- Beranda
- Stories from the Heart
AKU, KAMU, DAN LEMON
...
TS
beavermoon
AKU, KAMU, DAN LEMON
SELAMAT DATANG DI RUMAH BEAVERMOON
Hallo semua, salam hangat dari bawah Gorong-gorong Sudirman
Kali ini ane akan coba buat share cerita yang ane buat. Jadi, selamat menikmati cerita ini dan tetap dukung kami meskipun hasilnya ngga banget
Jangan lupa buat RATE jika berkenan di hati kalian dan KOMENG jika ada kritik dan saran

Spoiler for Tanya Jawab:
Tanya Jawab Seputar Cerita
Q: Ini cerita nyata atau fiksi?
A: Sebenernya cerita ini gabungan dari kisah nyata sama beberapa unsur fiksi
Q: Bagian yang nyata yang mana aja? Yang fiksi yang mana aja?
A: Nah, cerita ini dibuat agar para pembaca bisa berimajinasi secara individu. Jadi kalau di tanya yang nyata mana yang fiksi mana, ya coba bayangin aja sendiri
Q: Ini nama asli atau nama samaran?
A: Ada beberapa yang disamarkan karena privasi banget nget nget
Q: Kok banyak kentangnya sih? Kan jadi kesel
A: Tak kentang maka tak kenyang
Maklumlah namanya baru di dunia SFTH ini jadi ya banyakin kentangnya aja dulu
Q: Atas dasar apa cerita ini dibuat?
A: Asal mula bikin cerita ini sebenernya biar ngga gabut-gabut amat kalo malem kan daripada nontonin Saori Hara mulu mending bikin cerita
terus juga biar ngga galau galau amat belom lama menjadi jomblo lagi 
Q: Kok tampilan awalnya biasa aja sih?
A: Masih newbie ya, NI-U-BI!! Jadi belom ngerti ngerti amat apa yang harus ditampilin buat penghias tampilan awal cerita ini, kalo ada yang mau ngajarin ya monggo
Q: Ini cerita nyata atau fiksi?
A: Sebenernya cerita ini gabungan dari kisah nyata sama beberapa unsur fiksi

Q: Bagian yang nyata yang mana aja? Yang fiksi yang mana aja?
A: Nah, cerita ini dibuat agar para pembaca bisa berimajinasi secara individu. Jadi kalau di tanya yang nyata mana yang fiksi mana, ya coba bayangin aja sendiri

Q: Ini nama asli atau nama samaran?
A: Ada beberapa yang disamarkan karena privasi banget nget nget

Q: Kok banyak kentangnya sih? Kan jadi kesel

A: Tak kentang maka tak kenyang
Maklumlah namanya baru di dunia SFTH ini jadi ya banyakin kentangnya aja duluQ: Atas dasar apa cerita ini dibuat?
A: Asal mula bikin cerita ini sebenernya biar ngga gabut-gabut amat kalo malem kan daripada nontonin Saori Hara mulu mending bikin cerita
terus juga biar ngga galau galau amat belom lama menjadi jomblo lagi 
Q: Kok tampilan awalnya biasa aja sih?
A: Masih newbie ya, NI-U-BI!! Jadi belom ngerti ngerti amat apa yang harus ditampilin buat penghias tampilan awal cerita ini, kalo ada yang mau ngajarin ya monggo
Spoiler for Pembukaan:
AKU, KAMU, DAN LEMON
When life gives you lemons, make orange juice. Leave the world wondering how you did it
Cerita ini mengisahkan tentang remaja-remaja yang mulai beranjak dewasa. Konflik yang sering terjadi menjadi kisah mereka masing-masing. Mengejar mimpi, cita-cita, dan cinta mereka melengkapi kisah hidup mereka.
Pada dasarnya manusia diciptakan untuk berusaha dan mengejar apa yang mereka impikan. Jurang dalam yang menghadang dapat mereka tempuh dengan susah payah, namun hanya tinggal lubang kecil di depan mata, mereka menyatakan untuk menyerah.
Sabtu sore dipinggiran kota, aku duduk di sebuah kafe kecil di meja paling ujung. Mengaduk-aduk kopi yang sudah daritadi kupesan dan membiarkan gula dan kopinya terus beraduk layaknya pusaran air di lautan. Perkenalkan, namaku Bramantyo Satya Adjie, biasa dipanggil Bram. Aku adalah mahasiswa di sebuah universitas swasta di ibukota. Perawakanku tidaklah cukup baik, aku jarang untuk tersenyum pada hal-hal kecil.
When life gives you lemons, make orange juice. Leave the world wondering how you did it
Cerita ini mengisahkan tentang remaja-remaja yang mulai beranjak dewasa. Konflik yang sering terjadi menjadi kisah mereka masing-masing. Mengejar mimpi, cita-cita, dan cinta mereka melengkapi kisah hidup mereka.
Pada dasarnya manusia diciptakan untuk berusaha dan mengejar apa yang mereka impikan. Jurang dalam yang menghadang dapat mereka tempuh dengan susah payah, namun hanya tinggal lubang kecil di depan mata, mereka menyatakan untuk menyerah.
Sabtu sore dipinggiran kota, aku duduk di sebuah kafe kecil di meja paling ujung. Mengaduk-aduk kopi yang sudah daritadi kupesan dan membiarkan gula dan kopinya terus beraduk layaknya pusaran air di lautan. Perkenalkan, namaku Bramantyo Satya Adjie, biasa dipanggil Bram. Aku adalah mahasiswa di sebuah universitas swasta di ibukota. Perawakanku tidaklah cukup baik, aku jarang untuk tersenyum pada hal-hal kecil.
Spoiler for Index:
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20 - 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30-31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62 - 63
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70
Part 71
Part 72
Part 73
Part 74
Part 75 (FINALE)
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20 - 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30-31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62 - 63
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70
Part 71
Part 72
Part 73
Part 74
Part 75 (FINALE)
Diubah oleh beavermoon 14-02-2016 13:50
dodolgarut134 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
186.6K
Kutip
823
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
beavermoon
#305
Spoiler for Part 43:
“......Ragu kenapa?”
“Kayaknya bakalan sama aja kayak sebelum-sebelumnya.” Jelasnya
“Maksudnya?” Tanyaku
“Iya bakalan sama aja kayak cewe yang gue deketin dulu, bakalan menghilang gitu aja ngga ada kabar. Pas ada kabar taunya udah punya orang lain.”
“Jangan pesimis dulu...” Kataku
“Terus harus apa lagi Bro Bram?” Tanyanya
“Gini, ibarat kata kalau dulu tuh lu cuma ngebidik doang ngga ada amunisinya. Nah kalau sekarang tuh lu udah siap amunisi dan siap ngebidik, namun masalahnya anginnya terlalu kencang. Seorang penembak jitu harus tau kondisi sekitar, kalau anginnya terlalu kenceng pelurunya bisa belok jadi ngga tepat sasaran malah bikin sasarannya kabur. Jadi ya lu tunggu kondisi yang bener aja dulu, jangan patah arah gitu kayak penembak jitu ngga ada misi tapi ada di medan perang.” Kataku memotivasinya
“Gitu ya Bram? Berarti gue harus sabar aja dulu ya.” Katanya dengan ekspresi sedikit semangat
“Nah bener tuh, udah lah santai aja.” Kataku sambil menepuk bahunya
“Makasih Bro Bram, kalau lu nanti ngga jadi arsitek ya jadi motivator aja. Langsung semangat gini gue..” Katanya dengan cengiran ontanya
Aku hanya tertawa kecil menanggapinya
“Abang, sini berenang..” Kata Nanda dari dalam kolam
Akhirnya aku dan Reza ikut berenang juga dengan mereka. Kami tidak terlalu lama untuk berenang karena suhunya cukup dingin sore ini. Setelah selesai berenang dan membersihkan badan, aku menyempatkan diri untuk duduk di balkon kamar. Bandung cukup indah juga, tidak seperti tempat tinggalku yang cukup penuh dan sesak. Setidaknya di sini udaranya sejuk.
“Nih kopinya..” Kata Dinda
“Kapan kamu bikinnya?” Tanyaku
“Baru aja, sekalian aku juga mau bikin minum.” Katanya sambil mengangkat gelas berisi lemon tea
“Makasih ya Din.” Kataku
Dia hanya tersenyum menjawabnya. Dinda, wanita yang hampir sempurna ini membuat aku tidak berdaya. Senyumnya dapat mengalahkan segalanya. Beruntung aku bisa mengenal dia
“Kok malah bengong ngeliatin aku?” Katanya membuyarkan lamunanku
“Eh nggapapa kok hehe..”
“Hayoo berduaan aja..” Kata Nanda
“Tau nih, susah deh Pangeran Charles sama Putri Diana.” Kata Reza menyusul di belakang Nanda
“Apa deh kalian hahaha..” Kataku
“Jadi, malam ini kita kemana Bro Bram?” Tanya Reza
“Enaknya kemana ya?” Tanyaku kepada mereka semua
“Aku inget ada kafe enak deket sini, gimana? Kata Dinda
Kami pun setuju dengan usulan Dinda. Kami menghabiskan sore ini dengan melihat pemandangan dari atas balkon ini. Terkadang Reza juga masih mengeluarkan candaan-candaan konyolnya yang membuat kami terhibur. Setelah solat magrib akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke kafe yang Dinda maksud. Tidak butuh waktu lama untuk tiba di sana, dan tempatnya pun masih sepi.
“Mba, aku mau Oreo Milkshake sama Waffle Caramel ya..” Kata Nanda
“Saya Melon Squash sama Burger warna hitam ini Mba..” Kata Reza
“Aku Lemon Tea gulanya seujung sendok, sama French Fries ya..” Kata Dinda
“Kopi Hitam Robusta gulanya seujung sendok juga, sama Onion Ring deh Mba..” Kataku
“Baiklah pesanannya tidak ada tambahan lagi Mas Mbanya?” Kata pelayan tersebut
“Segitu dulu aja Mba.” Kataku
Kemudian pelayan itu meninggalkan kami berempat. Suasana di kafe ini cukup enak, area yang kami tempati outdoor jadi cukup sejuk udaranya. DItambah lagi dengan hiasan-hiasan pesta kebun yang cukup mengagumkan mata.
“Konsepnya boleh juga..” Kataku
“Beda arsitek mah kalau ke tempat mana aja pasti ngomonginnya konsep lagi konsep lagi, nanti design, nanti apalagi..” Kata Nanda
Kami berempatpun tertawa karena perkataan Nanda barusan. Memang seperti itulah apa yang aku pelajari di kampus dan harus aku terapkan dalam dunia aslinya. Nilai plus dari kafe ini yaitu memiliki live musik oleh musisi lokal, cukup menghibur dibanding dengan audio dari speaker di kafe langgananku.
“Ini pesananya mas mba..” Kata pelayan itu sambil menaruh hidangan kami di atas meja
“Terima kasih mba..” Kataku dengan Dinda bersamaan
“Ini Burger Nigga’ (Sebutan untuk orang Negro / Ras Kulit Hitam) ya?” Kata Reza sambil mengangkat pesanannya
Aku yang mendengarnya langsung tertawa dengan kencang, itu adalah pertanyaan yang cukup SARA dan Diskriminasi dan juga sangat konyol
“Bang Eja lucu juga, apa hubungannya Burger sama orang sana?” Kata Nanda
“Ya kali aja inspirasinya dari sana”
“Udah ah ngaco, makan aja Ja.” Kata Dinda
Kami pun menikmati pesanan kami. Cukup lama kami di sini hingga Reza dan Nanda sempat menambah pesanannya. Dan ujung-ujungnya, aku yang bayarin lagi
“Besok-besok pada bawa dompet ya, jangan deh uangnya aja..” Kataku
“Hahahaha tuh kan perhitungan sama sahabat sendiri nih?” Kata Reza dengan tertawa
“Tau ini sama adeknya juga masa perhitungan Bang..” Kata Nanda juga mengikuti
“Kasian Abang kamu ini Nda, bayarin kita mulu..” Kata Dinda yang membelaku
“Udah sekarang lu yang nyetir, masa udah bayarin masih disuruh nyetir juga. Gila kalian!!” Kataku dengan candaan
“Siap Bro Braaam.” Kata Reza dan langsung mengendarai Mobil menuju kediaman kami
Tiba di sana, rumah masih kosong. Ayah dan Ibu belum pulang juga, begitu juga dengan Pak Baskoro. Mungkin mereka masih sibuk dengan urusannya. Nanda dan Dinda memutuskan untuk tidur dikamar. Aku dan Reza masih menyempatkan diri untuk sekedar berbincang di balkon kamar
“Nih..” Kata Reza sambil memberikanku sebotol bir kesukaanku
“Lah kapan lu belinya?” Tanyaku dengan kebingungan
“Ada deh..” Katanya sambil meminum bir dengan merk lokal
“Udah lama juga ngga minum ginian.” Kataku
“Bram....”
“Kenapa lu? Kok jadi serius gini?” Tanyaku
“Kalau misalkan gue nyari kerjaan baru aja gimana?”
“Loh emang kenapa di sana? Ada masalah?” Tanyaku lagi
“Ngga ada, cuma gue jenuh juga..” Jelasnya
“Ya kalau cuma jenuh mah tahan-tahan aja. Kecuali ada yang lebih baik...”
“Kecuali ada yang lebih baik...” Katanya mengulangi perkataanku
“Santai aja, rezeki udah ada yang ngatur. Tinggal kita aja usaha sama do’a.”
“Iya juga ya. Oke, toss dulu untuk persahabatan kita.” Katanya sambil mengangkat botol minumannya
“Persahabatan kita...” Aku mengadukan botolku secara pelan ke botolnya
Malam ini kami akhiri dengan berbincang di balkon dan kemudian tidur
************
Selama di Bandung, kami menyempatkan untuk mengunjungi tempat-tempat wisatanya seperti Tangkuban Perahu, Pasar Apung, Goa Belanda dan masih banyak lagi. Ini adalah hari keempat kami di Bandung dan kami memutuskan untuk pulang ke rumah.
“Semuanya udah beres?” Kata Ibu
“Ada yang ketinggalan ngga?” Kata Ayah
“Ngga ada kok, udah lengkap semua.” Kataku setelah memasukan barang-barang ke bagasi mobil
“Yaudah kita pamit dulu ya Bu, Yah, Om.” Kata Nanda
“Iya kita pamit dulu ya Om dan Tante.” Kata Dinda
“Aku pamit ya Om, Tante, Pa..” Kata Reza
“Iya kalian hati-hati ya di jalan, kalau capek istirahat aja dulu di Rest Area.” Kata Ayah
“Oh iya, nitip anak om itu. Kalau galau guyur aja bilang ngaca. Ngga cocok dia galau.” Kata Pak Baskoro
“Tuh kan udah mau pulang masih aja..” Kata Reza
Kamipun tertawa mendengarnya. Dan akhirnya setelah kami berpamitan, kami meninggalkan Bandung dan pulang ke rumah.
Siang harinya kami sudah tiba di rumahku. Jalanan lumayan padat dan cuaca cukup terik juga. Kamipun kelelahan ketika tiba
“Bram numpang tiduran dulu ya..” Kata Dinda
“Iya, tidur aja tuh sama Nanda di kasur.” Kataku sambil menyalakan sebatang rokok
“Si Reza nggapapa tidur di karpet situ?” Tanyanya
“Nggapapa, udah biasa dia mah..” Kataku
Dan semuapun tertidur kecuali aku. Aku sempat mengecek hpku, dan melihat ada banyak notifikasi di dalamnya. Aku lihat satu persatu, mulai dari chat grup kelas, grup organisasi, dan.... ada yang berasal dari Zahra
“Udah balik dari Bandungnya?”
“Kalau udah kabarin ya..”
Aku tidak membalasnya, setelah selesai aku putuskan untuk duduk di balkon sambil melihat ke kamar. Di situ ada Nanda, Reza dan Dinda. Nanda, adik kecilku yang sangat manja. Aku tak terbayang jika iya sudah dewasa, apakah sifatnya akan seperti ini? Rasa takut sering menyelimuti pikiranku disaat dia sedang tidak bersamaku. Apakah dia bisa menjaga dirinya seperti saat aku di sampingnya? Reza, sahabat kecilku ini tidak berubah layaknya teman ku dulu yang lain. Dia tetap seperti ini, konyol dan apa adanya, selalu ada waktu berkunjung dan tetap menjalin hubungan denganku dari SD dulu. Tak terbayang jika ia dan aku sudah memiliki keluarga kami masing-masing, apakah kami masih bisa seperti ini? Dinda, wanita yang hampir sempurna di mataku, wanita yang aku beri peringkat nomer dua setelah ibuku. Apakah aku hanya beruntung memilikinya saat ini? Akankah berlanjut atau hanya sementara? Akankah dia berubah? Lamunan ini membuatku terlalu mengira-ngira. Setidaknya untuk saat ini aku bersyukur memiliki mereka semua. Hidupku dikatakan cukup lengkap karena mereka, bahagiaku karena mereka, semuanya tentang mereka. Aku hanya bisa tersenyum sekarang, melihat mereka tertidur lelap karena kelelahan. Aku harap ini akan bertahan selamanya.
“Kayaknya bakalan sama aja kayak sebelum-sebelumnya.” Jelasnya
“Maksudnya?” Tanyaku
“Iya bakalan sama aja kayak cewe yang gue deketin dulu, bakalan menghilang gitu aja ngga ada kabar. Pas ada kabar taunya udah punya orang lain.”
“Jangan pesimis dulu...” Kataku
“Terus harus apa lagi Bro Bram?” Tanyanya
“Gini, ibarat kata kalau dulu tuh lu cuma ngebidik doang ngga ada amunisinya. Nah kalau sekarang tuh lu udah siap amunisi dan siap ngebidik, namun masalahnya anginnya terlalu kencang. Seorang penembak jitu harus tau kondisi sekitar, kalau anginnya terlalu kenceng pelurunya bisa belok jadi ngga tepat sasaran malah bikin sasarannya kabur. Jadi ya lu tunggu kondisi yang bener aja dulu, jangan patah arah gitu kayak penembak jitu ngga ada misi tapi ada di medan perang.” Kataku memotivasinya
“Gitu ya Bram? Berarti gue harus sabar aja dulu ya.” Katanya dengan ekspresi sedikit semangat
“Nah bener tuh, udah lah santai aja.” Kataku sambil menepuk bahunya
“Makasih Bro Bram, kalau lu nanti ngga jadi arsitek ya jadi motivator aja. Langsung semangat gini gue..” Katanya dengan cengiran ontanya
Aku hanya tertawa kecil menanggapinya
“Abang, sini berenang..” Kata Nanda dari dalam kolam
Akhirnya aku dan Reza ikut berenang juga dengan mereka. Kami tidak terlalu lama untuk berenang karena suhunya cukup dingin sore ini. Setelah selesai berenang dan membersihkan badan, aku menyempatkan diri untuk duduk di balkon kamar. Bandung cukup indah juga, tidak seperti tempat tinggalku yang cukup penuh dan sesak. Setidaknya di sini udaranya sejuk.
“Nih kopinya..” Kata Dinda
“Kapan kamu bikinnya?” Tanyaku
“Baru aja, sekalian aku juga mau bikin minum.” Katanya sambil mengangkat gelas berisi lemon tea
“Makasih ya Din.” Kataku
Dia hanya tersenyum menjawabnya. Dinda, wanita yang hampir sempurna ini membuat aku tidak berdaya. Senyumnya dapat mengalahkan segalanya. Beruntung aku bisa mengenal dia
“Kok malah bengong ngeliatin aku?” Katanya membuyarkan lamunanku
“Eh nggapapa kok hehe..”
“Hayoo berduaan aja..” Kata Nanda
“Tau nih, susah deh Pangeran Charles sama Putri Diana.” Kata Reza menyusul di belakang Nanda
“Apa deh kalian hahaha..” Kataku
“Jadi, malam ini kita kemana Bro Bram?” Tanya Reza
“Enaknya kemana ya?” Tanyaku kepada mereka semua
“Aku inget ada kafe enak deket sini, gimana? Kata Dinda
Kami pun setuju dengan usulan Dinda. Kami menghabiskan sore ini dengan melihat pemandangan dari atas balkon ini. Terkadang Reza juga masih mengeluarkan candaan-candaan konyolnya yang membuat kami terhibur. Setelah solat magrib akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke kafe yang Dinda maksud. Tidak butuh waktu lama untuk tiba di sana, dan tempatnya pun masih sepi.
“Mba, aku mau Oreo Milkshake sama Waffle Caramel ya..” Kata Nanda
“Saya Melon Squash sama Burger warna hitam ini Mba..” Kata Reza
“Aku Lemon Tea gulanya seujung sendok, sama French Fries ya..” Kata Dinda
“Kopi Hitam Robusta gulanya seujung sendok juga, sama Onion Ring deh Mba..” Kataku
“Baiklah pesanannya tidak ada tambahan lagi Mas Mbanya?” Kata pelayan tersebut
“Segitu dulu aja Mba.” Kataku
Kemudian pelayan itu meninggalkan kami berempat. Suasana di kafe ini cukup enak, area yang kami tempati outdoor jadi cukup sejuk udaranya. DItambah lagi dengan hiasan-hiasan pesta kebun yang cukup mengagumkan mata.
“Konsepnya boleh juga..” Kataku
“Beda arsitek mah kalau ke tempat mana aja pasti ngomonginnya konsep lagi konsep lagi, nanti design, nanti apalagi..” Kata Nanda
Kami berempatpun tertawa karena perkataan Nanda barusan. Memang seperti itulah apa yang aku pelajari di kampus dan harus aku terapkan dalam dunia aslinya. Nilai plus dari kafe ini yaitu memiliki live musik oleh musisi lokal, cukup menghibur dibanding dengan audio dari speaker di kafe langgananku.
“Ini pesananya mas mba..” Kata pelayan itu sambil menaruh hidangan kami di atas meja
“Terima kasih mba..” Kataku dengan Dinda bersamaan
“Ini Burger Nigga’ (Sebutan untuk orang Negro / Ras Kulit Hitam) ya?” Kata Reza sambil mengangkat pesanannya
Aku yang mendengarnya langsung tertawa dengan kencang, itu adalah pertanyaan yang cukup SARA dan Diskriminasi dan juga sangat konyol
“Bang Eja lucu juga, apa hubungannya Burger sama orang sana?” Kata Nanda
“Ya kali aja inspirasinya dari sana”
“Udah ah ngaco, makan aja Ja.” Kata Dinda
Kami pun menikmati pesanan kami. Cukup lama kami di sini hingga Reza dan Nanda sempat menambah pesanannya. Dan ujung-ujungnya, aku yang bayarin lagi
“Besok-besok pada bawa dompet ya, jangan deh uangnya aja..” Kataku
“Hahahaha tuh kan perhitungan sama sahabat sendiri nih?” Kata Reza dengan tertawa
“Tau ini sama adeknya juga masa perhitungan Bang..” Kata Nanda juga mengikuti
“Kasian Abang kamu ini Nda, bayarin kita mulu..” Kata Dinda yang membelaku
“Udah sekarang lu yang nyetir, masa udah bayarin masih disuruh nyetir juga. Gila kalian!!” Kataku dengan candaan
“Siap Bro Braaam.” Kata Reza dan langsung mengendarai Mobil menuju kediaman kami
Tiba di sana, rumah masih kosong. Ayah dan Ibu belum pulang juga, begitu juga dengan Pak Baskoro. Mungkin mereka masih sibuk dengan urusannya. Nanda dan Dinda memutuskan untuk tidur dikamar. Aku dan Reza masih menyempatkan diri untuk sekedar berbincang di balkon kamar
“Nih..” Kata Reza sambil memberikanku sebotol bir kesukaanku
“Lah kapan lu belinya?” Tanyaku dengan kebingungan
“Ada deh..” Katanya sambil meminum bir dengan merk lokal
“Udah lama juga ngga minum ginian.” Kataku
“Bram....”
“Kenapa lu? Kok jadi serius gini?” Tanyaku
“Kalau misalkan gue nyari kerjaan baru aja gimana?”
“Loh emang kenapa di sana? Ada masalah?” Tanyaku lagi
“Ngga ada, cuma gue jenuh juga..” Jelasnya
“Ya kalau cuma jenuh mah tahan-tahan aja. Kecuali ada yang lebih baik...”
“Kecuali ada yang lebih baik...” Katanya mengulangi perkataanku
“Santai aja, rezeki udah ada yang ngatur. Tinggal kita aja usaha sama do’a.”
“Iya juga ya. Oke, toss dulu untuk persahabatan kita.” Katanya sambil mengangkat botol minumannya
“Persahabatan kita...” Aku mengadukan botolku secara pelan ke botolnya
Malam ini kami akhiri dengan berbincang di balkon dan kemudian tidur
************
Selama di Bandung, kami menyempatkan untuk mengunjungi tempat-tempat wisatanya seperti Tangkuban Perahu, Pasar Apung, Goa Belanda dan masih banyak lagi. Ini adalah hari keempat kami di Bandung dan kami memutuskan untuk pulang ke rumah.
“Semuanya udah beres?” Kata Ibu
“Ada yang ketinggalan ngga?” Kata Ayah
“Ngga ada kok, udah lengkap semua.” Kataku setelah memasukan barang-barang ke bagasi mobil
“Yaudah kita pamit dulu ya Bu, Yah, Om.” Kata Nanda
“Iya kita pamit dulu ya Om dan Tante.” Kata Dinda
“Aku pamit ya Om, Tante, Pa..” Kata Reza
“Iya kalian hati-hati ya di jalan, kalau capek istirahat aja dulu di Rest Area.” Kata Ayah
“Oh iya, nitip anak om itu. Kalau galau guyur aja bilang ngaca. Ngga cocok dia galau.” Kata Pak Baskoro
“Tuh kan udah mau pulang masih aja..” Kata Reza
Kamipun tertawa mendengarnya. Dan akhirnya setelah kami berpamitan, kami meninggalkan Bandung dan pulang ke rumah.
Siang harinya kami sudah tiba di rumahku. Jalanan lumayan padat dan cuaca cukup terik juga. Kamipun kelelahan ketika tiba
“Bram numpang tiduran dulu ya..” Kata Dinda
“Iya, tidur aja tuh sama Nanda di kasur.” Kataku sambil menyalakan sebatang rokok
“Si Reza nggapapa tidur di karpet situ?” Tanyanya
“Nggapapa, udah biasa dia mah..” Kataku
Dan semuapun tertidur kecuali aku. Aku sempat mengecek hpku, dan melihat ada banyak notifikasi di dalamnya. Aku lihat satu persatu, mulai dari chat grup kelas, grup organisasi, dan.... ada yang berasal dari Zahra
“Udah balik dari Bandungnya?”
“Kalau udah kabarin ya..”
Aku tidak membalasnya, setelah selesai aku putuskan untuk duduk di balkon sambil melihat ke kamar. Di situ ada Nanda, Reza dan Dinda. Nanda, adik kecilku yang sangat manja. Aku tak terbayang jika iya sudah dewasa, apakah sifatnya akan seperti ini? Rasa takut sering menyelimuti pikiranku disaat dia sedang tidak bersamaku. Apakah dia bisa menjaga dirinya seperti saat aku di sampingnya? Reza, sahabat kecilku ini tidak berubah layaknya teman ku dulu yang lain. Dia tetap seperti ini, konyol dan apa adanya, selalu ada waktu berkunjung dan tetap menjalin hubungan denganku dari SD dulu. Tak terbayang jika ia dan aku sudah memiliki keluarga kami masing-masing, apakah kami masih bisa seperti ini? Dinda, wanita yang hampir sempurna di mataku, wanita yang aku beri peringkat nomer dua setelah ibuku. Apakah aku hanya beruntung memilikinya saat ini? Akankah berlanjut atau hanya sementara? Akankah dia berubah? Lamunan ini membuatku terlalu mengira-ngira. Setidaknya untuk saat ini aku bersyukur memiliki mereka semua. Hidupku dikatakan cukup lengkap karena mereka, bahagiaku karena mereka, semuanya tentang mereka. Aku hanya bisa tersenyum sekarang, melihat mereka tertidur lelap karena kelelahan. Aku harap ini akan bertahan selamanya.
khuman dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Kutip
Balas