- Beranda
- Stories from the Heart
AKU, KAMU, DAN LEMON
...
TS
beavermoon
AKU, KAMU, DAN LEMON
SELAMAT DATANG DI RUMAH BEAVERMOON
Hallo semua, salam hangat dari bawah Gorong-gorong Sudirman
Kali ini ane akan coba buat share cerita yang ane buat. Jadi, selamat menikmati cerita ini dan tetap dukung kami meskipun hasilnya ngga banget
Jangan lupa buat RATE jika berkenan di hati kalian dan KOMENG jika ada kritik dan saran

Spoiler for Tanya Jawab:
Tanya Jawab Seputar Cerita
Q: Ini cerita nyata atau fiksi?
A: Sebenernya cerita ini gabungan dari kisah nyata sama beberapa unsur fiksi
Q: Bagian yang nyata yang mana aja? Yang fiksi yang mana aja?
A: Nah, cerita ini dibuat agar para pembaca bisa berimajinasi secara individu. Jadi kalau di tanya yang nyata mana yang fiksi mana, ya coba bayangin aja sendiri
Q: Ini nama asli atau nama samaran?
A: Ada beberapa yang disamarkan karena privasi banget nget nget
Q: Kok banyak kentangnya sih? Kan jadi kesel
A: Tak kentang maka tak kenyang
Maklumlah namanya baru di dunia SFTH ini jadi ya banyakin kentangnya aja dulu
Q: Atas dasar apa cerita ini dibuat?
A: Asal mula bikin cerita ini sebenernya biar ngga gabut-gabut amat kalo malem kan daripada nontonin Saori Hara mulu mending bikin cerita
terus juga biar ngga galau galau amat belom lama menjadi jomblo lagi 
Q: Kok tampilan awalnya biasa aja sih?
A: Masih newbie ya, NI-U-BI!! Jadi belom ngerti ngerti amat apa yang harus ditampilin buat penghias tampilan awal cerita ini, kalo ada yang mau ngajarin ya monggo
Q: Ini cerita nyata atau fiksi?
A: Sebenernya cerita ini gabungan dari kisah nyata sama beberapa unsur fiksi

Q: Bagian yang nyata yang mana aja? Yang fiksi yang mana aja?
A: Nah, cerita ini dibuat agar para pembaca bisa berimajinasi secara individu. Jadi kalau di tanya yang nyata mana yang fiksi mana, ya coba bayangin aja sendiri

Q: Ini nama asli atau nama samaran?
A: Ada beberapa yang disamarkan karena privasi banget nget nget

Q: Kok banyak kentangnya sih? Kan jadi kesel

A: Tak kentang maka tak kenyang
Maklumlah namanya baru di dunia SFTH ini jadi ya banyakin kentangnya aja duluQ: Atas dasar apa cerita ini dibuat?
A: Asal mula bikin cerita ini sebenernya biar ngga gabut-gabut amat kalo malem kan daripada nontonin Saori Hara mulu mending bikin cerita
terus juga biar ngga galau galau amat belom lama menjadi jomblo lagi 
Q: Kok tampilan awalnya biasa aja sih?
A: Masih newbie ya, NI-U-BI!! Jadi belom ngerti ngerti amat apa yang harus ditampilin buat penghias tampilan awal cerita ini, kalo ada yang mau ngajarin ya monggo
Spoiler for Pembukaan:
AKU, KAMU, DAN LEMON
When life gives you lemons, make orange juice. Leave the world wondering how you did it
Cerita ini mengisahkan tentang remaja-remaja yang mulai beranjak dewasa. Konflik yang sering terjadi menjadi kisah mereka masing-masing. Mengejar mimpi, cita-cita, dan cinta mereka melengkapi kisah hidup mereka.
Pada dasarnya manusia diciptakan untuk berusaha dan mengejar apa yang mereka impikan. Jurang dalam yang menghadang dapat mereka tempuh dengan susah payah, namun hanya tinggal lubang kecil di depan mata, mereka menyatakan untuk menyerah.
Sabtu sore dipinggiran kota, aku duduk di sebuah kafe kecil di meja paling ujung. Mengaduk-aduk kopi yang sudah daritadi kupesan dan membiarkan gula dan kopinya terus beraduk layaknya pusaran air di lautan. Perkenalkan, namaku Bramantyo Satya Adjie, biasa dipanggil Bram. Aku adalah mahasiswa di sebuah universitas swasta di ibukota. Perawakanku tidaklah cukup baik, aku jarang untuk tersenyum pada hal-hal kecil.
When life gives you lemons, make orange juice. Leave the world wondering how you did it
Cerita ini mengisahkan tentang remaja-remaja yang mulai beranjak dewasa. Konflik yang sering terjadi menjadi kisah mereka masing-masing. Mengejar mimpi, cita-cita, dan cinta mereka melengkapi kisah hidup mereka.
Pada dasarnya manusia diciptakan untuk berusaha dan mengejar apa yang mereka impikan. Jurang dalam yang menghadang dapat mereka tempuh dengan susah payah, namun hanya tinggal lubang kecil di depan mata, mereka menyatakan untuk menyerah.
Sabtu sore dipinggiran kota, aku duduk di sebuah kafe kecil di meja paling ujung. Mengaduk-aduk kopi yang sudah daritadi kupesan dan membiarkan gula dan kopinya terus beraduk layaknya pusaran air di lautan. Perkenalkan, namaku Bramantyo Satya Adjie, biasa dipanggil Bram. Aku adalah mahasiswa di sebuah universitas swasta di ibukota. Perawakanku tidaklah cukup baik, aku jarang untuk tersenyum pada hal-hal kecil.
Spoiler for Index:
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20 - 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30-31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62 - 63
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70
Part 71
Part 72
Part 73
Part 74
Part 75 (FINALE)
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20 - 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30-31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62 - 63
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70
Part 71
Part 72
Part 73
Part 74
Part 75 (FINALE)
Diubah oleh beavermoon 14-02-2016 13:50
dodolgarut134 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
186.5K
Kutip
823
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
beavermoon
#359
Spoiler for Part 49:
Ku masuki ruangan ini dengan percaya diri, aku sudah siap dengan perlengkapanku. Setelah memasuki ruangan ini aku dihadapkan dengan tiga orang penting. Sidang skripsiku pun dimulai. Setelah menjelaskan tentang presentasiku, aku siap menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan oleh para penguji di ruangan ini. Pertanyaan dari yang tingkat sedang hingga pertanyaan yang cukup sulit sudah aku lewati.
Tiba waktunya untuk pengumuman hasil sidangku.
“Dari presentasi yang kamu sajikan kami cukup puas, pengetahuan materi yang sangat baik mampu menjawab pertanyaan dari kami semua. Pada akhirnyan kami memutuskan bahwa kamu, Bramantyo Satya Adjie lulus dalam sidang ini.”
Aku tidak tahu harus berbuat apa, aku terbujur kaku mendengar pernyataan itu. Aku tersenyum bahagia dan hampir tidak karuan. Aku menyalami semua penguji yang ada di ruangan itu dan langsung keluar dari ruangan. Setibanya di luar, teman-temanku yang sudah lebih dulu sidang melihat kepadaku. Setelah aku menutup pintu tanpa sadar aku bersujud, entah kenapa rasanya aku ingin sekali melakukan itu secepatnya. Sorak sorai teman-temanku memecahkan koridor hari ini. Semua mata tertuju pada kami, kami semua senang akhirnya bisa menyelesaikan studi kami. Begitu kami keluar dari gedung fakultas, kami disambut oleh adik-adik kelas kami dengan kalungan bunga sebagai tanda selamat dan menyalakan beberapa petasan yang membuat satu kampus memandang ke arah fakultas kami. Bahkan, kami tidak menyangka akan diarak-arak menaiki mobil bak terbuka mengelilingi kampus sebagai tanda bahwa dari fakultas kami sudah menyelesaikan tugas akhirnya.
Setelah mengelilingi satu wilayah kampus, kami kembali ke gedung fakultas kami seraya mengadakan acara makan-makan yang diadakan oleh adik-adik kelas kami lagi. Perayaan yang tidak cukup mewah namun sangat berkesan buat diriku sendiri. Aku tidak menyangka akan semeriah ini jadinya. Ucapan selamat demi selamat diberikan dari adik-adik kelasku, teman-temanku dan juga dari dosen pembimbingku.
“Selamat ya Bram, kloter terakhir selesai dan hasilnya memuaskan..” Kata Pak Aji selaku dosen pembimbingku
“Iya pak, terima kasih atas bimbingannya selama ini pak. Saya sangat berutang budi sama bapak..” Kataku sambil menyalami tangannya
“Bayarlah dengan kesuksesanmu nanti Bram, saya tunggu pokoknya..” Katanya
“Siap pak, saya akan berusaha lebih keras lagi.” Kataku dengan mantap
Dia hanya membalas dengan senyum, dan beberapa temanku menghampiriku dan memberikan selamat. Aku juga memberikan selamat kepada mereka karena kita semua sama-sama telah berhasil melewati satu tahapan untuk hidup yang sebenarnya.
“Bram, selamat ya..”
“Eh Zahra, iya makasih. Lu juga selamat ya.” Kataku sambil menyalami tangannya
“Gimana, udah nemu kerja dimana?” Kata Zahra sambil memberikanku segelas minuman dingin yang disediakan adik-adik kelas
“Masih mau nyari dulu, ngga mau bergantung sama Ayah gue..”
“Kamu mah enak lulus IPK gede, mau kemana aja gampang.” Katanya
“Zah, kayaknya yang tertinggi lu deh bukan gue.” Jelasku
Dia hanya membalas dengan senyuman lucu, secara tiba-tiba dia memelukku. Aku hanya membalas dengan menepuk punggungnya. Setelah ini, kami berlarut dalam obrolan bersama teman-teman kami. Cukup lama kami brbincang, aku lihat arloji tanganku dan sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Aku izin pulang duluan kepada teman-temanku.
“Bram...” Panggil Zahra
“Iya kenapa?” Kataku cukup jauh dari kerumunannya
“Kamu ganteng juga tanpa kumis jenggot dan ramput panjang..”
Aku hanya tersenyum membalasnya dan berlalu menuju mobilku. Aku sempat melihat ke kaca spion, dan melihat diriku yang sekarang. Dulu ketika aku berkaca rambutku acak-acakan hingga sebahu lebih, kumis dan jenggot tebal hingga menutupi pipiku. Dan sekarang yang kulihat di kaca adalah seorang Bramantyo berambut pendek tanpa kumis dan tanpa jenggot. Aku memang sudah berniat ketika sidang harus berpenampilan rapih. Terlihat lebih muda beberapa tahun menurutku. Aku langsung masuk ke dalam mobil dan mengendarainya menuju rumahku.
Setibanya di rumah, aku melihat hanya ada mobilnya Nanda terparkir tidak ada mobil Ayah. Apa Ayah tidak pulang hari ini? Tidak ada kabar juga dari semalam ketika aku memberi tahu kalau aku akan sidang. Aku masuk ke dalam rumah, tidak menemukan siapa-siapa. Aku naik ke atas tidak ada Nanda pula. Apa dia ke sekolah tidak membawa mobil? Aku pikir begitu. Aku taruh tasku di atas meja dan sempat berkaca di depan lemari bajuku. Aku sedang memakai kemeja polos warna putih dibalut jas almamater kampusku yang sudah penuh dengan badge organisasi dan beberapa hiasan seperti pin, pita dan lain-lainnya. Aku sudah lulus dari kampus, kemanakah aku setelah ini? Aku masih tidak tahu. Aku mencoba mengambil hpku dari tas, melihatnya dan tidak menemukan apa-apa disana, hanya beberapa pemberitahuan dari grup chat. Setelah selesai membacanya, kubakar sebatang rokok dan berlalu menuju balkon rumahku. Aku melihat pagar rumah yang sedikit terbuka. Aku heran, tadi aku tutup dengan rapat kenapa jadi terbuka sedikit. Aku mungkin lupa tidak menutupnya dan tadi hanya khayalanku saja. Kupandangi kolam berenang di bawah, sunyi, airnya tenang seperti tidak ada yang mengunakannya dalam jangka waktu lama.
Kuhembuskan lagi asap putih dari mulutku dan menikmati racun ini. Belum juga rokok ini habis, seperti ada yang berjalan dari belakangku. Aku dapat merasakannya, suara telapak kaki pelan. Langkah demi langkah aku rasakan, aku hanya sendiri di sini, lalu siapa yang berjalan di belakangku? Padahal ini masih siang. Aku beranikan diri untuk melihat ke belakang.
“Selamat ya Abang!!!” Kata Nanda sambil membawa kue Tiramisu kepadaku
Dan di belakangnya aku melihat ada Ayah, Ibu, Dinda dan juga Reza
“Kalian.....”
“Selamat ya anak Ibu yang ganteng ini.” Kata Ibuku dengan memelukku
“Ngga percuma ya kamu kuliah siang malem sampai kayak anak ngga dikasih makan..” Kata Ayahku sambil menepuk pundakku
Aku mencium tangan mereka berdua dan memeluknya. Aku terharu karena ternyata mereka datang
“Aduh mama sayangeee.... Beta pu teman su lulus kah? Selamat Bro Bram sahabat dari kecil, gue kira bakalan ketunda sidang lu.” Kata Reza dengan ekspresi konyolnya
“Makasih Babon! Jelek banget kata-kata lu.” Kataku sambil memeluknya
“Abis gue liat dari kemaren-kemaren lu kayak zombie di left 4 dead tau ngga? Pucet, ngga keurus, mata ada lingkaran itemnya.” Katanya
“Ya namanya stress, begitu dah..” Jelasku sambil mematikan rokok yang ada di tangan
“Tapi ngga sia-sia ya..” Kata Reza melanjutkan sambil menepuk pundakku
“Ngga ada yang sia-sia Ja, adanya ngga kepilih aja..” Kataku balik menepuk pundaknya
Aku dan Reza pun tertawa, Ayah Ibu dan Nanda hanya melihat kami saja
“Selamat ya Jagoan, akhirnya selesai juga.” Kata Dinda sambil memelukku
“Makasih ya Pendamping Setianya Jagoan. Malahan kamu duluan yang sidang, fakultas aku belakangan.” Kataku
“Nggapapa, sekarang kan udah sama-sama lulus.” Katanya sambil tersenyum
“Berarti tinggal aku nih ya minggu depan ujian..” Kata Nanda memotong pembicaraan aku dna Dinda
“Iya kamu harus bisa kayak Abang kamu.” Kata Ibu
“Siap Bu! Yaudah sekarang kita makan kuenya dulu..” Kata Nanda
“Nanti malem kita semua dinner ya, Reza dan Dinda juga ikut. Buat ngerayain lulusnya Bram dan Dinda juga.” Kata Ayah
Aku hanya mengangguk. Kamipun turun ke lantai bawah untuk memakan kue yang sudah dibeli tadi. Reza keluar untuk memasukkan mobilnya yang daritadi sengaja di parkir di luar agar aku tidak tahu kalau mereka datang. Setelah itu kami berbincang di ruang tamu.
“Ini minumnya buat yang udah lulus, kopi hitam gula seujung sendok spesial bikinan ibu” Kata Ibu
“Makasih ya Bu, pasti tambah enak nih..”Kataku
“Abang mau kerja dimana? Di tempat Ayah?” Tanya Nanda
“Kayaknya ngga dulu deh, aku mau nyari dulu aja. Seengaknya aku mau usaha dulu. Boleh kan Yah, Bu?” Tanyaku kepada mereka berdua
Mereka saling tatap
“Sebenernya Ayah pengen kamu kerja sama Ayah langsung. IPK kamu lebih dari cukup buat kerja di tempat Ayah. Cuma kalau kamu mau nyoba sendiri dulu ya mau gimana lagi? Ayah sama Ibu ngga bisa larang kamu. Kamu udah gede sekarang, udah bisa nentuin jalan kamu sendiri.” Jelas Ayah
“Cuma kalau sampe lama kamu ngga dapet juga, kerja di tempat Ayah aja ya. Kalau butuh apa-apa kabarin Ayah aja. Ibu sama Ayah masih sanggup ngurusin kamu nanti Bram.” Kata Ibu
“Iya Bu pasti..” Kataku sambil memakan kue Tiramisu yang ada di tangan. Ternyata enak juga.
“Abang emang mau keluar kota? Ngga kan? Nanti Nanda sama siapa?” Katanya manja
“Diusahain ngga keluar kota kok Nda.” Kataku sambil mengelus kepalanya
“Kalau Nak Dinda gimana?” Tanya Ibu kepada Dinda
“Dinda udah dapet kerjaan di tempat kursus deket rumah Tante, buat sementara di situ aja dulu.” Jelasnya
“Syukurlah. Yaudah dimakan dulu. Nanti malem baru makan besarnya ya.” Kata Ibu sambil menepuk pundak Dinda
Selesai dari itu, Ayah dan Ibu beristirahat di kamar. Kami berempat naik ke atas menuju kamarku. Dinda sedang membantu Nanda dalam pelajaran, sedangkan aku dan Reza duduk di balkon sambil menghadapi mereka.
“Minjem korek dong, abis punya gue.” Kata Reza sambil mengambil korekku di atas meja
“Ambil aja, gue masih ada lagi di dalem.” Kataku sambil menghembuskan asap putih dari mulut
“Gimana Zahra?” Tanya Reza
“Gimana apanya?” Tanyaku
“Dia lulus juga kan?” Tanya Reza lagi
“Iya, malahan lebih dewa dia daripada gue. Kenapa? Udah siap sekarang?” Tanyaku balik
.........................................
Tiba waktunya untuk pengumuman hasil sidangku.
“Dari presentasi yang kamu sajikan kami cukup puas, pengetahuan materi yang sangat baik mampu menjawab pertanyaan dari kami semua. Pada akhirnyan kami memutuskan bahwa kamu, Bramantyo Satya Adjie lulus dalam sidang ini.”
Aku tidak tahu harus berbuat apa, aku terbujur kaku mendengar pernyataan itu. Aku tersenyum bahagia dan hampir tidak karuan. Aku menyalami semua penguji yang ada di ruangan itu dan langsung keluar dari ruangan. Setibanya di luar, teman-temanku yang sudah lebih dulu sidang melihat kepadaku. Setelah aku menutup pintu tanpa sadar aku bersujud, entah kenapa rasanya aku ingin sekali melakukan itu secepatnya. Sorak sorai teman-temanku memecahkan koridor hari ini. Semua mata tertuju pada kami, kami semua senang akhirnya bisa menyelesaikan studi kami. Begitu kami keluar dari gedung fakultas, kami disambut oleh adik-adik kelas kami dengan kalungan bunga sebagai tanda selamat dan menyalakan beberapa petasan yang membuat satu kampus memandang ke arah fakultas kami. Bahkan, kami tidak menyangka akan diarak-arak menaiki mobil bak terbuka mengelilingi kampus sebagai tanda bahwa dari fakultas kami sudah menyelesaikan tugas akhirnya.
Setelah mengelilingi satu wilayah kampus, kami kembali ke gedung fakultas kami seraya mengadakan acara makan-makan yang diadakan oleh adik-adik kelas kami lagi. Perayaan yang tidak cukup mewah namun sangat berkesan buat diriku sendiri. Aku tidak menyangka akan semeriah ini jadinya. Ucapan selamat demi selamat diberikan dari adik-adik kelasku, teman-temanku dan juga dari dosen pembimbingku.
“Selamat ya Bram, kloter terakhir selesai dan hasilnya memuaskan..” Kata Pak Aji selaku dosen pembimbingku
“Iya pak, terima kasih atas bimbingannya selama ini pak. Saya sangat berutang budi sama bapak..” Kataku sambil menyalami tangannya
“Bayarlah dengan kesuksesanmu nanti Bram, saya tunggu pokoknya..” Katanya
“Siap pak, saya akan berusaha lebih keras lagi.” Kataku dengan mantap
Dia hanya membalas dengan senyum, dan beberapa temanku menghampiriku dan memberikan selamat. Aku juga memberikan selamat kepada mereka karena kita semua sama-sama telah berhasil melewati satu tahapan untuk hidup yang sebenarnya.
“Bram, selamat ya..”
“Eh Zahra, iya makasih. Lu juga selamat ya.” Kataku sambil menyalami tangannya
“Gimana, udah nemu kerja dimana?” Kata Zahra sambil memberikanku segelas minuman dingin yang disediakan adik-adik kelas
“Masih mau nyari dulu, ngga mau bergantung sama Ayah gue..”
“Kamu mah enak lulus IPK gede, mau kemana aja gampang.” Katanya
“Zah, kayaknya yang tertinggi lu deh bukan gue.” Jelasku
Dia hanya membalas dengan senyuman lucu, secara tiba-tiba dia memelukku. Aku hanya membalas dengan menepuk punggungnya. Setelah ini, kami berlarut dalam obrolan bersama teman-teman kami. Cukup lama kami brbincang, aku lihat arloji tanganku dan sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Aku izin pulang duluan kepada teman-temanku.
“Bram...” Panggil Zahra
“Iya kenapa?” Kataku cukup jauh dari kerumunannya
“Kamu ganteng juga tanpa kumis jenggot dan ramput panjang..”
Aku hanya tersenyum membalasnya dan berlalu menuju mobilku. Aku sempat melihat ke kaca spion, dan melihat diriku yang sekarang. Dulu ketika aku berkaca rambutku acak-acakan hingga sebahu lebih, kumis dan jenggot tebal hingga menutupi pipiku. Dan sekarang yang kulihat di kaca adalah seorang Bramantyo berambut pendek tanpa kumis dan tanpa jenggot. Aku memang sudah berniat ketika sidang harus berpenampilan rapih. Terlihat lebih muda beberapa tahun menurutku. Aku langsung masuk ke dalam mobil dan mengendarainya menuju rumahku.
Setibanya di rumah, aku melihat hanya ada mobilnya Nanda terparkir tidak ada mobil Ayah. Apa Ayah tidak pulang hari ini? Tidak ada kabar juga dari semalam ketika aku memberi tahu kalau aku akan sidang. Aku masuk ke dalam rumah, tidak menemukan siapa-siapa. Aku naik ke atas tidak ada Nanda pula. Apa dia ke sekolah tidak membawa mobil? Aku pikir begitu. Aku taruh tasku di atas meja dan sempat berkaca di depan lemari bajuku. Aku sedang memakai kemeja polos warna putih dibalut jas almamater kampusku yang sudah penuh dengan badge organisasi dan beberapa hiasan seperti pin, pita dan lain-lainnya. Aku sudah lulus dari kampus, kemanakah aku setelah ini? Aku masih tidak tahu. Aku mencoba mengambil hpku dari tas, melihatnya dan tidak menemukan apa-apa disana, hanya beberapa pemberitahuan dari grup chat. Setelah selesai membacanya, kubakar sebatang rokok dan berlalu menuju balkon rumahku. Aku melihat pagar rumah yang sedikit terbuka. Aku heran, tadi aku tutup dengan rapat kenapa jadi terbuka sedikit. Aku mungkin lupa tidak menutupnya dan tadi hanya khayalanku saja. Kupandangi kolam berenang di bawah, sunyi, airnya tenang seperti tidak ada yang mengunakannya dalam jangka waktu lama.
Kuhembuskan lagi asap putih dari mulutku dan menikmati racun ini. Belum juga rokok ini habis, seperti ada yang berjalan dari belakangku. Aku dapat merasakannya, suara telapak kaki pelan. Langkah demi langkah aku rasakan, aku hanya sendiri di sini, lalu siapa yang berjalan di belakangku? Padahal ini masih siang. Aku beranikan diri untuk melihat ke belakang.
“Selamat ya Abang!!!” Kata Nanda sambil membawa kue Tiramisu kepadaku
Dan di belakangnya aku melihat ada Ayah, Ibu, Dinda dan juga Reza
“Kalian.....”
“Selamat ya anak Ibu yang ganteng ini.” Kata Ibuku dengan memelukku
“Ngga percuma ya kamu kuliah siang malem sampai kayak anak ngga dikasih makan..” Kata Ayahku sambil menepuk pundakku
Aku mencium tangan mereka berdua dan memeluknya. Aku terharu karena ternyata mereka datang
“Aduh mama sayangeee.... Beta pu teman su lulus kah? Selamat Bro Bram sahabat dari kecil, gue kira bakalan ketunda sidang lu.” Kata Reza dengan ekspresi konyolnya
“Makasih Babon! Jelek banget kata-kata lu.” Kataku sambil memeluknya
“Abis gue liat dari kemaren-kemaren lu kayak zombie di left 4 dead tau ngga? Pucet, ngga keurus, mata ada lingkaran itemnya.” Katanya
“Ya namanya stress, begitu dah..” Jelasku sambil mematikan rokok yang ada di tangan
“Tapi ngga sia-sia ya..” Kata Reza melanjutkan sambil menepuk pundakku
“Ngga ada yang sia-sia Ja, adanya ngga kepilih aja..” Kataku balik menepuk pundaknya
Aku dan Reza pun tertawa, Ayah Ibu dan Nanda hanya melihat kami saja
“Selamat ya Jagoan, akhirnya selesai juga.” Kata Dinda sambil memelukku
“Makasih ya Pendamping Setianya Jagoan. Malahan kamu duluan yang sidang, fakultas aku belakangan.” Kataku
“Nggapapa, sekarang kan udah sama-sama lulus.” Katanya sambil tersenyum
“Berarti tinggal aku nih ya minggu depan ujian..” Kata Nanda memotong pembicaraan aku dna Dinda
“Iya kamu harus bisa kayak Abang kamu.” Kata Ibu
“Siap Bu! Yaudah sekarang kita makan kuenya dulu..” Kata Nanda
“Nanti malem kita semua dinner ya, Reza dan Dinda juga ikut. Buat ngerayain lulusnya Bram dan Dinda juga.” Kata Ayah
Aku hanya mengangguk. Kamipun turun ke lantai bawah untuk memakan kue yang sudah dibeli tadi. Reza keluar untuk memasukkan mobilnya yang daritadi sengaja di parkir di luar agar aku tidak tahu kalau mereka datang. Setelah itu kami berbincang di ruang tamu.
“Ini minumnya buat yang udah lulus, kopi hitam gula seujung sendok spesial bikinan ibu” Kata Ibu
“Makasih ya Bu, pasti tambah enak nih..”Kataku
“Abang mau kerja dimana? Di tempat Ayah?” Tanya Nanda
“Kayaknya ngga dulu deh, aku mau nyari dulu aja. Seengaknya aku mau usaha dulu. Boleh kan Yah, Bu?” Tanyaku kepada mereka berdua
Mereka saling tatap
“Sebenernya Ayah pengen kamu kerja sama Ayah langsung. IPK kamu lebih dari cukup buat kerja di tempat Ayah. Cuma kalau kamu mau nyoba sendiri dulu ya mau gimana lagi? Ayah sama Ibu ngga bisa larang kamu. Kamu udah gede sekarang, udah bisa nentuin jalan kamu sendiri.” Jelas Ayah
“Cuma kalau sampe lama kamu ngga dapet juga, kerja di tempat Ayah aja ya. Kalau butuh apa-apa kabarin Ayah aja. Ibu sama Ayah masih sanggup ngurusin kamu nanti Bram.” Kata Ibu
“Iya Bu pasti..” Kataku sambil memakan kue Tiramisu yang ada di tangan. Ternyata enak juga.
“Abang emang mau keluar kota? Ngga kan? Nanti Nanda sama siapa?” Katanya manja
“Diusahain ngga keluar kota kok Nda.” Kataku sambil mengelus kepalanya
“Kalau Nak Dinda gimana?” Tanya Ibu kepada Dinda
“Dinda udah dapet kerjaan di tempat kursus deket rumah Tante, buat sementara di situ aja dulu.” Jelasnya
“Syukurlah. Yaudah dimakan dulu. Nanti malem baru makan besarnya ya.” Kata Ibu sambil menepuk pundak Dinda
Selesai dari itu, Ayah dan Ibu beristirahat di kamar. Kami berempat naik ke atas menuju kamarku. Dinda sedang membantu Nanda dalam pelajaran, sedangkan aku dan Reza duduk di balkon sambil menghadapi mereka.
“Minjem korek dong, abis punya gue.” Kata Reza sambil mengambil korekku di atas meja
“Ambil aja, gue masih ada lagi di dalem.” Kataku sambil menghembuskan asap putih dari mulut
“Gimana Zahra?” Tanya Reza
“Gimana apanya?” Tanyaku
“Dia lulus juga kan?” Tanya Reza lagi
“Iya, malahan lebih dewa dia daripada gue. Kenapa? Udah siap sekarang?” Tanyaku balik
.........................................
khuman dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Kutip
Balas