PART 6

Senin pagi.
Gue mematut diri di depan cermin dalam kamar gue. Gue tersenyum bangga.
Akhirnya gue bisa mengenakan seragam keren ini.
Gue mengambil handphone lalu bernarsis ria sebelum berangkat ke sekolah. Nggak lupa gue mengganti display picture bbm dengan foto gue barusan.

HP ditangan gue bergetar tanda ada bbm masuk.


Nggak lama HP gue bergetar lagi. Ternyata Hans mengomentari foto gue tadi.


Kita sampai di sekolah tepat jam tujuh pagi. Karena sekolah gue itu emang masuknya jam setengah delapan. Entah alasannya apa, emang sekolah gue ini beda sama sekolah pada umumnya.
Gue lihat udah lumayan banyak yang dateng juga dan gue mengenali wajah mereka yang kebanyakan anak kelas 1.
Kita bertiga pun langsung menuju ke papan pengumuman yang letaknya nggak jauh dari ruang guru.
Gue berdoa dalam hati semoga aja bisa sekelas sama nih anak berdua.
Mata gue langsung mencari nama gue di urutan atas Kelas 1 UJP 1 (UJP = Usaha Jasa Pariwisata) dan hasilnya nihil. Gue lalu beralih ke lembar kertas disebelahnya yang tertempel di papan itu juga. Kelas 1 UJP 2. Dan nama gue ada disana.



Tiba-tiba gue teringat Hans dan Agam. Gue pun mencari nama mereka berdua.


Gue kembali bergeser ke kertas Kelas UJP 2 karena gue nggak menemukan nama mereka di UJP 1. Gue nggak mau GR cuma mau mastiin kalo mereka bener-bener sekelas sama gue. Siapa tau aja tadi kelewat namanya. Karena 1 kelas ada sekitar 40 nama yang tertulis disana.
Gue hampir teriak kegirangan ketika melihat nama pertama yang gue temukan yaitu nama Agam dan nggak jauh dibawahnya terpampang nama Hans. Gue sekelas dama mereka. Finally ada temennya.






Agam menunjuk bangku yang merapat di dekat jendela yang terletak dua dari belakang. Agam mengambil posisi di sebelah tembok. Biar bisa sandaran terus tidur katanya. Sementara gue di sebelahnya. Gue mengambil HP dari dalam tas kemudian mengecek bbm karena ada 1 pesan disana.



Nggak lama sosok Hans muncul di depan pintu kelas. Dia celingukan. Gue melambaikan tangan. Hans menghampiri tempat duduk gue.




Gue berbalik menghadap Hans

Gue menjulurkan lidah gue dan kemudian disambut tawa Hans. Kali ini Agam cuma bengong diiringi bunyi bel masuk sekolah yang berdering panjang.

***