- Beranda
- Stories from the Heart
[TRUE STORY] Stupid Romi
...
TS
halberdiers
[TRUE STORY] Stupid Romi
Quote:
Spoiler for Cover:
Spoiler for Soundtrack:
Song by : Rocket Rockers - She's My Cheerleader
PROLOG
23 Oktober 2015.
Hari pertama menulis.
Nama gue Romi. Keturunan Sunda-Arab, tinggi 170cm, atau setidaknya itu yang tercatat di KTP dan SIM gue. Kulit sawo kematengan, alias putih tua. Konflik adalah bagian dari perjalanan hidup gue. Drama ramai mewarnai kisah perjalanan hidup gue. Problematika kehidupan adalah sahabat karib gue.
Tertawa, tersenyum, menangis, termenung, gusar, bisa terjadi kapan saja dalam hidup gue. Tersenyum di pagi hari bisa berubah jadi menangis di waktu jam makan siang. Vice versa. Kesalahan demi kesalahan, kekacauan, kekecewaan, pengkhianatan, ego, cinta dan air mata menjadi sebuah pengalaman yang tidak terlupakan. Bertahun-tahun menjalani kehidupan dengan berat namun pada akhirnya tertawa terbahak-bahak mengingat kebodohan masa muda yang seolah didramatisir itu.
Tapi gue bersyukur sama Tuhan yang benar-benar sayang sama gue. Tuhan mencambuk, menghardik, mendidik dan menganugerahi hidup gue dengan begitu penuh kasih sayangnya. Terima kasih Tuhan atas segala anugerah yang telah Kau berikan padaku. Semua kisah petualangan hidup yang benar-benar gue syukuri, gue belajar untuk bisa survive dari semua problematika kehidupan yang telah Tuhan skenario-kan buat gue. Alhamdulillah puji syukur.
Oh iya hampir gue lupa, semua yang bakal gue ceritain ini 100% bukan hasil imajinasi gue. Tapi 100% kisah hidup gue. Nama pemeran, lokasi kejadian, bukan lah nama yang sebenarnya. Untuk menjaga privasi mereka yang hari ini sudah memiliki masa depan nya masing-masing.
Tujuan gue menulis cerita ini, karena gue sadar banyak kesalahan yang gue lakukan di masa lalu. Kesalahan yang mungkin tidak termaafkan, belum dimaafkan. Gue harap orang-orang yang pernah gue sakiti, atau pernah tersakiti, bisa dan mau memaafkan gue. Dan tentu untuk kembali mengingatkan gue, bahwa sesungguh nya gue ini adalah manusia yang jauh dari sempurna, karena sesungguhnya sempurna adalah hak dari Tuhan Yang Maha Esa, Allah Azza wa Jalla.
Walau sedikit berat gue menceritakan kisah hidup gue, tapi gue berharap bisa jadi pelajaran buat adik-adik gue yang membaca cerita ini, menjadikan pelajaran untuk bisa menghindari kesalahan yang pernah gue buat.
Terima kasih buat istri gue. Terima kasih sudah menerima gue dengan semua keterbatasan yang gue miliki, dengan semua masa lalu gue yang pasti membuat hati istri gue kesal, meringis, simpati, dll. Dan terima kasih sudah mengizinkan gue menuangkan ini semua didalam karya tulis yang seadanya ini.
Tidak lupa Terima kasih yang tidak terbatas untuk kedua orang tua gue, bapak mertua gue, almarhumah ibu mertua gue. Gue sayang sama kalian semua.
Terutama untuk bokap gue. Gue sayang elo. Gue harap elo sadar dengan semua yang terjadi.
“belajar dari perjalanan hidup untuk perjalanan masa depan”
Quote:
Spoiler for Index:
Spoiler for Season 1 (END):
Prolog
Bagian Satu - Mencari Pintu Masa Depan
Bagian Dua - Tak Disangka
Bagian Tiga - Tangis Bahagia
Bagian Empat - "Rumah" Baru Part 1Part 2
Bagian Lima - MOS Part 1 Part 2
Bagian Enam - Ekskul Part 1 Part 2
Bagian Tujuh - Awal Dari Akhir
Bagian Delapan - X-A
------>Mini Chapter 1 - Ikut gak ikut yang penting asik!
------>Mini Chapter 2 - Prolog Kehidupan
------>Mini Chapter 3 - Cewek jutek & cewek rese
------>Mini Chapter 4 - Hockey
------>Mini Chapter 5 - Skenario Langit
------>Mini Chapter 6 - Accident
------>Mini Chapter 7 - Terasa ada yang salah (berbeda)
------>Mini Chapter 8 - Obsesi?
------>Mini Chapter 9 - Kisah Langit, Laut, dan Udara
------>Mini Chapter 10 - Antara Obsesi dan Realita
------>Mini Chapter 11 - Memutuskan untuk memulai
Bagian Sembilan - A New Day
------>Mini Chapter 1 - A New Day
------>Mini Chapter 2 - OSIS
------>Mini Chapter 3 - Kepercayaan
------>Mini Chapter 4 - Road to Limbangan
------>Mini Chapter 5 - Pelatihan OSIS
------>Mini Chapter 6 - Rahasia Malam
A Moment to Remember
------>Mini Chapter 7 - Kadang Cinta butuh Logika
A Pray and Promise for Vonny
------>Mini Chapter 8 - Jadian Massal
Bagian 10 - Never Back Again Part 1 Part 2
Bagian 11 - A Very First Mistake
------>Mini Chapter 1 - Namanya, Anak SMA!
------>Mini Chapter 2 - What's Wrong With These People?
------>Mini Chapter 3 - Friendship and Romance
------>Mini Chapter 4 - A Very First Mistake
------>Mini Chapter 5 - Rahasia
------>Mini Chapter 6 - Epilog
Outro
Spoiler for Season 2:
Bagian Satu - Romi, The Yes Man!
Bagian Dua - Super Sibuk
Bagian Tiga - Second Sins
------>Mini Chapter 1 - Unknown Number
------>Mini Chapter 2 - Namanya, Cemburu!
------>Mini Chapter 3 - First Date's Incident! (17+)
------>Mini Chapter 4 - Laga
------>Mini Chapter 5 - Anti Klimaks
------>Mini Chapter 6 - A Moment Before New Years Eve
------>Mini Chapter 7 - Second Sins (17+)
Bagian Empat - Happy Birthday Sayang! Part 1Part 2 Part 3
Bagian Lima - Transisi
Bagian Enam - More Friends More Story
------>Mini Chapter 1 - More Friends
------>Mini Chapter 2 - Introduction
------>Mini Chapter 3 - Kaka Pembimbing (MOS part 1)
------>Mini Chapter 4 - Cemburu Lagi (MOS part 2)
Quote:
Spoiler for Respect:
Terima kasih untuk senior-senior H2H dan SFTH yang bersedia menyempatkan diri untuk membaca kisah hidup saya, mohon maaf atas segala kekurangan nya. Saya baru pertama posting di kaskus, jadi mohon bimbingan nya jika masih banyak kekurangan, baik dari sisi kerapihan penulisan (maklum penulis amatiran hehe), ataupun kerapihan posting nya (maklum kaskuser newbie hehe). Segala kritik dan saran dengan senang hati saya tunggu.Terima kasih.
Quote:
Spoiler for FAQ:
Q: Cerita real atau fiksi?
A: Real.
Q: Dialog nya?
A: Beberapa yang inget dialog nya asli, yang gak inget dialog nya di improvisasi.
Q: Gak real dong?
A: Ya elah gan kejadian mulai dari 10 tahun yang lalu gituu . maklum ya hehe. tapi story line nya real banget.
Q: Cerita cinta ya gan?
A: Basic nya sih gitu. tapi karena hidup TS sedikit banyak ada pengalaman mistis nya. nanti di update kedepan ada part mistis nya jg.
Q: Kesimpulan?
A: Perjalanan hidup TS sejak 2004-sekarang.
Spoiler for Tambahan:
Tambahan:
Gue berusaha menceritakan dengan santay biar cerita nya bisa terungkap se-detail mungkin.
So, jangan buru-buru pengen klimaks ya. hehehe. STAY TUNED, SUBSCRIBE , RATE , dan CENDOL nya yaa.
Yang terpenting comment nya ya, pendapat, kritik, saran apa aja asal sesuai dengan rules SFTH.
Gue berusaha menceritakan dengan santay biar cerita nya bisa terungkap se-detail mungkin.
So, jangan buru-buru pengen klimaks ya. hehehe. STAY TUNED, SUBSCRIBE , RATE , dan CENDOL nya yaa.
Yang terpenting comment nya ya, pendapat, kritik, saran apa aja asal sesuai dengan rules SFTH.
Diubah oleh halberdiers 25-12-2015 16:18
anasabila memberi reputasi
1
80.6K
Kutip
427
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•42.5KAnggota
Tampilkan semua post
TS
halberdiers
#361
Quote:
BAGIAN LIMA - Transisi
Waktu istirahat sekolah, diparkiran motor tempat biasa gue dan temen-temen gue ngerokok.
“Ton, gimana?”, gue membuka pembicaraan.
“Asem Mi ah.”, jawab Anton sedikit bete.
“Lah kenapa emang?”
Gak direspon sama sekali.”
“Ya sabar aja lah, emang rada jutek dia.”
“Terus gimana dong Mi?”, Anton bertanya.
“Ya udah ayo ikut gue.”, kata gue sambil berdiri dan mematikan puntung rokok gue.
“Kemana?”
“Banyak ngemeng lo ah ikut aja udah.”
Gue dan Anton pun berjalan menuju ruangan kelas gue.
“Von…”, teriak gue dari pintu kelas.
“…”, Vonny menatap kaget melihat gue dateng bareng Anton.
“Vonny ini Anton, yang kemaren pengen ngajakin lo kenalan. Anton ini Vonny.”, gue saling mengenalkan mereka.
“…”, Vonny melotot ke arah gue.
“Icha mana Von?”, tanya gue.
“Tau, perpus kali.”, jawab Vonny jutek.
“Ya udah gue tinggal ya, ngobrol-ngobrol aja dulu kalian.”, kata gue sambil berlalu.
“ROMIIIIII.”, Vonny berteriak tapi gue tak acuh, terus berjalan keluar kelas. Dengan perasaan yang sedikit yaaaa…..
Gue keluar kelas, tidak mencari Alisha, gue kembali ke parkiran motor. Sudah tidak ada orang lagi disana, mungkin sudah kembali ke kelas nya masing-masing atau ke kantin. Gue mengeluarkan sebatang rokok dari saku kemeja gue dan menyalakan nya.
“Biar beban perasaan ini gue tanggung sendiri. Kali ini gue harus bisa ngebiarin Vonny sama cowok lain.”, kata gue dalam hati.
Kadang gue menyesal ketika dulu terlalu cepat mengambil keputusan untuk nembak Alisha. Kadang pula gue berpikir kenapa Tuhan sampai tega mempermainkan perasaan gue. Guru ngaji gue dulu pernah bilang kalau Tuhan itu maha adil, dan tau apa yang terbaik untuk umat-Nya, tapi saat itu gue merasa sebaliknya.
Keegoisan masa muda dan perasaan serta keimanan yang rapuh sempat membuat gue berpikiran seperti itu dulu.
“Hehh kebiasaan suka ngerokok disekolah kalo ketauan gimana kamu teh?”, Alisha mengejutkan gue.
“Eh yang.”, gue yang kaget, refleks mematikan rokok yang sedari tadi gue hisap.
“Kok kamu tau aku disini?”, tanya gue.
“Tadi kata Vonny kamu nyariin aku, tapi gak ketemu. Kata temen kamu suruh cari kesini.”, jelas Alisha.
“Ohh.”, jawab gue pendek.
“Kamu nyomblangin Vonny sama Anton ya?”, tanya Alisha kepo.
“Iya.”, lagi-lagi jawaban pendek dari gue.
“Ihhh jutek banget sih.”, gerutu Alisha.
“Biasa aja yang. Masih di kelas kita si Anton?”, tanya gue.
“Tadi sih masih.”
“Eh yang gimana suka gak sama kado aku kemaren?”, gue mengalihkan pembicaraan.
“Suka yang. Makasih ya.”, Alisha tersenyum.
“Iya yang sama-sama. Ke kelas yuk, gak enak badan aku.”
“Kenapa kamu sakit yang?”
“Masuk angin aja paling.”
Gue dan Alisha kemudian kembali ke kelas, dan berpapasan dengan Anton di jalan menuju kelas gue.
“Gimana Ton?”, tanya gue.
“Hehe lumayan thanks ya broh.”
“Slow, gue ke kelas dulu ya Ton.”
“Oke, tar balik nya ke Bazooka gak lo?”, tanya Anton.
“Gak kayanya, agak gak enak badan gue.”, kata gue sambil berjalan pergi.
Entah saat itu gue memasang raut wajah seperti apa didepan Anton, entah cemburu, kesal, menyesal, marah, atau apa. Gue gak peduli lagi. Hari tergelap buat gue selama 15 tahun gue hidup sampai detik itu.
Gue langsung duduk di kursi gue dan telungkup di atas meja, sambil menutupi kepala gue dengan jaket. Perasaan campur aduk gue rasakan.
“Kunaon maneh – kenapa lo?”, tanya Ridho.
“Gak apa-apa broh.”
“…”, Ridho megang leher gue.
“Gering maneh Mi – Sakit lo mi? Panas badan lo.”, tanya Ridho.
“Panas hati gue.”, jawab gue dalam hati.
“Kagak. Udah bawel lo ah.”, kata gue ketus.
“Gue cabut dulu ya, mumpung masih istirahat hehe.”, seperti biasa Ridho mau bolos sekolah lagi.
“Yoo.”
Kemudian,
“Mi…”, seseorang menepuk pundak gue.
“…”, gue mengangkat jaket yang menutupi muka gue.
“Eh Von,”
“Kenapa kamu?”, tanya Vonny.
“Ga pa pa.”
“Mi, soal Anton…”
“Udah jalanin aja terserah lo.”, kata gue memotong.
“Dia ngajak jalan sabtu besok. Gimana?”, kata Vonny
“Gimana apa nya? Kok nanya sama gue.”
“Ya engga aku nanya aja sama kamu.”
“Ngapain nanya nya ke gue, hak lo mau jalan sama siapa juga, bukan urusan gue.”
“Ih kenapa kamu marah-marah?”
“Siapa yang marah-marah, ya udah tinggal jalan aja susah amat.”
“Lo tuh ya, kaya anak kecil banget sih Mi. Lo yang nyuruh gue deket sama cowok, lo juga yang ngomel-ngomel.”, Vonny kesal.
“Serah lo aja deh mau ngomong apa Von.”, gue kembali menutupi wajah gue dengan jaket.
Setelah kejadian hari itu, gue gak pernah sama sekali berrtegur sapa dengan Vonny. Bahkan gue hapus nomor kontak Vonny dari HP gue, walau sebenarnya gue masih hafal nomor nya. Gue mencoba menghapus memori-memori indah bareng Vonny. Berusaha tegar menghadapi transisi ini. Gue jadi sedikit berbicara disekolah, pernah sekali Alisha bertanya soal perubahan sikap gue, apakah berhubungan dengan kedekatan Vonny dengan Anton atau karena apa.
Terkadang gue tidak menghadiri rapat OSIS, karena berusaha menghidar dari Vonny. Pernah beberapa kali Vonny mencoba untuk berbicara dengan gue, tapi gue selalu berdalih dan pergi meninggalkan nya.
Sampai suatu waktu…
“Mi, Anton nembak gue.”, message from unknown number.
Gue, Romi, seorang bocah lelaki bodoh yang tak mengerti arti cinta. Bimbang dipersimpangan entah mau berjalan ke arah mana. Terjebak dalam situasi yang gue ciptakan. Lagi-lagi berpikir pendek tanpa tau apa resiko nya. Yang gue tau, kali ini gue kalah telak. Habis. Dihabisi oleh pedang kata-kata yang keluar dari lidah gue sendiri. Tak ada alasan untuk kembali berjuang, karena seorang samurai pun tak pernah segan untuk mengakhiri perjuangan nya ketika memang sudah tak ada jalan untuk berjuang lagi. Setidaknya sebuah harga masih ada pada tempat nya, dalam diri.
“Makasih buat semuanya Vonny. Seperti janji kita dulu, we will always be a good friend. Semoga kamu bisa dapetin apa yang gak bisa kamu dapetin dari aku. Jangan pernah ragu untuk bahagia. Karena kamu berhak untuk bahagia.”, message to unknown number.
“…”
“…”
“…”
“…”
“…”
“Tetot tetot.”
“Mi, gue diterima hehe.”, message from Anton.
“Jaga dia buat gue Ton.”, kata gue lirih dengan mata berkaca.
Dan kemudian, tertidur lelap. Berharap esok hadir membawa kabar bahwa ini semua hanya mimpi buruk.
efti108 memberi reputasi
1
Kutip
Balas