- Beranda
- Stories from the Heart
Mr.Mars & Miss.Venus
...
TS
kesshou
Mr.Mars & Miss.Venus
Pernahkah kalian bermimpi indah kemudian tiba-tiba terbangung dengan perasaan hampa di pagi hari ?
Pernahkah kalian merasakan bagaimana kehangatan cinta yang ternyata tidak sejalan dengan takdirNYA ?
Pernahkah kalian merasakan ketakutan dalam menghadapi esok ?
Pernahkah kalian merasakan kalau hidup tidak pernah adil ?
Pernahkah kalian merasakan kemarahan saat seseorang yang berharga pergi meninggalkanmu ?
Pernahkah kalian merasakan pahitnya kopi tidak sebanding dengan pahitnya hidup?
Kalau kalian bertanya kepadaku apakah aku pernah mengalami semua itu
maka jawabanku adalah
IYA....!!!!!
Aku pernah mengalaminya, sampai-sampai bosan dan muak dengan semua ini.
Namun saat itu tiba-tiba engkau datang dalam kehidupanku
Seolah memberikan sesuatu yang kucari selama ini
Sebuah jawaban akan semua penderitaan yang aku lalui
Dan
Engkaulah yang berhasil membuat kopi dalam cangkirku terasa manis.
Dan
Engkaulah yang membuat mataku terbuka lebar sehingga aku bisa melihat indahnya takdir Tuhan.
Hidup ini terlalu singkat dan berharga jika digunakan hanya untuk mengeluh dan bersedih.
Pernahkah kalian merasakan bagaimana kehangatan cinta yang ternyata tidak sejalan dengan takdirNYA ?
Pernahkah kalian merasakan ketakutan dalam menghadapi esok ?
Pernahkah kalian merasakan kalau hidup tidak pernah adil ?
Pernahkah kalian merasakan kemarahan saat seseorang yang berharga pergi meninggalkanmu ?
Pernahkah kalian merasakan pahitnya kopi tidak sebanding dengan pahitnya hidup?
Kalau kalian bertanya kepadaku apakah aku pernah mengalami semua itu
maka jawabanku adalah
IYA....!!!!!
Aku pernah mengalaminya, sampai-sampai bosan dan muak dengan semua ini.
Namun saat itu tiba-tiba engkau datang dalam kehidupanku
Seolah memberikan sesuatu yang kucari selama ini
Sebuah jawaban akan semua penderitaan yang aku lalui
Dan
Engkaulah yang berhasil membuat kopi dalam cangkirku terasa manis.
Dan
Engkaulah yang membuat mataku terbuka lebar sehingga aku bisa melihat indahnya takdir Tuhan.
Hidup ini terlalu singkat dan berharga jika digunakan hanya untuk mengeluh dan bersedih.
Spoiler for Index:
Diubah oleh kesshou 17-05-2016 19:35
mahrsmello5680 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
677.8K
3K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
kesshou
#139
Chapter 9. Film Horor dan Kejutan Dalam Pensi...
Pagi ini berbeda sekali dengan pagi-pagi sebelumnya, seluruh anak-anak kelas sepuluh terlihat sangat sibuk mempersiapkan semua peralatan dan perlengkapan mereka untuk pensi, padahal acara baru akan dimulai siang nanti setelah selesai jam sekolah. Kelas gue pun nggak kalah sibuk dengan kelas lainnya tapi dalam pandangan gue kelas gue seperti keteteran, karena semua persiapan masih sangat kurang dan lewat dari jadwal yang udah direncanakan, sampai-sampai anak-anak cewe meminta kepada wali kelas untuk meminta ijin kepada guru-guru yang mengajar pada hari itu untuk merelakan waktu mengajarnya untuk kami mempersiapkan semua perlengkapan drama kami hari itu dan untung saja para guru-guru itu mengerti dan mau menuruti permintaan egois kami.
Dengan cepat kami semua mulai bekerja seperti seorang budak yang sedang ditodong pistol oleh para penguasa, tanpa diberi waktu untuk istirahat bahkan untuk kekamar mandi saja harus berdebat dulu dengan para mandor-mandor yang tidak punya hati nurani seperti Rasti. Jari-jari tangan gue sampai kram gara-gara harus menggunting tumpukan kertas warna-warni yang seperti tidak ada habisnya dimeja gue ini. Sewaktu SMP dulu, saat dimana gue melihat pensi pertama kali di SMA sepupu gue itu bener-bener seru banget, melihat mereka berlarian kesana kemari sibuk mempersiapkan semua sambil tertawa-tawa dan bersenang-senang, rasanya gue nggak sabar untuk cepet-cepet masuk SMA dan membuat sebuah pertunjukan yang lebih hebat dari pensi yang ada di SMA sepupu gue itu. tapi setelah melihat kenyataannya yang seperti ini ? GUE BENCI SAMA YANG NAMANYA PENSI..!!!
“Ndre, buruan lo selesaian tugas lo. Biar kita bisa cepet siap-siap buat turun nanti. Gue tadi udah dapat ijin dari Rasti, bobby sama diandra juga tadi sms gue udah di base camp.” Ucap kipli sambil memotong-motong kardus dengan gunting. Entah kenapa ucapan kipli barusan seperti memberikan semangat baru bagi gue, tangan yang dari tadi sudah kram gara-gara memegang gunting kini terasa sehat kembali. Ingin rasanya cepat-cepat bertemu dengan Diandra, rasanya rindu banget sama dia padahal baru kemarin gue ketemu dia saat di studio untuk latihan terakhir bersama bobby dan kipli.
Setelah menyelesaikan tugas-tugas, gue dan kipli langsung berlari ke base camp untuk gladi resik bersama diandra dan bobby.
“Lama amat sih.” Gerutu bobby
“Sorry bob..sorry.” ucap kipli
“Eh, gimana nih udah pada siap semuakan?” tanya gue
“Udah pada siap semua sih, tapi ada satu yang masih jadi pikiran gue.” ucap bobby
“Apaan bob?” tanya kipli
“Soal urutan kita tampil, rasanya gue jadi nggak pede deh.” Keluh bobby sambil memandang kaleng minuman ringan yang ada ditangannya.
“Emangnya kita urutan keberapa sih?” tanya gue
“Urutan terakhir.” Ucap diandra pelan.
“SERIUS..??!!” ucap gue dan kipli bersamaan.
“Iya, semalem gue di sms sama steffy, tapi baru gue buka pagi tadi. Gue rencananya tadi pagi mau ngasih tau kalian, tapi gue cari-cari kalian malah nggak ketemu-ketemu.” ucap bobby
“Kalau dapat urutan terakhir kayak gitu, siapa yang nonton coba? Pasti sebagian besar anak-anak udah pada pulang.” Keluh kipli.
“Ya, mau gimana lagi pli. Udah nasib kita kayak gini.” ucap bobby
Plok…plok…plok…
Tiba-tiba suara tepukan tangan dari diandra mengagetkan kami dari lamunan.
“Wake up guys, kalian itu cowo. Masa gara-gara gini aja udah pada patah semangat gitu sih. Semangat dong, meskipun nanti hanya satu orang yang nonton tetep aja dia adalah seorang penonton yang harus kita berikan layanan terbaik dengan penampilan kita. Sayang banget kan sama waktu dan uang yang kita habiskan untuk latihan selama ini. Ayo…semuanya semangat..Semangat…SEMANGAT.” teriak diandra sambil memukul punggung kami dengan keras. Pukulan diandra benar-benar sakit dan pedas, tapi pukulannya itu memberikan sebuah semangat dan kepercayaan diri pada kami.
Gue lalu mengeluarkan sebuah gitar elektrik dari dalam softcase berwarna hitam yang ada dipojokan dekat tumpukan buku-buku tua, sebuah Gibson les paul sunburst berwarna merah orange layaknya warna langit di kala senja. Sebuah gitar yang menyimpan banyak harapan – harapan dari Putri dan saksi bisu akan kepergiannya kesebuah tempat yang sangat jauh sekali, sebuah tempat yang tidak akan pernah bisa gue jangkau saat ini.
“Put, gitar lo gue pinjem dulu ya.” gumam gue sambil memandang warna merah yang ada pada body gitar itu. Gue mulai melepas satu-persatu senar-senar tua yang sudah berubah menjadi hitam dan mengelap setiap jengkal sudut-sudut pada gitar itu.
Setelah bersih dari debu-debu, gue lalu mengeluarkan satu set senar baru yang gue beli kemarin dari dalam softcase gitar, memasangkannya dan menyetelnya. Bobby dan kipli terlihat bercanda-canda sambil memakan snack yang ada dimeja, yang gue ragu itu bukan snack yang mereka beli karena nggak mungkin mereka bisa membeli snack-snack mahal semacam itu. Sedangkan diandra terlihat sedang duduk menyendiri ditumpukan buku-buku tua sambil mendengarkan lagu melalui earphonenya, terlihat mulutnya komat-kamit dengan mata menerawang kearah langit-langit. Kalau saja saat itu gue nggak ngeliat kabel earphonenya, gue akan berpikir kalau dia lagi berdoa karena melihat hantu.
Tidak terasa bel tanda istirahat sudah berakhir, diandra dan bobby pun kembali kekelas mereka masing-masing meninggalkan gue dan kipli. Kelas mereka berdua masih belajar seperti biasa, berbeda dengan kelas kami yang sedang mendapatkan dispensasi dari guru-guru saat itu. Rasanya nggak enak juga kalau nganggur kayak gini, tapi gue juga males banget kalau harus gunting-gunting kertas lagi di kelas. Akhirnya gue cuma duduk-duduk santai bareng kipli, kipli yang sama betenya dengan gue berinisiatif untuk memutar film melalui komputer yang sering digunakan Adelia cs untuk tugas mading mereka, setelah mengacak-ngacak isi komputer mereka, kipli hanya menemukan film-film yang bergenre horor salah satunya adalah TUSUK JELANGKUNG !
Iya..
T-U-S-U-K J-E-L-A-N-G-K-U-N-G….DAMN..!!!
Heran gue sama cewe-cewe ini, koleksi filmnya horor semua padahal mereka takut banget melihat makhluk berwajah seram yang disebut hantu itu.
“Cari yang lain lah pli, masa nonton gituan.”
“Ada nih, filmnya suzana, mau?” tanya kipli
“Aih, pilihannya malah lebih serem lagi. Yang lain selain horor nggak ada?” tanya gue
“Nggak ada ndre, ya udah lah nonton tusuk jelangkung aja ya. Kebetulan gue belom pernah nonton nih film.” Ucap kipli.
“Ya udah lah terserah lo.” Ucap gue pasrah
“Kalian ngapain ngotak-ngatik komputer kita?” tanya Steffany yang sedang berdiri didepan pintu bersama dengan Adelia.
“Mau nonton film steff.” Ucap gue
“Film apa?” tanya Adelia sambil mendorong gue yang lagi enak duduk dipinggir sofa.
“Hais, dateng-dateng langsung gusur orang sembarangan aja.” Ucap gue .
“Berisik, ngalah dikit dong sama cewe.” Ucap adelia sambil duduk disebelah kanan gue. Kesel juga sih kalau dia bilang kayak gitu, perasaan gue selalu ngalah terus sama dia, ingin rasanya gue bisa membalas dengan kata-kata “ Ngalah dikit dong sama cowo.”
“Ini lagi mau nonton tusuk jelangkung.” Ucap kipli
“Pas banget, aku juga rencananya mau nonton itu tapi nggak pernah jadi-jadi. Takut kalau nonton sendiri. He...he...he... eh, bentar-bentar jangan dimulai dulu.” ucap steffy sambil mengambil snack dan minuman ringan yang disimpannya disalah satu laci meja yang dikunci.
“Kalian nggak ada pelajaran?” tanya adelia
“Nggak ada, gurunya kita minta buat nggak ngajar dulu. He...he...he..” Ucap kipli
“Lah kalian sendiri memangnya nggak ada pelajaran juga?” tanya gue ke cewe-cewe
“Ada sih, tapi kan kami panitia pensi ini jadi minta dispensasi. Kebetulan juga hari ini mata pelajarannya hitungan semua.” Ucap steffy sambil berjalan menuju sofa dengan membawa berbagai macam snack dan minuman. Kemudian dia duduk disebelah kiri gue dan mulai membuka satu bungkus potato chips. “Buruan dong kipli play filmnya.” Perintah steffy.
“Ok baby.” Ucap kipli sambil mulai memutar filmnya kemudian dia berjalan menuju sofa dan duduk disebelah steffany.
Selama mengikuti jalan cerita film horor ini gue sama sekali nggak bisa konsen, sebentar-sebentar adelia dan steffy teriak karena kaget, tau sendirikan gimana teriakan cewe kalau lagi kaget. Udah keras, cempreng, fals lagi, kuping gue pernah sampai berdenging gara-gara teriakan dua cewe ini dikanan sama kiri gue. Belum lagi dengan kebiasaan aneh mereka, steffany kalau kaget saat melihat film horor dia pasti teriak kencang terus meremas apapun yang ada didekatnya dan kebetulan saat itu tangan gue lagi ada didekatnya. Apalagi saat itu kukunya lagi panjang banget, sampai-sampai kulit tangan gue yang paling atas mengelupas sedikit tapi saat itu nggak sampai keluar darah sih. Tapi tetep aja rasanya sakit dan perih banget. Sedangkan Adelia ini mulutnya yang bawel, lagi asik-asik nonton adegan seru dia selalu nanya ke gue “Hantunya udah muncul belum? Gimana muka hantunya? Cewwnya selamat nggak? Cowonya mati nggak? dll…” sambil menutupi wajahnya dengan bantal kecil.
Pernah waktu itu dia nanya ke gue “ Hantunya udah pergi belom?” terus gue jawab udah, padahal saat itu adegannya nenek-nenek belanda. Alhasil menjeritlah si adelia kemudian menutup kembali wajahnya sambil mencubit perut gue, mana nyubitnya pakai kuku lagi. Melihat dia sangat ketakutan sampai nangis seperti itu membuat gue nggak tega buat ngerjain dia lagi selain kasian sebenernya gue juga nggak mau lagi dapat cubitan dari kukunya itu. Sedangkan kipli, itu bocah bener-bener sangat memaksimalkan kesempatan saat itu untuk bisa nempel-nempel ke steffany. Terlihat banget wajahnya yang sumringah bahagia itu, saat dia pura-pura takut terus nemplok ke Steffany dan gue herannya si steffany juga nyantai-nyantai aja kayak nggak ngerasa risih gitu tangannya dipegang-pegang sama orang mesum kayak kipli.
Akhirnya film pun selesai bertepatan dengan bel tanda sekolah telah berakhir. Adelia dan Steffany pergi meninggalkan ruangan karena harus menyusun property-properti pensi. Sedangkan gue dan kipli memutuskan untuk sholat dzuhur dahulu kemudian bantu-bantu pementasan drama kelas sambil menunggu giliran kami tampil nanti sore. Saat gue mau mengambil air wudhu, gue kaget ngeliat lengan baju kiri gue udah merah-merah terkena noda darah. Saat gue gulung lengan baju gue, gue liat darah mulai keluar sedikit dari bekas cengkraman kuku steffany tadi. Yah gue pikir ini kompensasi yang adil karena tadi juga gue bisa merasakan gimana kelembutan bukit yang hanya bisa cowo-cowo lain lihat dan bayangkan selama ini. He…he…he.
Pagi ini berbeda sekali dengan pagi-pagi sebelumnya, seluruh anak-anak kelas sepuluh terlihat sangat sibuk mempersiapkan semua peralatan dan perlengkapan mereka untuk pensi, padahal acara baru akan dimulai siang nanti setelah selesai jam sekolah. Kelas gue pun nggak kalah sibuk dengan kelas lainnya tapi dalam pandangan gue kelas gue seperti keteteran, karena semua persiapan masih sangat kurang dan lewat dari jadwal yang udah direncanakan, sampai-sampai anak-anak cewe meminta kepada wali kelas untuk meminta ijin kepada guru-guru yang mengajar pada hari itu untuk merelakan waktu mengajarnya untuk kami mempersiapkan semua perlengkapan drama kami hari itu dan untung saja para guru-guru itu mengerti dan mau menuruti permintaan egois kami.
Dengan cepat kami semua mulai bekerja seperti seorang budak yang sedang ditodong pistol oleh para penguasa, tanpa diberi waktu untuk istirahat bahkan untuk kekamar mandi saja harus berdebat dulu dengan para mandor-mandor yang tidak punya hati nurani seperti Rasti. Jari-jari tangan gue sampai kram gara-gara harus menggunting tumpukan kertas warna-warni yang seperti tidak ada habisnya dimeja gue ini. Sewaktu SMP dulu, saat dimana gue melihat pensi pertama kali di SMA sepupu gue itu bener-bener seru banget, melihat mereka berlarian kesana kemari sibuk mempersiapkan semua sambil tertawa-tawa dan bersenang-senang, rasanya gue nggak sabar untuk cepet-cepet masuk SMA dan membuat sebuah pertunjukan yang lebih hebat dari pensi yang ada di SMA sepupu gue itu. tapi setelah melihat kenyataannya yang seperti ini ? GUE BENCI SAMA YANG NAMANYA PENSI..!!!
“Ndre, buruan lo selesaian tugas lo. Biar kita bisa cepet siap-siap buat turun nanti. Gue tadi udah dapat ijin dari Rasti, bobby sama diandra juga tadi sms gue udah di base camp.” Ucap kipli sambil memotong-motong kardus dengan gunting. Entah kenapa ucapan kipli barusan seperti memberikan semangat baru bagi gue, tangan yang dari tadi sudah kram gara-gara memegang gunting kini terasa sehat kembali. Ingin rasanya cepat-cepat bertemu dengan Diandra, rasanya rindu banget sama dia padahal baru kemarin gue ketemu dia saat di studio untuk latihan terakhir bersama bobby dan kipli.
Setelah menyelesaikan tugas-tugas, gue dan kipli langsung berlari ke base camp untuk gladi resik bersama diandra dan bobby.
“Lama amat sih.” Gerutu bobby
“Sorry bob..sorry.” ucap kipli
“Eh, gimana nih udah pada siap semuakan?” tanya gue
“Udah pada siap semua sih, tapi ada satu yang masih jadi pikiran gue.” ucap bobby
“Apaan bob?” tanya kipli
“Soal urutan kita tampil, rasanya gue jadi nggak pede deh.” Keluh bobby sambil memandang kaleng minuman ringan yang ada ditangannya.
“Emangnya kita urutan keberapa sih?” tanya gue
“Urutan terakhir.” Ucap diandra pelan.
“SERIUS..??!!” ucap gue dan kipli bersamaan.
“Iya, semalem gue di sms sama steffy, tapi baru gue buka pagi tadi. Gue rencananya tadi pagi mau ngasih tau kalian, tapi gue cari-cari kalian malah nggak ketemu-ketemu.” ucap bobby
“Kalau dapat urutan terakhir kayak gitu, siapa yang nonton coba? Pasti sebagian besar anak-anak udah pada pulang.” Keluh kipli.
“Ya, mau gimana lagi pli. Udah nasib kita kayak gini.” ucap bobby
Plok…plok…plok…
Tiba-tiba suara tepukan tangan dari diandra mengagetkan kami dari lamunan.
“Wake up guys, kalian itu cowo. Masa gara-gara gini aja udah pada patah semangat gitu sih. Semangat dong, meskipun nanti hanya satu orang yang nonton tetep aja dia adalah seorang penonton yang harus kita berikan layanan terbaik dengan penampilan kita. Sayang banget kan sama waktu dan uang yang kita habiskan untuk latihan selama ini. Ayo…semuanya semangat..Semangat…SEMANGAT.” teriak diandra sambil memukul punggung kami dengan keras. Pukulan diandra benar-benar sakit dan pedas, tapi pukulannya itu memberikan sebuah semangat dan kepercayaan diri pada kami.
Gue lalu mengeluarkan sebuah gitar elektrik dari dalam softcase berwarna hitam yang ada dipojokan dekat tumpukan buku-buku tua, sebuah Gibson les paul sunburst berwarna merah orange layaknya warna langit di kala senja. Sebuah gitar yang menyimpan banyak harapan – harapan dari Putri dan saksi bisu akan kepergiannya kesebuah tempat yang sangat jauh sekali, sebuah tempat yang tidak akan pernah bisa gue jangkau saat ini.
“Put, gitar lo gue pinjem dulu ya.” gumam gue sambil memandang warna merah yang ada pada body gitar itu. Gue mulai melepas satu-persatu senar-senar tua yang sudah berubah menjadi hitam dan mengelap setiap jengkal sudut-sudut pada gitar itu.
Setelah bersih dari debu-debu, gue lalu mengeluarkan satu set senar baru yang gue beli kemarin dari dalam softcase gitar, memasangkannya dan menyetelnya. Bobby dan kipli terlihat bercanda-canda sambil memakan snack yang ada dimeja, yang gue ragu itu bukan snack yang mereka beli karena nggak mungkin mereka bisa membeli snack-snack mahal semacam itu. Sedangkan diandra terlihat sedang duduk menyendiri ditumpukan buku-buku tua sambil mendengarkan lagu melalui earphonenya, terlihat mulutnya komat-kamit dengan mata menerawang kearah langit-langit. Kalau saja saat itu gue nggak ngeliat kabel earphonenya, gue akan berpikir kalau dia lagi berdoa karena melihat hantu.
Tidak terasa bel tanda istirahat sudah berakhir, diandra dan bobby pun kembali kekelas mereka masing-masing meninggalkan gue dan kipli. Kelas mereka berdua masih belajar seperti biasa, berbeda dengan kelas kami yang sedang mendapatkan dispensasi dari guru-guru saat itu. Rasanya nggak enak juga kalau nganggur kayak gini, tapi gue juga males banget kalau harus gunting-gunting kertas lagi di kelas. Akhirnya gue cuma duduk-duduk santai bareng kipli, kipli yang sama betenya dengan gue berinisiatif untuk memutar film melalui komputer yang sering digunakan Adelia cs untuk tugas mading mereka, setelah mengacak-ngacak isi komputer mereka, kipli hanya menemukan film-film yang bergenre horor salah satunya adalah TUSUK JELANGKUNG !
Iya..
T-U-S-U-K J-E-L-A-N-G-K-U-N-G….DAMN..!!!
Heran gue sama cewe-cewe ini, koleksi filmnya horor semua padahal mereka takut banget melihat makhluk berwajah seram yang disebut hantu itu.
“Cari yang lain lah pli, masa nonton gituan.”
“Ada nih, filmnya suzana, mau?” tanya kipli
“Aih, pilihannya malah lebih serem lagi. Yang lain selain horor nggak ada?” tanya gue
“Nggak ada ndre, ya udah lah nonton tusuk jelangkung aja ya. Kebetulan gue belom pernah nonton nih film.” Ucap kipli.
“Ya udah lah terserah lo.” Ucap gue pasrah
“Kalian ngapain ngotak-ngatik komputer kita?” tanya Steffany yang sedang berdiri didepan pintu bersama dengan Adelia.
“Mau nonton film steff.” Ucap gue
“Film apa?” tanya Adelia sambil mendorong gue yang lagi enak duduk dipinggir sofa.
“Hais, dateng-dateng langsung gusur orang sembarangan aja.” Ucap gue .
“Berisik, ngalah dikit dong sama cewe.” Ucap adelia sambil duduk disebelah kanan gue. Kesel juga sih kalau dia bilang kayak gitu, perasaan gue selalu ngalah terus sama dia, ingin rasanya gue bisa membalas dengan kata-kata “ Ngalah dikit dong sama cowo.”
“Ini lagi mau nonton tusuk jelangkung.” Ucap kipli
“Pas banget, aku juga rencananya mau nonton itu tapi nggak pernah jadi-jadi. Takut kalau nonton sendiri. He...he...he... eh, bentar-bentar jangan dimulai dulu.” ucap steffy sambil mengambil snack dan minuman ringan yang disimpannya disalah satu laci meja yang dikunci.
“Kalian nggak ada pelajaran?” tanya adelia
“Nggak ada, gurunya kita minta buat nggak ngajar dulu. He...he...he..” Ucap kipli
“Lah kalian sendiri memangnya nggak ada pelajaran juga?” tanya gue ke cewe-cewe
“Ada sih, tapi kan kami panitia pensi ini jadi minta dispensasi. Kebetulan juga hari ini mata pelajarannya hitungan semua.” Ucap steffy sambil berjalan menuju sofa dengan membawa berbagai macam snack dan minuman. Kemudian dia duduk disebelah kiri gue dan mulai membuka satu bungkus potato chips. “Buruan dong kipli play filmnya.” Perintah steffy.
“Ok baby.” Ucap kipli sambil mulai memutar filmnya kemudian dia berjalan menuju sofa dan duduk disebelah steffany.
Selama mengikuti jalan cerita film horor ini gue sama sekali nggak bisa konsen, sebentar-sebentar adelia dan steffy teriak karena kaget, tau sendirikan gimana teriakan cewe kalau lagi kaget. Udah keras, cempreng, fals lagi, kuping gue pernah sampai berdenging gara-gara teriakan dua cewe ini dikanan sama kiri gue. Belum lagi dengan kebiasaan aneh mereka, steffany kalau kaget saat melihat film horor dia pasti teriak kencang terus meremas apapun yang ada didekatnya dan kebetulan saat itu tangan gue lagi ada didekatnya. Apalagi saat itu kukunya lagi panjang banget, sampai-sampai kulit tangan gue yang paling atas mengelupas sedikit tapi saat itu nggak sampai keluar darah sih. Tapi tetep aja rasanya sakit dan perih banget. Sedangkan Adelia ini mulutnya yang bawel, lagi asik-asik nonton adegan seru dia selalu nanya ke gue “Hantunya udah muncul belum? Gimana muka hantunya? Cewwnya selamat nggak? Cowonya mati nggak? dll…” sambil menutupi wajahnya dengan bantal kecil.
Pernah waktu itu dia nanya ke gue “ Hantunya udah pergi belom?” terus gue jawab udah, padahal saat itu adegannya nenek-nenek belanda. Alhasil menjeritlah si adelia kemudian menutup kembali wajahnya sambil mencubit perut gue, mana nyubitnya pakai kuku lagi. Melihat dia sangat ketakutan sampai nangis seperti itu membuat gue nggak tega buat ngerjain dia lagi selain kasian sebenernya gue juga nggak mau lagi dapat cubitan dari kukunya itu. Sedangkan kipli, itu bocah bener-bener sangat memaksimalkan kesempatan saat itu untuk bisa nempel-nempel ke steffany. Terlihat banget wajahnya yang sumringah bahagia itu, saat dia pura-pura takut terus nemplok ke Steffany dan gue herannya si steffany juga nyantai-nyantai aja kayak nggak ngerasa risih gitu tangannya dipegang-pegang sama orang mesum kayak kipli.
Akhirnya film pun selesai bertepatan dengan bel tanda sekolah telah berakhir. Adelia dan Steffany pergi meninggalkan ruangan karena harus menyusun property-properti pensi. Sedangkan gue dan kipli memutuskan untuk sholat dzuhur dahulu kemudian bantu-bantu pementasan drama kelas sambil menunggu giliran kami tampil nanti sore. Saat gue mau mengambil air wudhu, gue kaget ngeliat lengan baju kiri gue udah merah-merah terkena noda darah. Saat gue gulung lengan baju gue, gue liat darah mulai keluar sedikit dari bekas cengkraman kuku steffany tadi. Yah gue pikir ini kompensasi yang adil karena tadi juga gue bisa merasakan gimana kelembutan bukit yang hanya bisa cowo-cowo lain lihat dan bayangkan selama ini. He…he…he.
Diubah oleh kesshou 25-12-2015 23:26
khodzimzz memberi reputasi
1