- Beranda
- Stories from the Heart
Sometimes Love Just Ain't Enough
...
TS
jayanagari
Sometimes Love Just Ain't Enough
Halo, gue kembali lagi di Forum Stories From The Heart di Kaskus ini 
Semoga masih ada yang inget sama gue ya
Kali ini gue kembali lagi dengan sebuah cerita yang bukan gue sendiri yang mengalami, melainkan sahabat gue.
Semoga cerita gue ini bisa berkenan di hati para pembaca sekalian

Semoga masih ada yang inget sama gue ya

Kali ini gue kembali lagi dengan sebuah cerita yang bukan gue sendiri yang mengalami, melainkan sahabat gue.
Semoga cerita gue ini bisa berkenan di hati para pembaca sekalian


*note : cerita ini sudah seizin yang bersangkutan.
Quote:
Quote:
Diubah oleh jayanagari 24-04-2016 00:40
Dhekazama dan 8 lainnya memberi reputasi
9
421.1K
1.5K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
jayanagari
#689
PART 29
Gue memainkan botol minuman air mineral di tangan gue, yang telah kosong separuh, sambil memandangi wanita yang tertidur di samping gue. Dia tertidur meringkuk ke arah jendela, sementara dia memeluk bantal kecil yang disediakan. Gue tersenyum. Kemudian gue menyadari bahwa di luar hujan, dan gue memandangi titik-titik air di jendela. Perhatian gue alihkan kembali ke sosok wanita di samping gue ini, dimana napasnya terdengar lembut di telinga gue. Tangan gue secara otomatis bergerak, dan menyibakkan beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya.
Gue memandanginya dengan perasaan yang gak bisa gue lukiskan. Gue menyayanginya, gue mengaguminya, gue kasihan kepadanya, tapi gue juga gak mau melukainya. Buat gue, dia terlalu berharga untuk itu. Betapa banyak luka yang telah dia alami di hidupnya. Semoga gue gak menambah satu diantaranya. Gue kembali menyibakkan rambut yang sedari tadi jatuh dan kali itu gue secara gak sengaja menyentuh sedikit pipinya. Dia terbangun, dan setengah sadar mengerjap-kerjapkan mata, memandangi sekelilingnya.
Kemudian dia memandangi gue, dengan tatapan sayu. Agaknya kesadarannya masih belum sepenuhnya pulih. Gue sedikit tertawa geli melihat ekspresinya. Kemudian dia mengeluarkan handphonenya, dan melihat jam di layar depan. Sejenak dia terdiam, kemudian menoleh ke gue dengan senyum ngantuk. Gue mendengar dia berkata dengan lembut.
Gue menggeleng, sambil tersenyum geli melihat wajahnya. Gue kemudian menyelipkan botol air mineral tadi ke jaring tempat barang di hadapan gue, dan bersandar lagi sambil memandanginya.
Kemudian tanpa gue duga dia membalikkan tubuhnya menghadap ke gue, jadi sekarang dia meringkuk menghadap ke arah gue. Dia tersenyum. Tatapannya membuat gue gugup.
Gue terdiam. Mendadak gue berpikir untuk meralat apa yang ingin gue katakan. Kemudian gue tersenyum ke Sherly.
Kemudian gue menyuruh Sherly kembali tidur, dan gue juga memutuskan untuk mencoba tidur. Masih sekitar 3 jam lagi sebelum kami tiba di kota tujuan. Hujan masih turun, dan itu membuat AC gerbong yang kami naiki semakin terasa dingin. Gue melihat selimut Sherly agak melorot, sementara dia barusan tertidur lagi. Gue membetulkan letak selimutnya, dan tersenyum memandangi wajahnya yang damai.
Sesampainya di stasiun, gue mengambil motor yang selama 3 hari ini gue titipkan di parkiran. Hujan masih turun rintik-rintik. Gue menaiki motor dengan tergesa-gesa, dan diikuti Sherly yang membonceng di belakang sambil memeluk ransel gue. Malam udah cukup larut, dan udara semakin dingin. Gue gak tega memacu motor terlalu ngebut, karena gue pikir pasti Sherly kedinginan meskipun dia udah pakai jaket. Perlahan tapi pasti, dengan basah-basahan akibat gerimis yang terus mengguyur, kami berdua sampai di kosan. Pertama-tama gue mengantarkan Sherly ke kosannya, tentu saja.
Gue memarkirkan motor di depan pagar kosannya, kemudian membantunya membawa ransel, sementara dia membuka pagar kosan. Dia kemudian mengambil ranselnya yang ada di tangan gue, menggendongnya, dan berdiri di hadapan gue sambil tersenyum dan menangkupkan kedua tangannya di depan tubuhnya. Gue berdiri tepat di hadapannya dan ikut tersenyum melihatnya.
Sherly terdiam beberapa saat, dan kemudian memasang senyum terbaiknya, dan tercantik, sejauh yang pernah gue lihat.
Entah kekuatan apa yang mendorong gue, tiba-tiba gue bergerak untuk memegang kedua tangannya dengan kedua tangan gue. Sherly pun kaget dengan apa yang gue lakukan itu, tapi dia membiarkannya. Wajah kami saling berhadap-hadapan. Waktu itu rasanya seisi dunia di sekeliling kami berputar, mengelilingi kami sebagai porosnya. Kami berpegangan tangan, dan berbicara hanya dengan tatapan mata, bukan dengan kata.
Yang gue pandang waktu itu bukanlah Sherly, tapi gue merasa seperti melihat diri gue sendiri di dalam kilat matanya. Lewat genggaman tangannya dan tatapan matanya yang dalam itu gue bisa merasakan dirinya menembus hati gue. Gue berharap dirinya tetap menjadi Sherly yang sekarang, yang gue kagumi .......dan gue sayangi.
Gue memainkan botol minuman air mineral di tangan gue, yang telah kosong separuh, sambil memandangi wanita yang tertidur di samping gue. Dia tertidur meringkuk ke arah jendela, sementara dia memeluk bantal kecil yang disediakan. Gue tersenyum. Kemudian gue menyadari bahwa di luar hujan, dan gue memandangi titik-titik air di jendela. Perhatian gue alihkan kembali ke sosok wanita di samping gue ini, dimana napasnya terdengar lembut di telinga gue. Tangan gue secara otomatis bergerak, dan menyibakkan beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya.
Gue memandanginya dengan perasaan yang gak bisa gue lukiskan. Gue menyayanginya, gue mengaguminya, gue kasihan kepadanya, tapi gue juga gak mau melukainya. Buat gue, dia terlalu berharga untuk itu. Betapa banyak luka yang telah dia alami di hidupnya. Semoga gue gak menambah satu diantaranya. Gue kembali menyibakkan rambut yang sedari tadi jatuh dan kali itu gue secara gak sengaja menyentuh sedikit pipinya. Dia terbangun, dan setengah sadar mengerjap-kerjapkan mata, memandangi sekelilingnya.
Kemudian dia memandangi gue, dengan tatapan sayu. Agaknya kesadarannya masih belum sepenuhnya pulih. Gue sedikit tertawa geli melihat ekspresinya. Kemudian dia mengeluarkan handphonenya, dan melihat jam di layar depan. Sejenak dia terdiam, kemudian menoleh ke gue dengan senyum ngantuk. Gue mendengar dia berkata dengan lembut.
Quote:
Gue menggeleng, sambil tersenyum geli melihat wajahnya. Gue kemudian menyelipkan botol air mineral tadi ke jaring tempat barang di hadapan gue, dan bersandar lagi sambil memandanginya.
Quote:
Kemudian tanpa gue duga dia membalikkan tubuhnya menghadap ke gue, jadi sekarang dia meringkuk menghadap ke arah gue. Dia tersenyum. Tatapannya membuat gue gugup.
Quote:
Gue terdiam. Mendadak gue berpikir untuk meralat apa yang ingin gue katakan. Kemudian gue tersenyum ke Sherly.
Quote:
Spoiler for :
Kemudian gue menyuruh Sherly kembali tidur, dan gue juga memutuskan untuk mencoba tidur. Masih sekitar 3 jam lagi sebelum kami tiba di kota tujuan. Hujan masih turun, dan itu membuat AC gerbong yang kami naiki semakin terasa dingin. Gue melihat selimut Sherly agak melorot, sementara dia barusan tertidur lagi. Gue membetulkan letak selimutnya, dan tersenyum memandangi wajahnya yang damai.
Sesampainya di stasiun, gue mengambil motor yang selama 3 hari ini gue titipkan di parkiran. Hujan masih turun rintik-rintik. Gue menaiki motor dengan tergesa-gesa, dan diikuti Sherly yang membonceng di belakang sambil memeluk ransel gue. Malam udah cukup larut, dan udara semakin dingin. Gue gak tega memacu motor terlalu ngebut, karena gue pikir pasti Sherly kedinginan meskipun dia udah pakai jaket. Perlahan tapi pasti, dengan basah-basahan akibat gerimis yang terus mengguyur, kami berdua sampai di kosan. Pertama-tama gue mengantarkan Sherly ke kosannya, tentu saja.
Gue memarkirkan motor di depan pagar kosannya, kemudian membantunya membawa ransel, sementara dia membuka pagar kosan. Dia kemudian mengambil ranselnya yang ada di tangan gue, menggendongnya, dan berdiri di hadapan gue sambil tersenyum dan menangkupkan kedua tangannya di depan tubuhnya. Gue berdiri tepat di hadapannya dan ikut tersenyum melihatnya.
Quote:
Sherly terdiam beberapa saat, dan kemudian memasang senyum terbaiknya, dan tercantik, sejauh yang pernah gue lihat.
Quote:
Entah kekuatan apa yang mendorong gue, tiba-tiba gue bergerak untuk memegang kedua tangannya dengan kedua tangan gue. Sherly pun kaget dengan apa yang gue lakukan itu, tapi dia membiarkannya. Wajah kami saling berhadap-hadapan. Waktu itu rasanya seisi dunia di sekeliling kami berputar, mengelilingi kami sebagai porosnya. Kami berpegangan tangan, dan berbicara hanya dengan tatapan mata, bukan dengan kata.
Yang gue pandang waktu itu bukanlah Sherly, tapi gue merasa seperti melihat diri gue sendiri di dalam kilat matanya. Lewat genggaman tangannya dan tatapan matanya yang dalam itu gue bisa merasakan dirinya menembus hati gue. Gue berharap dirinya tetap menjadi Sherly yang sekarang, yang gue kagumi .......dan gue sayangi.
Diubah oleh jayanagari 18-11-2015 16:39
pulaukapok dan 2 lainnya memberi reputasi
3
: yah.... kalo kamu gak ikut, berarti aku pulang sendirian dong. Hehehe...
: sendirian juga sih...
: nah makanya jangan manja hahaha....
: apa tadi?
: nah itu denger, ngapain pake nanya lagi...
: aku kan jujur, percaya deh...