- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah Tak Sempurna
...
TS
aldiansyahdzs
Kisah Tak Sempurna
Quote:

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh.
Selamat pagi warga Kaskus di Seluruh Muka Bumi.
Terimakasih kepada Agan / Aganwati yang sudah mampir di Thread ini. Terimakasih pula untuk sesepuh dan moderator SFTH. Thread ini adalah thread pertama kali saya main kaskus . Saya berharap Thread pertama kali saya di Kaskus bisa membuat Agan / Aganwati terhibur dengan coretan sederhana saya ini.
Thread ini bercerita tentang kisah putih abu - abu seorang laki laki yang saya beri nama Erlangga. Dari pada penasaran, lebih baik langsung baca aja gan! Selamat galau eh selamat membacaaa.
NB; Kritik dan Saran sangat saya butuhkan agar saya dapat menulis lebih baik lagi.
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Keep in touch with me.
twitter: aldiansyahdzs
instagram : aldisabihat
twitter: aldiansyahdzs
instagram : aldisabihat
Diubah oleh aldiansyahdzs 17-06-2019 18:30
JabLai cOY dan 31 lainnya memberi reputasi
32
132.2K
879
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aldiansyahdzs
#388
Teduh – Part 2
Tidak ada satupun bintang yang nampak malam ini. Ada apa dengan sang bintang sehingga ia tak ingin menemani sang malam? Apakah sang bintang memilih bersembunyi atau sinarnya meredup?
Semilir angin berhembus kencang. Menjatuhkan daun – daun dari ranting pohon. Kadang ada gemercik air yang jatuh terbawa jatuh. Sejak sore tadi hujan memang membasahi bumi Parahyangan. Aku sendiri memang tidak mempermasalahkan hujan. Bagiku hujan adalah teman dikala sepi.
Kepalaku sudah tak mampu menampung matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan mata pelajaran kejuruan. Aku memilih duduk di lantai atas. Secangkir teh menemani pekatnya malam. Aku menikmati kesenduan ini meskipun pedih.
Memori dalam kepalaku terus memutar – mutar tentang Octa. Apa mungkin ini karena hatiku yang belum bisa merelakan Octa? Kadang aku bisa menjawab iya kadang bisa menjawab tidak. Iya, karena orang yang tak setia harus di biarkan pergi. Tidak, karena dia pernah menjadi alasan mengapa aku tersenyum. Kini aku yang harus menerima kepahitan ini agar aku bisa menjalani kehidupan tanpanya. Dulu sebelum mengenalnya aku baik – baik saja, dan kini tanpanya aku harus baik – baik juga
.
Jam di dinding kamarku menunjukan pukul 01.45. Mataku sudah meminta untuk terpejam, namun hatiku masih saja gundah. Kadang di saat seperti ini aku ingin membuang hatiku dulu. Aku bisa sakit karena hal konyol.
Dengan hati yang belum bisa ku ajak berdamai. Aku berusaha memejamkan mataku. Perlahan kantuk mulai hinggap. Sebentar lagi menuju alam mimpi.
Aku menyusuri koridor sekolah dengan terkantuk – kantuk. Mataku layu. Apalagi dengan rambutku, acak – acakan. Aku seperti tidak bergairah menjalani hari ini. Seharusnya hari ini aku tidak wajib datang ke sekolah. Tapi karena ada mandat dari guruku untuk jadi tutor ujian jurusan kelas 11 dengan terpaksa aku harus datang kesekolah.
Tutorial demi tutorial aku jelaskan. Hampri 80% siswa dikelas ini mengerti apa yang telah aku ajarkan. Meskipun begitu tak banyak diantara mereka yang bertanya. Sebisa mungkin dengan ilmu yang ada di dalam kepalaku aku coba jawab hingga siswa mengerti dengan apa yang telah aku ajarkan. Semoga ilmuku bermanfaat, semoga mereka tidak ada yang di remedial. Gumamku dalam hati.
Ku letakan absensi siswa sambil menyimpan lembaran modul di atas meja pa Ryan. Syukur tugasku hari ini sudah ku lewati dengan baik.
Di atas meja aku menuliskan beberapa task yang sudah dikerjakan hari ini. Setelah ku rasa tulisan tersebut sudah benar aku mengambil handphoneku.
Dean, ya Dean. Perempuan cantik ini menyukai bakso. Untuk urusan sambal? Jangan pernah bertanya. Ia adalah penggila sambal. Kadang aku mengira ini bakso yang di beri sambal atau sambal yang di beri bakso, kuah baksonya merah padam.
Aku mengetuk – ngetuk screen handphoneku. Membuka Path. 43 notifikasi muncul namun 40 diantaranya adalah likes. Aku membuka notifikasi paling atas. Ya notifikasi tersebut adalah jika Dean sedang bersamaku
Semester 1 berlalu.
Hari demi hari kini aku merasa lebih akrab dengan Dean. Ia tak pernah merasa risih dengan penampilanku yang ‘apa adanya’. Aku kadang merasa malu bila berdampingan dengan dia. Kejadian di ruang gurupun sering terjadi. Dengan sisir miliknya, dirapikanlah rambut acak – acakanku. Aku dibuatnya salah tingkah.
Nilai semester 1 ku tak begitu baik tak begitu buruk. Tidak ada 1 pun mata pelajaran yang masuk kedalam kategori remedial. Syukur ku ucapkan dikala kondisi psikisku yang sedang hancur aku masih bisa konsentrasi mengejarkan soal – soal UAS beserta ujian praktek dengan lancar.
Aku menatap diriku dalam – dalam di kaca. Mataku sedikit layu, rambutku sudah acak – acakan, kumis sudah muncul diatas bibirku, begitupun juga dengan janggut yang sudah tumbuh di daguku. Di kaca tersebut aku menyelipkan foto masa kecilku. Aku memakai pakaian pangsi khas sunda dengan ikat batik. Aku membandingkannya dengan diriku sekarang. Aku sudah dewasa
.
Dulu saat aku masih kecil, begitu indahnya kehidupan. Sekolah, belajar, dan bermain. Masalah terberat hanya pr matematika dan hafalan surat – surat yang ayatnya belasan bahkan puluhan. Erlangga saat kecil ingin segera dewasa. Ternyata dewasa tersebut tak seindah yang aku bayangkan. Sakit saat terkilir karena di tackle saat sepakbola mungkin tak sesakit ditinggalkan wanita. Terkadang aku ingin menjadi anak kecil kembali. Namun kehidupan harus tetap dijalani.
Handphoneku bergetar, aku langsung mengangkat panggilan telpon.
Dean memberikan song list untuk ku hafalkan. When You Love Someone by Endah N’ Rhesa, A Sky Full of Stars by Coldplay, We Are Never Ever Getting Back Together by Taylor Swfit dan yang terakhir Iris by Goo Goo Dools.
Tanganku langsung mengetikan lagu – lagu tersebut di dalam bar pencarian di Youtube. Tidak sulit memang mencari lagu – lagu tersebut. Setelah sibuk mencari cover-an lagu tersebut jemariku saling beradu di antara fret memainkan alat musik bersenar 6 ini.
4 jam ku habiskan dengan menghafalkan chord dari lagu yang akan di bawakan lagi. 4 hari lagi kami berdua akan tampil dalam suatu pra-event pentas seni di salah SMA Favorit di Kota Bandung. Aku sendiri sebelumnya sudah malang melintang tampil dari satu panggung ke satu panggung yang lain dengan band indieku, jadi aku tidak akan terlalu gugup di saat di atas panggung nanti.
Tidak ada satupun bintang yang nampak malam ini. Ada apa dengan sang bintang sehingga ia tak ingin menemani sang malam? Apakah sang bintang memilih bersembunyi atau sinarnya meredup?
Semilir angin berhembus kencang. Menjatuhkan daun – daun dari ranting pohon. Kadang ada gemercik air yang jatuh terbawa jatuh. Sejak sore tadi hujan memang membasahi bumi Parahyangan. Aku sendiri memang tidak mempermasalahkan hujan. Bagiku hujan adalah teman dikala sepi.
Kepalaku sudah tak mampu menampung matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan mata pelajaran kejuruan. Aku memilih duduk di lantai atas. Secangkir teh menemani pekatnya malam. Aku menikmati kesenduan ini meskipun pedih.
Memori dalam kepalaku terus memutar – mutar tentang Octa. Apa mungkin ini karena hatiku yang belum bisa merelakan Octa? Kadang aku bisa menjawab iya kadang bisa menjawab tidak. Iya, karena orang yang tak setia harus di biarkan pergi. Tidak, karena dia pernah menjadi alasan mengapa aku tersenyum. Kini aku yang harus menerima kepahitan ini agar aku bisa menjalani kehidupan tanpanya. Dulu sebelum mengenalnya aku baik – baik saja, dan kini tanpanya aku harus baik – baik juga
.
Jam di dinding kamarku menunjukan pukul 01.45. Mataku sudah meminta untuk terpejam, namun hatiku masih saja gundah. Kadang di saat seperti ini aku ingin membuang hatiku dulu. Aku bisa sakit karena hal konyol.
Dengan hati yang belum bisa ku ajak berdamai. Aku berusaha memejamkan mataku. Perlahan kantuk mulai hinggap. Sebentar lagi menuju alam mimpi.
***
Aku menyusuri koridor sekolah dengan terkantuk – kantuk. Mataku layu. Apalagi dengan rambutku, acak – acakan. Aku seperti tidak bergairah menjalani hari ini. Seharusnya hari ini aku tidak wajib datang ke sekolah. Tapi karena ada mandat dari guruku untuk jadi tutor ujian jurusan kelas 11 dengan terpaksa aku harus datang kesekolah.
Quote:
Tutorial demi tutorial aku jelaskan. Hampri 80% siswa dikelas ini mengerti apa yang telah aku ajarkan. Meskipun begitu tak banyak diantara mereka yang bertanya. Sebisa mungkin dengan ilmu yang ada di dalam kepalaku aku coba jawab hingga siswa mengerti dengan apa yang telah aku ajarkan. Semoga ilmuku bermanfaat, semoga mereka tidak ada yang di remedial. Gumamku dalam hati.
Ku letakan absensi siswa sambil menyimpan lembaran modul di atas meja pa Ryan. Syukur tugasku hari ini sudah ku lewati dengan baik.
Quote:
Di atas meja aku menuliskan beberapa task yang sudah dikerjakan hari ini. Setelah ku rasa tulisan tersebut sudah benar aku mengambil handphoneku.
Quote:
Quote:
Dean, ya Dean. Perempuan cantik ini menyukai bakso. Untuk urusan sambal? Jangan pernah bertanya. Ia adalah penggila sambal. Kadang aku mengira ini bakso yang di beri sambal atau sambal yang di beri bakso, kuah baksonya merah padam.
Quote:
Aku mengetuk – ngetuk screen handphoneku. Membuka Path. 43 notifikasi muncul namun 40 diantaranya adalah likes. Aku membuka notifikasi paling atas. Ya notifikasi tersebut adalah jika Dean sedang bersamaku
Quote:
***
Semester 1 berlalu.
Hari demi hari kini aku merasa lebih akrab dengan Dean. Ia tak pernah merasa risih dengan penampilanku yang ‘apa adanya’. Aku kadang merasa malu bila berdampingan dengan dia. Kejadian di ruang gurupun sering terjadi. Dengan sisir miliknya, dirapikanlah rambut acak – acakanku. Aku dibuatnya salah tingkah.
Nilai semester 1 ku tak begitu baik tak begitu buruk. Tidak ada 1 pun mata pelajaran yang masuk kedalam kategori remedial. Syukur ku ucapkan dikala kondisi psikisku yang sedang hancur aku masih bisa konsentrasi mengejarkan soal – soal UAS beserta ujian praktek dengan lancar.
Aku menatap diriku dalam – dalam di kaca. Mataku sedikit layu, rambutku sudah acak – acakan, kumis sudah muncul diatas bibirku, begitupun juga dengan janggut yang sudah tumbuh di daguku. Di kaca tersebut aku menyelipkan foto masa kecilku. Aku memakai pakaian pangsi khas sunda dengan ikat batik. Aku membandingkannya dengan diriku sekarang. Aku sudah dewasa
.
Dulu saat aku masih kecil, begitu indahnya kehidupan. Sekolah, belajar, dan bermain. Masalah terberat hanya pr matematika dan hafalan surat – surat yang ayatnya belasan bahkan puluhan. Erlangga saat kecil ingin segera dewasa. Ternyata dewasa tersebut tak seindah yang aku bayangkan. Sakit saat terkilir karena di tackle saat sepakbola mungkin tak sesakit ditinggalkan wanita. Terkadang aku ingin menjadi anak kecil kembali. Namun kehidupan harus tetap dijalani.
Handphoneku bergetar, aku langsung mengangkat panggilan telpon.
Quote:
Dean memberikan song list untuk ku hafalkan. When You Love Someone by Endah N’ Rhesa, A Sky Full of Stars by Coldplay, We Are Never Ever Getting Back Together by Taylor Swfit dan yang terakhir Iris by Goo Goo Dools.
Tanganku langsung mengetikan lagu – lagu tersebut di dalam bar pencarian di Youtube. Tidak sulit memang mencari lagu – lagu tersebut. Setelah sibuk mencari cover-an lagu tersebut jemariku saling beradu di antara fret memainkan alat musik bersenar 6 ini.
4 jam ku habiskan dengan menghafalkan chord dari lagu yang akan di bawakan lagi. 4 hari lagi kami berdua akan tampil dalam suatu pra-event pentas seni di salah SMA Favorit di Kota Bandung. Aku sendiri sebelumnya sudah malang melintang tampil dari satu panggung ke satu panggung yang lain dengan band indieku, jadi aku tidak akan terlalu gugup di saat di atas panggung nanti.
junti27 dan 3 lainnya memberi reputasi
4