari speaker ponselku dan seketika memecah kesunyian malam.
Me : " ben gak ngantuk ndik "
(biar gak ngantuk ndik)
Pendik : " penak iku vig lagune "
(enak ini vig lagunya)
Zul : " kalau disetelin dangdut ntar gak mau nongol demitnya vig "
Me : " ahh sapa tau pocongnya doyan dangdut zul.. ha.. ha.. "
Eko : " ha.. ha.. goyang mang "
Tak terasa malam telah beranjak kian larut dan kini sudah nyaris jam 1 dini hari , dengan terkantuk kantuk kami mendengarkan lagu dangdut sambil mengamati keadaan namun tetap saja tak ada penampakan apapun.
Eko : " waduh mas aku kebelet pipis nih "
Me : " sama ko , kita pipis dimana nih ? "
Eko : " waduh dimana ya enaknya ? "
Zul : " ditahan aja ko pipisnya "
Eko : " ngga kuat ngempet mas "
Emang sial di saat seperti ini aku dan si Eko malah kebelet pipis , kini kami celingukan mencari cari spot yang sekiranya aman buat pipis.
Me : " deket pohon itu aja ko "
Eko : " ayo mas kalo gitu ! "
Pendik : " ati ati vig , ojok kenek kuburane uwong yo nek ngguyuh "
(ati ati vig , jangan kena kuburannya orang ya kalo pipis)
Zul : " ha.. ha.. bisa kualat ntar kalo ngencingin kuburan "
Dengan tergesa aku dan si Eko berjalan menuju pohon kamboja yang tak jauh dari tempat kami duduk , tanpa buang waktu kami berdua langsung pipis bareng " cuuuurrr !! " air kencing kamipun membasahi batang pohon ini.
Eko : " ayo mas cepetan ! "
Me : " bentar tungguin ko "
Buru buru kuselesaikan urusan buang air kecil ini dan untung saja tak terjadi apa apa hingga akhirnya kami balik lagi ke tempat semula.
Zul : " gak kena kuburan kan kencingnya vig ? "
Me : " ngga , pas kena pohon zul "
Eko : " aman pokoknya mas "
Zul : " ya udah duduk lagi deh "
Kini aku dan Eko kembali duduk bersama Zul dan Pendik , sementara lagu lagu dangdut masih mengalun dari speaker ponselku " kalau hanya untuk mengejar laki laki lain buat apa sih tuak manis kau suguhkan untuk dirikuuu.. " semakin lama aku malah merasa semakin ngantuk gara gara mendengarkan lagunya Meggy Z ini.
Me : " tak ganti radio ya ndik lagune ? "
Pendik : " yo wes vig , kosmonita fm lagune slow iki "
Me : " oyi "
Karena merasa bosan mendengarkan lagu lagu dangdut akhirnya kumatikan pemutar musik dan kuganti dengan radio , namun hal aneh terjadi ketika aku berusaha mencari cari channel radio , tak ada apapun yang terdengar selain bunyi gemerisik.
Me : " loh kok gak nok ndik lagune ?! "
(loh kok gak ada ndik lagunya ?!)
Pendik : " seng liyane wes kok jajal a vig ? "
(yang lainnya udah kamu coba tha vig ?)
Me : " uwes kabeh , kemrosok thok suorone "
(udah semua , gemerisik doang suaranya)
Zul : " kosmonita kan 24 jam ya vig , makobu juga "
Eko : " m fm udah dicoba juga mas ? "
Me : " udah ko , gak ada apa apanya "
Beberapa channel radio yang on air 24 jam telah kucoba satu persatu namun tetap saja tak ada hasilnya sama sekali selain bunyi gemerisik , kami mulai merasa bahwa keanehan ini terjadi karena interfensi dari makhluk gaib yang mungkin ada di area pemakaman ini.
Pendik : " pasti ada makhluk gaib di sekitar sini zul , gelombang radionya jadi putus gini "
Zul : " kok bisa ya ndik ? "
Kecurigaan kami ternyata tepat karena tak lama kemudian terdengar suara geraman dari speaker ponselku " ggrrrrr !!!.... ggggrrrr !!!... " seketika kami terkaget dan terheran heran mendengarnya.
Me : " loh ndik suoro opo iki ?! "
Pendik : " waduh vig , njajal gantinen maneh channel radione "
(waduh vig , coba ganti lagi channel radionya)
Dengan terburu kuganti channel radio berkali kali namun tetap saja suara geraman itu terdengar , bahkan kali ini lebih nyaring daripada sebelumnya " ggrrr !!!.... gggrrrr !!!.... " kami benar benar bingung dengan keanehan ini.
Eko : " waduh mas kok bisa gitu ya ?! "
Me : " bener nih pasti suaranya makhluk gaib ko "
Pendik : " wes patenono ae radione vig ! "
(udah matiin aja radionya vig !)
Tanpa berlama lama lagi langsung kumatikan radio di ponselku ini , namun kami malah merasa semakin bingung karena suara geraman itu masih terdengar beberapa kali " ggrrr !!!.... gggrrrr !!!.... " sesaat kami saling pandang penuh keheranan , rasanya suara geraman itu terdengar tidak jauh dari tempat kami duduk ini.
Zul : " kok kayak di deket sini suaranya ya ? "
Eko : " waduh mas jangan jangan emang ada di deket sini ?! "
Pendik : " goleki vig ! "
Me : " zul , ayo kita senterin lagi ! "
Lekas saja aku dan Zul berdiri sambil menyenteri keadaan sekeliling , sebelum akhirnya sorotan senter kami tertuju pada pohon kamboja bekas pipis tadi " gggrrrr !!!... ggrrr !!!.... " sepertinya suara geraman itu terdengar dari sana dan benar saja , di atas dahan terlihat sosok keputih putihan yang berdiri mematung menghadap kami " oh my goood ?!?.. " tak salah lagi sosok itu adalah pocong.
Quote:
Dengan tangan gemetaran aku dan Zul memegangi senter dan terus menyoroti sosok pocong yang berdiri di atas dahan itu , dari jarak sekitar 8 meteran kami dapat melihat wujudnya dengan cukup jelas..... kain kafan yang dikenakannya terlihat kusam , kedua matanya tampak terpejam rapat , sementara lubang hidungnya dijejali oleh kapas , satu satunya yang terbuka hanyalah mulutnya saja dan " gggrrr !!!... gggrrr !!!!!... "geraman itu terdengar lebih nyaring daripada sebelumnya dan seketika membuat nyali kami menciut.
Zul : " ggimana ini vig ?!? "
Me : " kkita kabur sekarang ya ?! "
Pendik : " aayo vig , ngko nek kesurupan gak nok seng iso nulungi "
(aayo vig , ntar kalo kesurupan gak ada yang bisa nolongin)
Eko : " aayo mas kabur sekarang !! "
Tanpa berlama lama lagi kami langsung mengambil langkah seribu , dengan tunggang langgang kami berlari meninggalkan komplek pemakaman secepat yang kami bisa.
Eko : " kita langsung lari ke kosan !! "
Zul : " bentar , aku capek.. hah !.. hah !.. "
Tiba di depan gerbang kami berhenti sejenak untuk mengatur nafas yang terengah engah , namun secara mengejutkan terdengar bunyi berisik dari balik gerbang ini " klotak !... klotak !... klotak !... " dengan sedikit nyali yang tersisa kami memberanikan diri melongok ke balik gerbang , ternyata 2 buah keranda mayat yang terbuat dari besi itu sedang berguncang guncang hebat " klotak !... klotak !... klotak !... " yang lebih mengerikan adalah saat kami mendapati 2 sosok pocong yang terbujur di dalam keranda itu dan terus bergerak gerak seolah ingin berontak keluar dari dalam keranda.
Eko : " wwaduh mas ?!?... kkok ada pocongnya juga ?! "
Zul : " ?!? "
Pendik : " wanciik ?!.. yok opo iki vig ?!.. "
Me : " ?!? "
Sesaat kami terpana menyaksikan 2 keranda besi yang terus berguncang guncang itu , rasa heran bercampur ngeri benar benar menyergap kami semua hingga terdiam selama beberapa detik di sini.
Eko : " aayo mas kita balik sekarang !! "
Zul : " iiya ko , aayo !!! "
Tak ingin hal buruk terjadi segera saja kami mengerahkan sisa tenaga untuk kabur secepatnya , sesampainya di kosan kami benar benar kehabisan tenaga dan langsung rebah di lantai kamar dengan nafas yang terengah engah " hah !... hah !... hah !... " kucuran keringatpun tampak deras membanjiri muka kami.
Eko : " hah !.. hah !.. ternyata emang bener mas... hah !.. hah !.. pocongnya ada beneran "
Zul : " untung kita gak dikejar ko.. hah !.. hah !.. "
Me : " hah !.. hah !.. slamet kita zul "
Pendik : " hah !.. hah !.. lemes aku vig.. hah !.. hah !.. "
Kini terbukti sudah bahwa komplek pemakaman itu ternyata memang benar benar angker seperti yang dibilang warga , pocong pocong itu ternyata bukan hanya sekedar isu belaka melainkan benar benar nyata adanya.
Zul : " ggimana ini vig ?!? "
Me : " kkita kabur sekarang ya ?! "
Pendik : " aayo vig , ngko nek kesurupan gak nok seng iso nulungi "
(aayo vig , ntar kalo kesurupan gak ada yang bisa nolongin)
Eko : " aayo mas kabur sekarang !! "
Tanpa berlama lama lagi kami langsung mengambil langkah seribu , dengan tunggang langgang kami berlari meninggalkan komplek pemakaman secepat yang kami bisa.
Eko : " kita langsung lari ke kosan !! "
Zul : " bentar , aku capek.. hah !.. hah !.. "
Tiba di depan gerbang kami berhenti sejenak untuk mengatur nafas yang terengah engah , namun secara mengejutkan terdengar bunyi berisik dari balik gerbang ini " klotak !... klotak !... klotak !... " dengan sedikit nyali yang tersisa kami memberanikan diri melongok ke balik gerbang , ternyata 2 buah keranda mayat yang terbuat dari besi itu sedang berguncang guncang hebat " klotak !... klotak !... klotak !... " yang lebih mengerikan adalah saat kami mendapati 2 sosok pocong yang terbujur di dalam keranda itu dan terus bergerak gerak seolah ingin berontak keluar dari dalam keranda.
Eko : " wwaduh mas ?!?... kkok ada pocongnya juga ?! "
Zul : " ?!? "
Pendik : " wanciik ?!.. yok opo iki vig ?!.. "
Me : " ?!? "
Sesaat kami terpana menyaksikan 2 keranda besi yang terus berguncang guncang itu , rasa heran bercampur ngeri benar benar menyergap kami semua hingga terdiam selama beberapa detik di sini.
Eko : " aayo mas kita balik sekarang !! "
Zul : " iiya ko , aayo !!! "
Tak ingin hal buruk terjadi segera saja kami mengerahkan sisa tenaga untuk kabur secepatnya , sesampainya di kosan kami benar benar kehabisan tenaga dan langsung rebah di lantai kamar dengan nafas yang terengah engah " hah !... hah !... hah !... " kucuran keringatpun tampak deras membanjiri muka kami.
Eko : " hah !.. hah !.. ternyata emang bener mas... hah !.. hah !.. pocongnya ada beneran "
Zul : " untung kita gak dikejar ko.. hah !.. hah !.. "
Me : " hah !.. hah !.. slamet kita zul "
Pendik : " hah !.. hah !.. lemes aku vig.. hah !.. hah !.. "
Kini terbukti sudah bahwa komplek pemakaman itu ternyata memang benar benar angker seperti yang dibilang warga , pocong pocong itu ternyata bukan hanya sekedar isu belaka melainkan benar benar nyata adanya.
Apabila anda puas bilang sama teman , saudara atau tetangga anda ….. bila timbul gejala gejala aneh segera berobat ke mantri hewan terdekat di kota anda
Diubah oleh vigovampironeo 16-09-2017 20:14
BALI999 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Kutip
Balas