- Beranda
- Stories from the Heart
Malang Mysterio (Horror Complete Stories)
...
TS
vigovampironeo
Malang Mysterio (Horror Complete Stories)
Ini trit merupakan kumpulan cerita cerita horror eike selama kuliah di kota Malang , terutama untuk cerita pendek akan eike masukkan di trit ini secara berkala....100 % true story tanpa rekayasa ,tanpa formalin dan tidak mengandung minyak babi , selain daripada itu cerita cerita ini memang dirancang dengan alur yang dinamiz sesuai kronologiz dan tata bahasa yang dramatiz sehingga cocix buat dibaca sebelum agan agan bobox cantix
Quote:

Quote:

vigo , niken , pendik , steve , renggo , zul , memet , danang , rani
Quote:
Penjelajahan Mistis di Kampus UMM(complete story)
Tiga Keranda di Jembatan Belakang Sengkaling(complete story)
Eric & Katrina(complete story)
Quote:
Malang Mysterio Exo(Trit Pelengkap)
Quote:
Apabila anda puas bilang sama teman , saudara atau tetangga anda ….. bila timbul gejala gejala aneh segera berobat ke mantri hewan terdekat di kota anda
Diubah oleh vigovampironeo 10-04-2022 07:28
ferist123 dan 28 lainnya memberi reputasi
25
975.3K
Kutip
2.7K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
vigovampironeo
#173
Musang Jadi Jadian di Pasar Hewan Splendid
ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar akhir tahun 2009 ketika eike masih kuliah semester 5 , 100 % true story tanpa rekayasa ,tanpa formalin dan tidak mengandung minyak babi , selain daripada itu cerita ini memang dirancang dengan alur yang dinamiz sesuai kronologiz dan tata bahasa yang dramatiz sehingga cocix buat dibaca sebelum agan agan bobox cantix
Quote:

Quote:
" Cuit !... cuit !... cuit !... "riuh suara burung menyambut kedatangan kami berdua di pasar hewan Splendid siang ini , aku dan Soleh telah sepakat untuk memiliki hewan peliharaan dan tempat inilah yang kami tuju , pasar hewan yang letaknya tak jauh dari balaikota ini adalah satu satunya yang terlengkap di kota Malang dan menjadi jujukan bagi siapapun yang mau mencari hewan peliharaan , mulai dari burung , ikan , serangga , reptil , bahkan monyet sekalipun tersedia semua di sini.
Me : " karcise parkir gowonen leh ! "
(karcisnya parkir bawain leh !)
Soleh : " oyi vig "
Dengan tergesa kami beranjak meninggalkan parkiran lalu masuk ke dalam area pasar yang tampak cukup ramai , setelah melewati deretan kios yang menjual aneka burung kini kami tiba di kios kios yang dipenuhi aquarium , bermacam ikan tampak berenang renang di dalamnya dan menarik perhatian kami berdua.
Me : " ndelok iwak sek leh ! "
(liat ikan dulu leh !)
Soleh : " uakeh yo vig maceme "
(buanyak ya vig macemnya)
Ada begitu banyak jenis ikan yang dijual di sini , mulai dari ikan murahan macam cupang , koki , oscar , hingga ikan buas macam hiu ataupun piranha.
Soleh : " hiune nyokot gak ki vig ? "
(hiunya ngegigit gak nih vig ?)
Me : " nyokot cok , drijimu ojo kok cemplungne ! "
(nggigit cok , jarimu jangan kok masukin !)
Soleh : " tak kiro jinak hiune vig "
(aku kira jinak hiunya vig)
Baru saja si Soleh iseng memasukkan jari telunjuknya ke dalam aquarium yang berisi ikan hiu dan untungnya tak terjadi apa apa dengannya , berhubung aku tertarik dengan hiu ini kuputuskan untuk menanyakan harganya pada penjualnya.
Me : " pak , hiune pinten niki regone ? "
(pak , hiunya berapaan ini harganya ?)
Bapak : " limang atus ewu mas "
(lima ratus ribu mas)
Me : " kok larang men pak , hiu cilik lho niki "
(kok mahal banget pak , hiu kecil lho ini)
Bapak : " lha ancen goleke angel mas , roto roto yo semono iku regone "
(lha emang nyarinya susah mas , rata rata ya segitu itu harganya)
Me : " pakane nopo pak hiune niki ? "
(pakannya apa pak hiunya ini ?)
Bapak : " pakane iwak cilik kenek , kodok yo doyan "
(pakannya ikan kecil bisa , kodok juga doyan)
Me : " banyune pripun pak ? "
(airnya gimana pak ?)
Bapak : " iki nggawe banyu laut mas , tuku sak jerigene satus ewu "
(ini pake air laut mas , beli sejerigen seratus ribu)
Ternyata ribet juga jika ingin memelihara ikan hiu , selain harganya mahal airnyapun harus beli juga.... lebih baik kuurungkan niatku untuk memeliharanya.
Me : " ayo mlaku eneh ! "
(ayo jalan lagi !)
Soleh : " aku kok bingung arep ngingu opo penake ki ? "
(aku kok bingung mau melihara apa enaknya ini ?)
Kelar melewati deretan kios ikan kini kami mendapati beragam spesies reptil yang dipajang di depan kios , ada kura kura , labi labi , iguana , ular , bahkan yang menyeramkan ada buaya berukuran kecil.
Soleh : " iki mesti galak vig boyone ? "
(ini pasti galak vig buayanya ?)
Me : " iyo , aku wegah ngingu boyo "
(iya , aku juga ogah melihara buaya)
Soleh : " podo , ngko nek ucul ndek kosan lak ayahab yo vig ? "
(sama , ntar kalo kabur di kosan kan bahaya ya vig ?)
Me : " nyokot kunammu iku "
(nggigit burungmu itu)
Soleh : " ha.. ha.. ha.. "
Selama beberapa menit kami berdua melihat lihat reptil yang dijual , hingga akhirnya si Soleh tertarik dengan seekor kura kura seukuran piring makan.
Soleh : " niki kurone jenis nopo pak ? "
(ini kuranya jenis apa pak ?)
Bapak : " iku kuro brazil mas , soko kali amazon kono "
(ini kura brazil mas , dari sungai amazon sana)
Soleh : " adoh men tha pak , regone pinten niki ? "
(jauh amat tha pak , harganya berapa ini ?)
Bapak : " rong atus ewu mas "
(dua ratus ribu mas)
Soleh : " kelarangen pak "
(kemahalan pak)
Bapak : " lha terah kewan impor lho mas , lha piro njalukmu ? "
(lha emang hewan impor lho mas , lha berapa mintamu ?)
Soleh : " nek satus ewu mawon pripun pak ? "
(kalo seratus ribu aja gimana pak ?)
Bapak : " tambahono sithik tho mas "
(tambahin dikit dong mas)
Soleh : " waduh duitku pas lho pak iki "
(waduh duitku pas lho pak ini)
Bapak : " yo wes gak po po nek ngono mas "
(ya udah gak apa apa kalo gitu mas)
Setelah tawar menawar harga akhirnya si Soleh membeli kura kura itu seharga 100 ribu , namun ia masih harus membeli pakan dan juga semacam keranjang aquarium untuk membawa hewan itu.
Soleh : " pinten pak pakane ? "
(berapa pak pakannya ?)
Bapak : " sepuluh ewu thok mas "
(sepuluh ribu aja mas)
Soleh : " lha keranjange niki ? "
(lha keranjangnya ini ?)
Bapak : " slawe ewu mas "
(dua puluh lima ribu mas)
Soleh : " vig , aku utang duwekmu sek yo ? "
(vig , aku utang duitmu dulu ya ?
Me : " opo entek duwekmu ? "
(apa habis duwekmu ?)
Soleh : " ngepas iki , karek dinggo mangan thok "
(ngepas ini , cuma buat makan doang)
Me : " yo wis "
Terpaksa kukeluarkan selembar 50 ribuan buat ngutangin si Soleh yang kehabisan duit , kini kura kura itu telah dimasukkan ke dalam keranjang aquarium yang telah diisi sedikit air.
Soleh : " arep tak dekek kolam ngarep kosanku vig "
(mau tak taruh kolam depan kosanku vig)
Me : " lha nek ucul piye ? "
(lha kalo kabur gimana ? )
Soleh : " tak kelongi ae banyune , dadi kurone gak iso menek teko nduwur "
(aku kurangin aja airnya , jadi kuranya gak bisa manjat sampe atas)
Kini kami melanjutkan langkah kaki menuju kios berikutnya yang menjual bermacam serangga , namun tak satupun yang menarik perhatianku sehingga lekas kuajak Soleh beranjak dari sini.
Me : " leh , iku ono kethek didol , ayo mrono ! "
(leh , itu ada monyet dijual , ayo ke sana !)
Soleh : " oyi vig "
Beberapa ekor monyet tampak mondar mandir di dalam kandang kawat seukuran kulkas , aku sebenarnya tertarik juga memeliharanya tapi Rani pacarku tak akan suka jika ada monyet di kosanku.... kurasa aku harus memelihara hewan yang tingkahnya lebih anteng dan juga lebih imut tampangnya.
Me : " ayo ndelok liyane leh ! "
(ayo liat lainnya leh !)
Soleh : " yo wes "
Kutinggalkan monyet monyet tadi dan kini di hadapanku tampak kandang kandang bambu yang berjejeran satu sama lain , di dalamnya ada hewan hewan macam kucing , anjing , kelinci , marmut , landak hingga trenggiling.
Soleh : " trenggiling iki opo galak vig ? "
(trenggiling ini apa galak vig ?)
Me : " lha mboh , aku gak seneng leh "
(entah , aku gak suka leh)
Dengan seksama kuamati hewan hewan ini hingga akhirnya aku tertarik dengan marmut marmut kecil yang terlihat imut , segera saja kutanyakan harganya pada penjualnya.
Me : " pak niki marmute pintenan ? "
(pak ini marmutnya berapaan ?)
Bapak : " seng cilik slawe ewu , nek seng gedi seket ewunan mas "
(yang kecil dua puluh lima ribu , kalo yang besar lima puluh ribuan mas)
Me : " kulo tumbas seng cilik mawon kaleh pak "
(aku beli yang kecil aja dua pak)
Bapak : " miliho dhewe mas seng endi "
(pilih sendiri mas yang mana)
Me : " mbedakno lanang nopo wedoke pripun pak ? "
(ngebedain jantan apa betina gimana pak ?)
Bapak : " iku lho mas kandange wes dipisah , seng tengen lanang nek seng kiwo wedok "
(itu lho mas kandangnya udah dipisah , yang kanan jantan kalo yang kiri betina)
Cukup lama aku memilih sepasang marmut yang bakal kupelihara , hingga akhirnya kuputuskan untuk memilih marmut jantan berbulu putih kecoklatan dan juga marmut betina berbulu coklat kehitaman.... kurasa Rani pacarku akan menyukai hewan bertampang imut ini.
Me : " seket ewu pak nggeh "
(lima puluh ribu pak ya)
Bapak : " keranjange gurung mas "
(keranjangnya belum mas)
Me : " pintenan pak ? "
(berapaan pak ?)
Bapak : " limolas ewu mas "
(lima belas ribu mas)
Me : " pundi pak keranjange ? "
(mana pak keranjangnya ?)
Bapak : " ndek njero mas , mlebuo ae ! "
(di dalam mas , masuk aja !)
Lekas saja aku memasuki bagian dalam kios dan kemudian sibuk memilih keranjang plastik untuk menaruh marmut yang kubeli , namun tak jauh dari tumpukan keranjang ini ada seekor hewan yang tingkahnya begitu menarik perhatianku... tampak seekor musang berbulu abu abu gelap tengah duduk di atas meja sambil memakan roti tawar dan menyeruput kopi yang ditaruh di lepek.
Soleh : " vig , iku luwake kok ngombe kopi ?! "
(vig , itu musangnya kok minum kopi ?!)
Me : " pak niku kok doyan kopi luwake ? "
(pak itu kok doyan kopi musangnya ?)
Bapak : " hua.. ha... ha.. iku jenenge bendot mas , iku guduk luwak biasa tapi luwak dadi dadian "
(hua.. ha.. ha.. itu namanya bendot mas , itu bukan musang biasa tapi musang jadi jadian)
Soleh : " mosok tho pak ?! "
(masak tha pak ?!)
Bapak : " ayo tak dudohi kene mas ! "
(ayo aku tunjukkin sini mas !)
Pak penjual ini mengajak kami menuju ke meja dimana musang itu berada , kini ia mengelus elus badannya berulang kali sembari bercerita.
Bapak : " bendot iki lho mas wes tak anggep anakku dhewe , enek uwong kate nuku larang ritek aku wegah "
(bendot ini lho mas udah aku anggep anakku sendiri , ada orang mau beli mahal sekalipun aku ogah)
Soleh : " tapi mosok niku luwak dadi dadian pak ? "
(tapi masak itu musang jadi jadian pak ?)
Bapak : " ngene mas tak critane yo , mbiyen pas tahun rong ewu limo aku lak moleh ndek kampungku ndek daerah kacuk , lha pas bengi aku turu trus ngimpi pethuk wong tuwek jenggoten nganggo blangkon ambek klambi beskap "
(gini mas aku ceritain ya , dulu pas tahun dua ribu lima aku kan pulang ke kampungku di daerah kacuk , lha pas malam aku tidur trus mimpi ketemu orang tua berjenggot pake blangkon sama baju beskap)
Me : " sinten pak niku ?! "
(siapa pak itu ?!)
Bapak : " aku dhewe yo gak weruh sopo sakjane wong tuwek iku "
(aku sendiri juga gak tau siapa sebenarnya orang tua itu)
Me : " trus pripun pak ? "
(trus gimana pak ? )
Bapak : " lha wong tuweke iku ngandani aku nek pengen usahaku iso lancar lan mulyo uripku , aku kudu ngelakoni semedi sewengi ndek gunung kawi "
(lha orang tuanya itu nasehatin aku kalo ingin usahaku bisa lancar dan makmur hidupku , aku harus ngelakuin semedi semalam di gunung kawi)
Soleh : " wah njenengan semedi teng gunung kawi pak ?! "
(wah njenengan semedi di gunung kawi pak ?!)
Bapak : " iyo mas , lha pas lagi semedi wong tuweke ndek mau teko maneh marani aku , melok lungguh ndek ngarepku trus melingi aku nek putune kate melok urip ambek aku "
(iya mas , lha pas semedi orang tuanya tadi datang nyamperin aku , ikut duduk di depanku trus bilangin aku kalo cucunya mau ikut hidup sama aku)
Me : " ngimpi tha pak niku ? "
(mimpi tha pak itu ?)
Bapak : " nek seng iki gak ngimpi tapi temenan mas , lha mari melingi aku trus wong tuweke iku langsung ilang gek esuke pas aku moleh ngerti ngerti ono luwak cilik ndelik ndek ngisor dipanku "
(kalo yang ini gak mimpi tapi beneran mas , lha abis bilangin aku trus orang tuanya itu langsung hilang dan paginya pas aku pulang tau tau ada musang kecil ngumpet di bawah ranjangku)
Soleh : " luwake niki tha pak ?! "
(musangnya ini tha pak ?!)
Bapak : " iyo mas , akhire tak ingu trus tak jenengi bendot , gek mari ngono aku diimpeni maneh ambek wong tuweke ndek mau , jarene mulai saiki putune wes melok urip ambek aku trus aku gak oleh nyio nyio "
(iya mas , akhirnya aku pelihara trus kunamai bendot , trus abis itu aku dimimpiin lagi sama orang tua tadi , katanya mulai sekarang cucunya udah hidup sama aku trus aku gak boleh nyia nyiain)
Soleh : " trus langsung lancar pak usahane njenengan ? "
(trus langsung lancar pak usahanya njengengan ?)
Bapak : " bener mas , jaman semono lak aku iki mek dodolan warung tha mas trus ngerti ngerti ae warungku dadi laris akeh wong seng tuku , ngasi akhire aku duwe modal digawe dodolan kewan ndek kene iki "
(bener mas , jaman segitu kan aku ini cuma jualan warung tha mas trus tau tau aja warungku jadi laris banyak orang yang beli , sampe akhirnya aku punya modal buat jualan hewan di sini)
Me : " niki kiose ngge laris pak ? "
(ini kiosnya juga laris pak ?)
Bapak : " laris pol mas , bendino akeh uwong seng tuku ndek kene , iki aku jek tas telung tahun dodolan ndek kene wes iso tuku pikep ambek mbangun omah "
(laris banget mas , tiap hari banyak orang yang beli di sini , ini aku baru tiga tahun jualan di sini udah bisa beli pikep sama bangun rumah)
Mendengar apa yang diceritakan bapak ini hanya membuat kami geleng geleng kepala saja , sulit untuk mempercayai bahwa musang itu bukanlah sekedar hewan biasa tapi merupakan hewan jadi jadian yang konon bisa mendatangkan rejeki.
Bapak : " ngene iki saben esuk bendot kudu sarapan roti ambek kopi lho mas "
(gini ini tiap pagi bendot harus sarapan roti sama kopi lho mas)
Soleh : " kok aneh ya pak ?!
Bapak : " lha mbiyen tak pakani buah malah wegah kok , ngerti ngerti ae kopiku diombe gek rotiku dipangan "
(lha dulu aku kasih buah malah ogah kok , tau tau aja kopiku diminum sama rotiku dimakan)
Soleh : " koyok uwong ae pak "
(kayak orang ae pak)
Bapak : " lha ancen bendot iki guduk luwak biasa kok mas "
(lha emang bendot ini bukan musang biasa kok mas)
Me : " sampun manut pak nggeh ? "
(udah nurut ya pak ?)
Bapak : " manut mas bendot iki , nek tak celuk yo gelem moro gek yo gak kakehan polah "
(nurut mas bendot ini , kalo aku panggil ya mau datang trus gak banyak tingkah)
Dengan gemas pak penjual ini menggendong musangnya yang bernama Bendot itu dan kemudian menimang nimangnya bagaikan bayi " ning !... nang !... ning !... nung !... ning !... nang !... ning !... nung !... " kami berdua hanya bisa tertawa geli saja melihatnya.
Me : " karcise parkir gowonen leh ! "
(karcisnya parkir bawain leh !)
Soleh : " oyi vig "
Dengan tergesa kami beranjak meninggalkan parkiran lalu masuk ke dalam area pasar yang tampak cukup ramai , setelah melewati deretan kios yang menjual aneka burung kini kami tiba di kios kios yang dipenuhi aquarium , bermacam ikan tampak berenang renang di dalamnya dan menarik perhatian kami berdua.
Me : " ndelok iwak sek leh ! "
(liat ikan dulu leh !)
Soleh : " uakeh yo vig maceme "
(buanyak ya vig macemnya)
Ada begitu banyak jenis ikan yang dijual di sini , mulai dari ikan murahan macam cupang , koki , oscar , hingga ikan buas macam hiu ataupun piranha.
Soleh : " hiune nyokot gak ki vig ? "
(hiunya ngegigit gak nih vig ?)
Me : " nyokot cok , drijimu ojo kok cemplungne ! "
(nggigit cok , jarimu jangan kok masukin !)
Soleh : " tak kiro jinak hiune vig "
(aku kira jinak hiunya vig)
Baru saja si Soleh iseng memasukkan jari telunjuknya ke dalam aquarium yang berisi ikan hiu dan untungnya tak terjadi apa apa dengannya , berhubung aku tertarik dengan hiu ini kuputuskan untuk menanyakan harganya pada penjualnya.
Me : " pak , hiune pinten niki regone ? "
(pak , hiunya berapaan ini harganya ?)
Bapak : " limang atus ewu mas "
(lima ratus ribu mas)
Me : " kok larang men pak , hiu cilik lho niki "
(kok mahal banget pak , hiu kecil lho ini)
Bapak : " lha ancen goleke angel mas , roto roto yo semono iku regone "
(lha emang nyarinya susah mas , rata rata ya segitu itu harganya)
Me : " pakane nopo pak hiune niki ? "
(pakannya apa pak hiunya ini ?)
Bapak : " pakane iwak cilik kenek , kodok yo doyan "
(pakannya ikan kecil bisa , kodok juga doyan)
Me : " banyune pripun pak ? "
(airnya gimana pak ?)
Bapak : " iki nggawe banyu laut mas , tuku sak jerigene satus ewu "
(ini pake air laut mas , beli sejerigen seratus ribu)
Ternyata ribet juga jika ingin memelihara ikan hiu , selain harganya mahal airnyapun harus beli juga.... lebih baik kuurungkan niatku untuk memeliharanya.
Me : " ayo mlaku eneh ! "
(ayo jalan lagi !)
Soleh : " aku kok bingung arep ngingu opo penake ki ? "
(aku kok bingung mau melihara apa enaknya ini ?)
Kelar melewati deretan kios ikan kini kami mendapati beragam spesies reptil yang dipajang di depan kios , ada kura kura , labi labi , iguana , ular , bahkan yang menyeramkan ada buaya berukuran kecil.
Soleh : " iki mesti galak vig boyone ? "
(ini pasti galak vig buayanya ?)
Me : " iyo , aku wegah ngingu boyo "
(iya , aku juga ogah melihara buaya)
Soleh : " podo , ngko nek ucul ndek kosan lak ayahab yo vig ? "
(sama , ntar kalo kabur di kosan kan bahaya ya vig ?)
Me : " nyokot kunammu iku "
(nggigit burungmu itu)
Soleh : " ha.. ha.. ha.. "
Selama beberapa menit kami berdua melihat lihat reptil yang dijual , hingga akhirnya si Soleh tertarik dengan seekor kura kura seukuran piring makan.
Soleh : " niki kurone jenis nopo pak ? "
(ini kuranya jenis apa pak ?)
Bapak : " iku kuro brazil mas , soko kali amazon kono "
(ini kura brazil mas , dari sungai amazon sana)
Soleh : " adoh men tha pak , regone pinten niki ? "
(jauh amat tha pak , harganya berapa ini ?)
Bapak : " rong atus ewu mas "
(dua ratus ribu mas)
Soleh : " kelarangen pak "
(kemahalan pak)
Bapak : " lha terah kewan impor lho mas , lha piro njalukmu ? "
(lha emang hewan impor lho mas , lha berapa mintamu ?)
Soleh : " nek satus ewu mawon pripun pak ? "
(kalo seratus ribu aja gimana pak ?)
Bapak : " tambahono sithik tho mas "
(tambahin dikit dong mas)
Soleh : " waduh duitku pas lho pak iki "
(waduh duitku pas lho pak ini)
Bapak : " yo wes gak po po nek ngono mas "
(ya udah gak apa apa kalo gitu mas)
Setelah tawar menawar harga akhirnya si Soleh membeli kura kura itu seharga 100 ribu , namun ia masih harus membeli pakan dan juga semacam keranjang aquarium untuk membawa hewan itu.
Soleh : " pinten pak pakane ? "
(berapa pak pakannya ?)
Bapak : " sepuluh ewu thok mas "
(sepuluh ribu aja mas)
Soleh : " lha keranjange niki ? "
(lha keranjangnya ini ?)
Bapak : " slawe ewu mas "
(dua puluh lima ribu mas)
Soleh : " vig , aku utang duwekmu sek yo ? "
(vig , aku utang duitmu dulu ya ?
Me : " opo entek duwekmu ? "
(apa habis duwekmu ?)
Soleh : " ngepas iki , karek dinggo mangan thok "
(ngepas ini , cuma buat makan doang)
Me : " yo wis "
Terpaksa kukeluarkan selembar 50 ribuan buat ngutangin si Soleh yang kehabisan duit , kini kura kura itu telah dimasukkan ke dalam keranjang aquarium yang telah diisi sedikit air.
Soleh : " arep tak dekek kolam ngarep kosanku vig "
(mau tak taruh kolam depan kosanku vig)
Me : " lha nek ucul piye ? "
(lha kalo kabur gimana ? )
Soleh : " tak kelongi ae banyune , dadi kurone gak iso menek teko nduwur "
(aku kurangin aja airnya , jadi kuranya gak bisa manjat sampe atas)
Kini kami melanjutkan langkah kaki menuju kios berikutnya yang menjual bermacam serangga , namun tak satupun yang menarik perhatianku sehingga lekas kuajak Soleh beranjak dari sini.
Me : " leh , iku ono kethek didol , ayo mrono ! "
(leh , itu ada monyet dijual , ayo ke sana !)
Soleh : " oyi vig "
Beberapa ekor monyet tampak mondar mandir di dalam kandang kawat seukuran kulkas , aku sebenarnya tertarik juga memeliharanya tapi Rani pacarku tak akan suka jika ada monyet di kosanku.... kurasa aku harus memelihara hewan yang tingkahnya lebih anteng dan juga lebih imut tampangnya.
Me : " ayo ndelok liyane leh ! "
(ayo liat lainnya leh !)
Soleh : " yo wes "
Kutinggalkan monyet monyet tadi dan kini di hadapanku tampak kandang kandang bambu yang berjejeran satu sama lain , di dalamnya ada hewan hewan macam kucing , anjing , kelinci , marmut , landak hingga trenggiling.
Soleh : " trenggiling iki opo galak vig ? "
(trenggiling ini apa galak vig ?)
Me : " lha mboh , aku gak seneng leh "
(entah , aku gak suka leh)
Dengan seksama kuamati hewan hewan ini hingga akhirnya aku tertarik dengan marmut marmut kecil yang terlihat imut , segera saja kutanyakan harganya pada penjualnya.
Me : " pak niki marmute pintenan ? "
(pak ini marmutnya berapaan ?)
Bapak : " seng cilik slawe ewu , nek seng gedi seket ewunan mas "
(yang kecil dua puluh lima ribu , kalo yang besar lima puluh ribuan mas)
Me : " kulo tumbas seng cilik mawon kaleh pak "
(aku beli yang kecil aja dua pak)
Bapak : " miliho dhewe mas seng endi "
(pilih sendiri mas yang mana)
Me : " mbedakno lanang nopo wedoke pripun pak ? "
(ngebedain jantan apa betina gimana pak ?)
Bapak : " iku lho mas kandange wes dipisah , seng tengen lanang nek seng kiwo wedok "
(itu lho mas kandangnya udah dipisah , yang kanan jantan kalo yang kiri betina)
Cukup lama aku memilih sepasang marmut yang bakal kupelihara , hingga akhirnya kuputuskan untuk memilih marmut jantan berbulu putih kecoklatan dan juga marmut betina berbulu coklat kehitaman.... kurasa Rani pacarku akan menyukai hewan bertampang imut ini.
Me : " seket ewu pak nggeh "
(lima puluh ribu pak ya)
Bapak : " keranjange gurung mas "
(keranjangnya belum mas)
Me : " pintenan pak ? "
(berapaan pak ?)
Bapak : " limolas ewu mas "
(lima belas ribu mas)
Me : " pundi pak keranjange ? "
(mana pak keranjangnya ?)
Bapak : " ndek njero mas , mlebuo ae ! "
(di dalam mas , masuk aja !)
Lekas saja aku memasuki bagian dalam kios dan kemudian sibuk memilih keranjang plastik untuk menaruh marmut yang kubeli , namun tak jauh dari tumpukan keranjang ini ada seekor hewan yang tingkahnya begitu menarik perhatianku... tampak seekor musang berbulu abu abu gelap tengah duduk di atas meja sambil memakan roti tawar dan menyeruput kopi yang ditaruh di lepek.
Soleh : " vig , iku luwake kok ngombe kopi ?! "
(vig , itu musangnya kok minum kopi ?!)
Me : " pak niku kok doyan kopi luwake ? "
(pak itu kok doyan kopi musangnya ?)
Bapak : " hua.. ha... ha.. iku jenenge bendot mas , iku guduk luwak biasa tapi luwak dadi dadian "
(hua.. ha.. ha.. itu namanya bendot mas , itu bukan musang biasa tapi musang jadi jadian)
Soleh : " mosok tho pak ?! "
(masak tha pak ?!)
Bapak : " ayo tak dudohi kene mas ! "
(ayo aku tunjukkin sini mas !)
Pak penjual ini mengajak kami menuju ke meja dimana musang itu berada , kini ia mengelus elus badannya berulang kali sembari bercerita.
Bapak : " bendot iki lho mas wes tak anggep anakku dhewe , enek uwong kate nuku larang ritek aku wegah "
(bendot ini lho mas udah aku anggep anakku sendiri , ada orang mau beli mahal sekalipun aku ogah)
Soleh : " tapi mosok niku luwak dadi dadian pak ? "
(tapi masak itu musang jadi jadian pak ?)
Bapak : " ngene mas tak critane yo , mbiyen pas tahun rong ewu limo aku lak moleh ndek kampungku ndek daerah kacuk , lha pas bengi aku turu trus ngimpi pethuk wong tuwek jenggoten nganggo blangkon ambek klambi beskap "
(gini mas aku ceritain ya , dulu pas tahun dua ribu lima aku kan pulang ke kampungku di daerah kacuk , lha pas malam aku tidur trus mimpi ketemu orang tua berjenggot pake blangkon sama baju beskap)
Me : " sinten pak niku ?! "
(siapa pak itu ?!)
Bapak : " aku dhewe yo gak weruh sopo sakjane wong tuwek iku "
(aku sendiri juga gak tau siapa sebenarnya orang tua itu)
Me : " trus pripun pak ? "
(trus gimana pak ? )
Bapak : " lha wong tuweke iku ngandani aku nek pengen usahaku iso lancar lan mulyo uripku , aku kudu ngelakoni semedi sewengi ndek gunung kawi "
(lha orang tuanya itu nasehatin aku kalo ingin usahaku bisa lancar dan makmur hidupku , aku harus ngelakuin semedi semalam di gunung kawi)
Soleh : " wah njenengan semedi teng gunung kawi pak ?! "
(wah njenengan semedi di gunung kawi pak ?!)
Bapak : " iyo mas , lha pas lagi semedi wong tuweke ndek mau teko maneh marani aku , melok lungguh ndek ngarepku trus melingi aku nek putune kate melok urip ambek aku "
(iya mas , lha pas semedi orang tuanya tadi datang nyamperin aku , ikut duduk di depanku trus bilangin aku kalo cucunya mau ikut hidup sama aku)
Me : " ngimpi tha pak niku ? "
(mimpi tha pak itu ?)
Bapak : " nek seng iki gak ngimpi tapi temenan mas , lha mari melingi aku trus wong tuweke iku langsung ilang gek esuke pas aku moleh ngerti ngerti ono luwak cilik ndelik ndek ngisor dipanku "
(kalo yang ini gak mimpi tapi beneran mas , lha abis bilangin aku trus orang tuanya itu langsung hilang dan paginya pas aku pulang tau tau ada musang kecil ngumpet di bawah ranjangku)
Soleh : " luwake niki tha pak ?! "
(musangnya ini tha pak ?!)
Bapak : " iyo mas , akhire tak ingu trus tak jenengi bendot , gek mari ngono aku diimpeni maneh ambek wong tuweke ndek mau , jarene mulai saiki putune wes melok urip ambek aku trus aku gak oleh nyio nyio "
(iya mas , akhirnya aku pelihara trus kunamai bendot , trus abis itu aku dimimpiin lagi sama orang tua tadi , katanya mulai sekarang cucunya udah hidup sama aku trus aku gak boleh nyia nyiain)
Soleh : " trus langsung lancar pak usahane njenengan ? "
(trus langsung lancar pak usahanya njengengan ?)
Bapak : " bener mas , jaman semono lak aku iki mek dodolan warung tha mas trus ngerti ngerti ae warungku dadi laris akeh wong seng tuku , ngasi akhire aku duwe modal digawe dodolan kewan ndek kene iki "
(bener mas , jaman segitu kan aku ini cuma jualan warung tha mas trus tau tau aja warungku jadi laris banyak orang yang beli , sampe akhirnya aku punya modal buat jualan hewan di sini)
Me : " niki kiose ngge laris pak ? "
(ini kiosnya juga laris pak ?)
Bapak : " laris pol mas , bendino akeh uwong seng tuku ndek kene , iki aku jek tas telung tahun dodolan ndek kene wes iso tuku pikep ambek mbangun omah "
(laris banget mas , tiap hari banyak orang yang beli di sini , ini aku baru tiga tahun jualan di sini udah bisa beli pikep sama bangun rumah)
Mendengar apa yang diceritakan bapak ini hanya membuat kami geleng geleng kepala saja , sulit untuk mempercayai bahwa musang itu bukanlah sekedar hewan biasa tapi merupakan hewan jadi jadian yang konon bisa mendatangkan rejeki.
Bapak : " ngene iki saben esuk bendot kudu sarapan roti ambek kopi lho mas "
(gini ini tiap pagi bendot harus sarapan roti sama kopi lho mas)
Soleh : " kok aneh ya pak ?!
Bapak : " lha mbiyen tak pakani buah malah wegah kok , ngerti ngerti ae kopiku diombe gek rotiku dipangan "
(lha dulu aku kasih buah malah ogah kok , tau tau aja kopiku diminum sama rotiku dimakan)
Soleh : " koyok uwong ae pak "
(kayak orang ae pak)
Bapak : " lha ancen bendot iki guduk luwak biasa kok mas "
(lha emang bendot ini bukan musang biasa kok mas)
Me : " sampun manut pak nggeh ? "
(udah nurut ya pak ?)
Bapak : " manut mas bendot iki , nek tak celuk yo gelem moro gek yo gak kakehan polah "
(nurut mas bendot ini , kalo aku panggil ya mau datang trus gak banyak tingkah)
Dengan gemas pak penjual ini menggendong musangnya yang bernama Bendot itu dan kemudian menimang nimangnya bagaikan bayi " ning !... nang !... ning !... nung !... ning !... nang !... ning !... nung !... " kami berdua hanya bisa tertawa geli saja melihatnya.
Apabila anda puas bilang sama teman , saudara atau tetangga anda ….. bila timbul gejala gejala aneh segera berobat ke mantri hewan terdekat di kota anda
Diubah oleh vigovampironeo 17-09-2017 19:32
johny251976 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Kutip
Balas