- Beranda
- Stories from the Heart
Malang Mysterio (Horror Complete Stories)
...
TS
vigovampironeo
Malang Mysterio (Horror Complete Stories)
Ini trit merupakan kumpulan cerita cerita horror eike selama kuliah di kota Malang , terutama untuk cerita pendek akan eike masukkan di trit ini secara berkala....100 % true story tanpa rekayasa ,tanpa formalin dan tidak mengandung minyak babi , selain daripada itu cerita cerita ini memang dirancang dengan alur yang dinamiz sesuai kronologiz dan tata bahasa yang dramatiz sehingga cocix buat dibaca sebelum agan agan bobox cantix
Quote:

Quote:

vigo , niken , pendik , steve , renggo , zul , memet , danang , rani
Quote:
Penjelajahan Mistis di Kampus UMM(complete story)
Tiga Keranda di Jembatan Belakang Sengkaling(complete story)
Eric & Katrina(complete story)
Quote:
Malang Mysterio Exo(Trit Pelengkap)
Quote:
Apabila anda puas bilang sama teman , saudara atau tetangga anda ….. bila timbul gejala gejala aneh segera berobat ke mantri hewan terdekat di kota anda
Diubah oleh vigovampironeo 10-04-2022 07:28
ferist123 dan 28 lainnya memberi reputasi
25
975.3K
Kutip
2.7K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
vigovampironeo
#172
Ular Gaib Penghuni Terowongan Bawah Monumen Juang
ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar pertengahan tahun 2009 ketika eike masih kuliah semester 4 di , 100 % true story tanpa rekayasa ,tanpa formalin dan tidak mengandung minyak babi , selain daripada itu cerita ini memang dirancang dengan alur yang dinamiz dan tata bahasa yang dramatiz sehingga cocix buat dibaca sebelum agan agan bobox cantix
Quote:

Quote:
Laju angkot ADL yang kami tumpangi perlahan mulai melambat ketika melintasi hotel Splendid Inn , sebelum akhirnya kami menyuruh sopir untuk berhenti menurunkan kami tepat di seberang monumen Tugu.
Niken : " nih duitnya stiv , lu kasih sama sopirnya ! "
Steve : " iya mbak "
Niken : " eh vig bawain dong tripodnya ! "
Me : " oyi "
Segera saja kami bertiga turun dari angkot lalu sejenak mengamati suasana sekitar monumen Tugu yang tampak cukup ramai sore ini , beberapa wisatawan lokal dan juga asing terlihat tengah asik berfoto di beberapa lokasi sekeliling yang memang tampak artistik untuk dibidik dengan lensa kamera.
Steve : " kemana dulu mbak kita ? "
Niken : " mmm.... kita nyebrang ke tugu langsung aja yukz ! "
Me : " oyi "
Kedatangan kami ke sini sebenarnya hanya untuk berfoto ria saja , sama halnya dengan para wisatawan itu , apalagi si Niken baru saja memiliki kamera slr baru beserta perlengkapannya macam lensa dan juga tripod , sementara lokasi ini dipilih sebagai ajang untuk menguji coba kamera barunya itu , alasannya tentu saja karena monumen Tugu ini merupakan ikonnya kota Malang dan juga ditambah dengan bangunan bangunan peninggalan Belanda yang berada di sekelilingnya , mulai dari hotel , sekolahan , markas komando militer , hingga gedung balaikota.
Niken : " keren nih , gw mau moto moto dulu ya vig "
Me : " trus kita ngga poto bareng nik ? "
Niken : " gampang ntar aja poto barengnya "
Sementara si Niken sedang asik memotret aku dan Steve memutuskan untuk jalan jalan mengelilingi taman di area monumen Tugu ini , rerumputan hijau dan juga bunga bunga lily berwarna orange tampak memenuhi taman dan membuat suasana terlihat asri , sementara di bawah monumen Tugu terdapat kolam yang dipenuhi teratai berwarna putih kemerahan sehingga kian mempercantik tampilan taman ini.
Steve : " keren ya mas tamannya , bersih gak ada sampahnya juga "
Me : " gw jaman awal kuliah sering ke sini stiv , betah pacaran di sini "
Steve : " ha.. ha.. emang romantis ya mas suasananya "
Dulu aku memang sering mengajak Rista pacaran di taman ini karena suasananya begitu asri , selain itu banyak pepohonan trembesi rimbun yang memenuhi area sekitar taman ini sehingga suasananya juga terasa teduh.
Steve : " itu pohon trembesi udah tua semuanya mas "
Me : " emangnya ada apaan stiv di pohon itu ? "
Steve : " ada penghuninya semua , aku bisa ngerasain energinya "
Me : " gw sih gak heran lagi kalo pohon itu ada penghuninya , emangnya apaan jenisnya stiv ?! "
Steve : " gendruwo doang sih , tapi banyak banget "
Sejenak kami memandangi pepohonan trembesi rimbun yang memenuhi halaman hotel Splendid Inn di seberang jalan sana , memang jika dilihat sekilas pepohonan itu tampak memiliki aura mistis tersendiri namun setahuku tak pernah ada kejadian yang berbau gaib di situ.
Me : " kok ngga kayak pohon angsana di kota mbatu ya stiv ?!.. yang kecelakaan kemaren itu "
Steve : " gendruwonya ngga jahat sih mas , cuma kalo diganggu ya bisa marah juga "
Me : " untung aja gak ada orang usil atau kencing di pohon itu stiv "
Steve : " ha.. ha.. ha.. "
Setelah berjalan jalan mengelilingi taman kami berdua duduk santai di bangku tepi kolam , sebelum akhirnya si Niken menyusul dan mengajak photo bareng.
Niken : " tripodnya pasang situ deh vig ! "
Me : " kita foto depannya tugu nik ? "
Niken : " iya , agak jauhan tripodnya biar keliatan tugunya "
Me : " oyi "
Kamera telah terpasang pada tripod sementara mode self timer baru saja diaktifkan , sekejap kemudian " slap !.... slap !.... slap !... " terabadikan sudah pose kami bertiga berlatarkan monumen Tugu yang berdiri menjulang di belakang kami.
Niken : " nah , keren vig jadinya "
Me : " ntar tag ke fesbuk gw ya "
Steve : " fesbukku juga ya mbak "
Niken : " so pasti guys "
Urusan bernarsis ria di monumen Tugu baru saja kelar dan kini si Niken mengajak kami menuju balaikota yang berada di seberang jalan , sebagai salah satu peninggalan kolonial Belanda arsitektur bangunan itu terlihat begitu vintage.
Steve : " aku ngerasain energi lagi mas disini "
Me : " emang di sini ada demitnya stiv ? "
Niken : " ah masak sih balaikota ada demitnya juga stiv ? "
Steve : " ini kayaknya arwah manusia mbak "
Niken : " arwah manusia stiv ? "
Me : " jangan jangan noni belanda tu ? "
Steve : " bisa jadi mas "
Niken : " pasti deh kalo bangunan jaman belanda ada noninya , kayak wisma tumapel tuh katanya sering banget ada orang yang liat penampakan noni "
Baru saja kami tiba di depan balaikota mendadak Steve mendeteksi keberadaan makhluk gaib lagi atau lebih tepatnya arwah manusia , kami menduga arwah itu adalah noni noni Belanda yang dahulu dibantai oleh pasukan Jepang.
Niken : " duh coba kalau gw jadi anak indigo gitu pasti bisa lihat kayak apa tampangnya noni belanda "
Me : " kan lu pernah liat pas hunting di wisma tumapel nik ? "
Niken : " dulu tuh gw ngga ngelihat , tau tau aja ada penampakannya di foto "
Me : " ya udah lu coba aja foto foto di sini , kali aja dapet penampakannya lagi "
Niken : " ya udah deh gw mau nyoba motret "
Dengan bersemangat si Niken mondar mandir memotret bangunan balaikota ini dari berbagai sudut , namun ketika ia memperlihatkan hasilnya sama sekali tak terlihat penampakan sosok noni Belanda.
Niken : " duh kok ngga ada penampakannya stiv ? "
Steve : " susah mbak , apalagi ini kan masih sore "
Niken : " mungkin kalo malem bisa dapet kali ya ? "
Steve : " kapan kapan aja kita ke sini lagi pas malem mbak "
Niken : " ya udah deh , eh kita foto bareng lagi yukz ! "
Sekali lagi kami bernarsis ria di depan bangunan balaikota ini sebelum akhirnya Niken mengajak kami menuju monumen Joeang yang tak jauh dari sini , tepatnya berada di dekat stasiun kota baru.
Niken : " nih duitnya stiv , lu kasih sama sopirnya ! "
Steve : " iya mbak "
Niken : " eh vig bawain dong tripodnya ! "
Me : " oyi "
Segera saja kami bertiga turun dari angkot lalu sejenak mengamati suasana sekitar monumen Tugu yang tampak cukup ramai sore ini , beberapa wisatawan lokal dan juga asing terlihat tengah asik berfoto di beberapa lokasi sekeliling yang memang tampak artistik untuk dibidik dengan lensa kamera.
Steve : " kemana dulu mbak kita ? "
Niken : " mmm.... kita nyebrang ke tugu langsung aja yukz ! "
Me : " oyi "
Kedatangan kami ke sini sebenarnya hanya untuk berfoto ria saja , sama halnya dengan para wisatawan itu , apalagi si Niken baru saja memiliki kamera slr baru beserta perlengkapannya macam lensa dan juga tripod , sementara lokasi ini dipilih sebagai ajang untuk menguji coba kamera barunya itu , alasannya tentu saja karena monumen Tugu ini merupakan ikonnya kota Malang dan juga ditambah dengan bangunan bangunan peninggalan Belanda yang berada di sekelilingnya , mulai dari hotel , sekolahan , markas komando militer , hingga gedung balaikota.
Niken : " keren nih , gw mau moto moto dulu ya vig "
Me : " trus kita ngga poto bareng nik ? "
Niken : " gampang ntar aja poto barengnya "
Sementara si Niken sedang asik memotret aku dan Steve memutuskan untuk jalan jalan mengelilingi taman di area monumen Tugu ini , rerumputan hijau dan juga bunga bunga lily berwarna orange tampak memenuhi taman dan membuat suasana terlihat asri , sementara di bawah monumen Tugu terdapat kolam yang dipenuhi teratai berwarna putih kemerahan sehingga kian mempercantik tampilan taman ini.
Steve : " keren ya mas tamannya , bersih gak ada sampahnya juga "
Me : " gw jaman awal kuliah sering ke sini stiv , betah pacaran di sini "
Steve : " ha.. ha.. emang romantis ya mas suasananya "
Dulu aku memang sering mengajak Rista pacaran di taman ini karena suasananya begitu asri , selain itu banyak pepohonan trembesi rimbun yang memenuhi area sekitar taman ini sehingga suasananya juga terasa teduh.
Steve : " itu pohon trembesi udah tua semuanya mas "
Me : " emangnya ada apaan stiv di pohon itu ? "
Steve : " ada penghuninya semua , aku bisa ngerasain energinya "
Me : " gw sih gak heran lagi kalo pohon itu ada penghuninya , emangnya apaan jenisnya stiv ?! "
Steve : " gendruwo doang sih , tapi banyak banget "
Sejenak kami memandangi pepohonan trembesi rimbun yang memenuhi halaman hotel Splendid Inn di seberang jalan sana , memang jika dilihat sekilas pepohonan itu tampak memiliki aura mistis tersendiri namun setahuku tak pernah ada kejadian yang berbau gaib di situ.
Me : " kok ngga kayak pohon angsana di kota mbatu ya stiv ?!.. yang kecelakaan kemaren itu "
Steve : " gendruwonya ngga jahat sih mas , cuma kalo diganggu ya bisa marah juga "
Me : " untung aja gak ada orang usil atau kencing di pohon itu stiv "
Steve : " ha.. ha.. ha.. "
Setelah berjalan jalan mengelilingi taman kami berdua duduk santai di bangku tepi kolam , sebelum akhirnya si Niken menyusul dan mengajak photo bareng.
Niken : " tripodnya pasang situ deh vig ! "
Me : " kita foto depannya tugu nik ? "
Niken : " iya , agak jauhan tripodnya biar keliatan tugunya "
Me : " oyi "
Kamera telah terpasang pada tripod sementara mode self timer baru saja diaktifkan , sekejap kemudian " slap !.... slap !.... slap !... " terabadikan sudah pose kami bertiga berlatarkan monumen Tugu yang berdiri menjulang di belakang kami.
Niken : " nah , keren vig jadinya "
Me : " ntar tag ke fesbuk gw ya "
Steve : " fesbukku juga ya mbak "
Niken : " so pasti guys "
Urusan bernarsis ria di monumen Tugu baru saja kelar dan kini si Niken mengajak kami menuju balaikota yang berada di seberang jalan , sebagai salah satu peninggalan kolonial Belanda arsitektur bangunan itu terlihat begitu vintage.
Steve : " aku ngerasain energi lagi mas disini "
Me : " emang di sini ada demitnya stiv ? "
Niken : " ah masak sih balaikota ada demitnya juga stiv ? "
Steve : " ini kayaknya arwah manusia mbak "
Niken : " arwah manusia stiv ? "
Me : " jangan jangan noni belanda tu ? "
Steve : " bisa jadi mas "
Niken : " pasti deh kalo bangunan jaman belanda ada noninya , kayak wisma tumapel tuh katanya sering banget ada orang yang liat penampakan noni "
Baru saja kami tiba di depan balaikota mendadak Steve mendeteksi keberadaan makhluk gaib lagi atau lebih tepatnya arwah manusia , kami menduga arwah itu adalah noni noni Belanda yang dahulu dibantai oleh pasukan Jepang.
Niken : " duh coba kalau gw jadi anak indigo gitu pasti bisa lihat kayak apa tampangnya noni belanda "
Me : " kan lu pernah liat pas hunting di wisma tumapel nik ? "
Niken : " dulu tuh gw ngga ngelihat , tau tau aja ada penampakannya di foto "
Me : " ya udah lu coba aja foto foto di sini , kali aja dapet penampakannya lagi "
Niken : " ya udah deh gw mau nyoba motret "
Dengan bersemangat si Niken mondar mandir memotret bangunan balaikota ini dari berbagai sudut , namun ketika ia memperlihatkan hasilnya sama sekali tak terlihat penampakan sosok noni Belanda.
Niken : " duh kok ngga ada penampakannya stiv ? "
Steve : " susah mbak , apalagi ini kan masih sore "
Niken : " mungkin kalo malem bisa dapet kali ya ? "
Steve : " kapan kapan aja kita ke sini lagi pas malem mbak "
Niken : " ya udah deh , eh kita foto bareng lagi yukz ! "
Sekali lagi kami bernarsis ria di depan bangunan balaikota ini sebelum akhirnya Niken mengajak kami menuju monumen Joeang yang tak jauh dari sini , tepatnya berada di dekat stasiun kota baru.
Quote:
Di hadapan kami tampak sebuah patung yang berupa sesosok raksasa yang tengah tergolek tak berdaya dan dikelilingi oleh para liliput yang sedang mengikat tubuhnya , patung berwarna kemerahan inilah yang disebut sebagai monumen Joeang.
Niken : " gw mau moto patungnya dulu vig , abis itu kita foto bareng ya "
Me : " sakarepmu "
Sementara si Niken tengah sibuk memotret Steve malah mendeteksi keberadaan energi makhluk gaib di tempat ini , namun kali ini ia malah menempelkan kedua telapak tangannya di atas aspal.
Me : " demitnya ada di bawah tanah ya stiv ? "
Steve :" energinya lumayan kuat mas "
Me : " makhluk apaan tuh jenisnya ? "
Steve : " kayaknya sih ular mas "
Me : " siluman ular kayak nyai anjani ya ? "
Steve : " bukan mas , kayaknya ular yang gede banget "
Selama beberapa menit Steve terus menempelkan kedua telapak tangannya di atas aspal , sebelum akhirnya ada seorang tukang becak yang kebetulan lewat dan merasa aneh melihat apa yang dilakukannya itu.
Becak : " lapo mas ?! "
(kenapa mas ?!)
Me : " mboten nopo nopo pak "
(ngga apa apa pak)
Becak : " sampeyan ngerti onok ulo tho ndek ngisor kene ?! "
(kamu tau ada ular tha di bawah sini ?!)
Mendengar apa yang disampaikan tukang becak ini langsung membuatku terkejut , bagaimana bisa ia juga tau tentang sosok ular gaib yang tengah dideteksi Steve.
Me : " lha kok ngertos pak njenengan ?! "
(lha kok tau pak ?!)
Becak : " aku lho wes suwe mangkal ndek kene mas , yo mesti ngerti onok opo ae "
(aku lho udah lama mangkal di sini mas , ya pasti tau ada apa aja)
Me : " niki tenanan wonten ulone ndek ngisor mriki pak ?! "
(ini beneran ada ularnya di bawah sini pak ?!)
Becak : " tak critani mas yo , ndek ngisor iki onok terowongan duowo gek cabange onok akeh "
(aku ceritain mas ya , di bawah sini ada terowongan puanjang trus cabangnya ada banyak)
Me : " terowongan nopo pak niku ? "
(terowongan apa pak itu ?)
Becak : " mbiyen pas jaman perang terowongan iku digawe mlayu utowo ndelik pejuang seng dikiter londo utowo jepang "
(dulu pas jaman perang terowongan itu dipake kabur atau sembunyi pejuang yang dikejar belanda atau jepang)
Me : " lha dalane mlebet terowongan teng pundi pak niku ? "
(lha jalannya masuk terowongan di mana pak itu ?)
Becak : " sak ngertiku jalure terowongan iku onok seng soko balaikota ambek soko sma , tembusane ndek njerone stasiun kono ambek seng paling adoh ndek kolam ken dedes daerah singosari "
(setahuku jalurnya terowongan itu ada yang dari balaikota sama dari sma , tembusannya di belakang stasiun situ sama yang paling jauh di kolam ken dedes daerah singosari)
Apa yang diceritakan tukang becak ini membuatku cukup tercengang , baru kali ini aku tahu jika ada terowongan rahasia yang berada di bawah jalanan ini dan menghubungkan banyak tempat sekaligus.
Me : " lha kok wonten ulone niku pripun ceritone pak ? "
(lha kok ada ularnya itu gimana ceritanya pak ?)
Becak : " nek iku lak goro goro terowongan wes suwe gak diliwati maneh soale wes ditutup jamane jek tak merdeka mbiyen , dadi yo akhire dienggoni ulo kuwi "
(kalo itu kan gara gara terowongannya udah lama gak dilewati lagi soalnya udah ditutup jamannya baru merdeka dulu , jadi ya akhirnya ditempati ular itu)
Me : " ulo demit pak niku ? "
(ular demit pak itu ?)
Becak : " iyo mas , lek jare koncoku asale soko daerah singosari trus ngaleh mrene "
(iya mas , kalo kata temanku asalnya dari daerah singosari trus pindah sini)
Me : " njenengan nate ngertos ulone pak ? "
(pernah lihat ularnya pak ?)
Becak : " sujokno aku kerep mangkal ndek kene ngasi saiki gurung nate pethuk ulo kuwi , nanging koncoku seng wes tau ngerti peng bolak balik "
(untungnya aku sering mangkal di sini sampe sekarang belum pernah ketemu ular itu , tapi temanku yang udah pernah lihat berkali kali)
Me : " ageng pak ulone ? "
(besar pak ularnya ?)
Becak : " yo jarene ki dowone rong puluh meter punjul mas "
(ya katanya sih panjangnya dua puluh meter lebih mas)
Me : " teng pundi pak niku nek ngetok ? "
(dimana pak itu kalo muncul ?)
Becak : " omonge ndek mburine stasiun kono pas bengi bengi , biasane nek metu gur pas malem bulan purnomo thok "
(katanya di belakang stasiun situ pas malem malem , biasanya kalo keluar hanya pas malem bulan purnama saja)
Aku hanya bisa tercengang mendengar penuturan tukang becak ini , membayangkan wujud ular itu saja sudah membuatku bergidik sendiri apalagi jika benar benar menjumpainya , namun jujur saja aku malah semakin penasaran dengan sosok ular gaib itu.
Becak : " wes mas yo tak moleh disek soale wes maghrib ki "
(udah mas ya tak pulang dulu soalnya udah maghrib ini)
Me : " wo nggeh pak , matur suwun "
(wo iya pak , terima kasih)
Tukang becak itu baru saja berlalu meninggalkan kami , kini lekas kuajak Niken dan Steve menuju warung lesehan di sekitar stasiun sambil kuceritakan soal ular gaib itu.
Niken : " yang bener lu vig ?! "
Steve : " itu ular umurnya pasti udah tua ya mas , energinya kuat banget soalnya "
Me : " kata tukang becak tadi sih pas jaman abis merdeka terowongannya gak pernah dipake trus ularnya masuk situ "
Steve : " masuknya dari mana mas ? "
Me : " dari daerah singosari stiv "
Niken : " gw ngga nyangka juga kalo ada terowongan rahasia di sini vig "
Me : " kata tukang becak tadi tembusannya sampe belakang stasiun ini nik , tapi gak jelas di sebelah mana "
Niken : " kayaknya bang renggo tau soal ini deh vig , coba kapan kapan kita maen ke rumahnya trus suruh dia cerita soal ular itu "
Kami semakin penasaran tentang eksistensi ular gaib yang diceritakan oleh tukang becak tadi , satu satunya yang bisa kami andalkan untuk mendapatkan info lebih lanjut hanyalah Bang Renggo saja , kalau ia mengetahui lokasi masuk terowongan rahasia itu maka kami akan mencoba untuk menyelidikinya.
Niken : " gw mau moto patungnya dulu vig , abis itu kita foto bareng ya "
Me : " sakarepmu "
Sementara si Niken tengah sibuk memotret Steve malah mendeteksi keberadaan energi makhluk gaib di tempat ini , namun kali ini ia malah menempelkan kedua telapak tangannya di atas aspal.
Me : " demitnya ada di bawah tanah ya stiv ? "
Steve :" energinya lumayan kuat mas "
Me : " makhluk apaan tuh jenisnya ? "
Steve : " kayaknya sih ular mas "
Me : " siluman ular kayak nyai anjani ya ? "
Steve : " bukan mas , kayaknya ular yang gede banget "
Selama beberapa menit Steve terus menempelkan kedua telapak tangannya di atas aspal , sebelum akhirnya ada seorang tukang becak yang kebetulan lewat dan merasa aneh melihat apa yang dilakukannya itu.
Becak : " lapo mas ?! "
(kenapa mas ?!)
Me : " mboten nopo nopo pak "
(ngga apa apa pak)
Becak : " sampeyan ngerti onok ulo tho ndek ngisor kene ?! "
(kamu tau ada ular tha di bawah sini ?!)
Mendengar apa yang disampaikan tukang becak ini langsung membuatku terkejut , bagaimana bisa ia juga tau tentang sosok ular gaib yang tengah dideteksi Steve.
Me : " lha kok ngertos pak njenengan ?! "
(lha kok tau pak ?!)
Becak : " aku lho wes suwe mangkal ndek kene mas , yo mesti ngerti onok opo ae "
(aku lho udah lama mangkal di sini mas , ya pasti tau ada apa aja)
Me : " niki tenanan wonten ulone ndek ngisor mriki pak ?! "
(ini beneran ada ularnya di bawah sini pak ?!)
Becak : " tak critani mas yo , ndek ngisor iki onok terowongan duowo gek cabange onok akeh "
(aku ceritain mas ya , di bawah sini ada terowongan puanjang trus cabangnya ada banyak)
Me : " terowongan nopo pak niku ? "
(terowongan apa pak itu ?)
Becak : " mbiyen pas jaman perang terowongan iku digawe mlayu utowo ndelik pejuang seng dikiter londo utowo jepang "
(dulu pas jaman perang terowongan itu dipake kabur atau sembunyi pejuang yang dikejar belanda atau jepang)
Me : " lha dalane mlebet terowongan teng pundi pak niku ? "
(lha jalannya masuk terowongan di mana pak itu ?)
Becak : " sak ngertiku jalure terowongan iku onok seng soko balaikota ambek soko sma , tembusane ndek njerone stasiun kono ambek seng paling adoh ndek kolam ken dedes daerah singosari "
(setahuku jalurnya terowongan itu ada yang dari balaikota sama dari sma , tembusannya di belakang stasiun situ sama yang paling jauh di kolam ken dedes daerah singosari)
Apa yang diceritakan tukang becak ini membuatku cukup tercengang , baru kali ini aku tahu jika ada terowongan rahasia yang berada di bawah jalanan ini dan menghubungkan banyak tempat sekaligus.
Me : " lha kok wonten ulone niku pripun ceritone pak ? "
(lha kok ada ularnya itu gimana ceritanya pak ?)
Becak : " nek iku lak goro goro terowongan wes suwe gak diliwati maneh soale wes ditutup jamane jek tak merdeka mbiyen , dadi yo akhire dienggoni ulo kuwi "
(kalo itu kan gara gara terowongannya udah lama gak dilewati lagi soalnya udah ditutup jamannya baru merdeka dulu , jadi ya akhirnya ditempati ular itu)
Me : " ulo demit pak niku ? "
(ular demit pak itu ?)
Becak : " iyo mas , lek jare koncoku asale soko daerah singosari trus ngaleh mrene "
(iya mas , kalo kata temanku asalnya dari daerah singosari trus pindah sini)
Me : " njenengan nate ngertos ulone pak ? "
(pernah lihat ularnya pak ?)
Becak : " sujokno aku kerep mangkal ndek kene ngasi saiki gurung nate pethuk ulo kuwi , nanging koncoku seng wes tau ngerti peng bolak balik "
(untungnya aku sering mangkal di sini sampe sekarang belum pernah ketemu ular itu , tapi temanku yang udah pernah lihat berkali kali)
Me : " ageng pak ulone ? "
(besar pak ularnya ?)
Becak : " yo jarene ki dowone rong puluh meter punjul mas "
(ya katanya sih panjangnya dua puluh meter lebih mas)
Me : " teng pundi pak niku nek ngetok ? "
(dimana pak itu kalo muncul ?)
Becak : " omonge ndek mburine stasiun kono pas bengi bengi , biasane nek metu gur pas malem bulan purnomo thok "
(katanya di belakang stasiun situ pas malem malem , biasanya kalo keluar hanya pas malem bulan purnama saja)
Aku hanya bisa tercengang mendengar penuturan tukang becak ini , membayangkan wujud ular itu saja sudah membuatku bergidik sendiri apalagi jika benar benar menjumpainya , namun jujur saja aku malah semakin penasaran dengan sosok ular gaib itu.
Becak : " wes mas yo tak moleh disek soale wes maghrib ki "
(udah mas ya tak pulang dulu soalnya udah maghrib ini)
Me : " wo nggeh pak , matur suwun "
(wo iya pak , terima kasih)
Tukang becak itu baru saja berlalu meninggalkan kami , kini lekas kuajak Niken dan Steve menuju warung lesehan di sekitar stasiun sambil kuceritakan soal ular gaib itu.
Niken : " yang bener lu vig ?! "
Steve : " itu ular umurnya pasti udah tua ya mas , energinya kuat banget soalnya "
Me : " kata tukang becak tadi sih pas jaman abis merdeka terowongannya gak pernah dipake trus ularnya masuk situ "
Steve : " masuknya dari mana mas ? "
Me : " dari daerah singosari stiv "
Niken : " gw ngga nyangka juga kalo ada terowongan rahasia di sini vig "
Me : " kata tukang becak tadi tembusannya sampe belakang stasiun ini nik , tapi gak jelas di sebelah mana "
Niken : " kayaknya bang renggo tau soal ini deh vig , coba kapan kapan kita maen ke rumahnya trus suruh dia cerita soal ular itu "
Kami semakin penasaran tentang eksistensi ular gaib yang diceritakan oleh tukang becak tadi , satu satunya yang bisa kami andalkan untuk mendapatkan info lebih lanjut hanyalah Bang Renggo saja , kalau ia mengetahui lokasi masuk terowongan rahasia itu maka kami akan mencoba untuk menyelidikinya.
Apabila anda puas bilang sama teman , saudara atau tetangga anda ….. bila timbul gejala gejala aneh segera berobat ke mantri hewan terdekat di kota anda
Diubah oleh vigovampironeo 17-09-2017 19:31
ferist123 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Kutip
Balas