Kaskus

Story

kesshouAvatar border
TS
kesshou
Mr.Mars & Miss.Venus
Mr.Mars & Miss.Venus

Pernahkah kalian bermimpi indah kemudian tiba-tiba terbangung dengan perasaan hampa di pagi hari ?
Pernahkah kalian merasakan bagaimana kehangatan cinta yang ternyata tidak sejalan dengan takdirNYA ?
Pernahkah kalian merasakan ketakutan dalam menghadapi esok ?
Pernahkah kalian merasakan kalau hidup tidak pernah adil ?
Pernahkah kalian merasakan kemarahan saat seseorang yang berharga pergi meninggalkanmu ?
Pernahkah kalian merasakan pahitnya kopi tidak sebanding dengan pahitnya hidup?
Kalau kalian bertanya kepadaku apakah aku pernah mengalami semua itu
maka jawabanku adalah
IYA....!!!!!
Aku pernah mengalaminya, sampai-sampai bosan dan muak dengan semua ini.
Namun saat itu tiba-tiba engkau datang dalam kehidupanku
Seolah memberikan sesuatu yang kucari selama ini
Sebuah jawaban akan semua penderitaan yang aku lalui
Dan
Engkaulah yang berhasil membuat kopi dalam cangkirku terasa manis.
Dan
Engkaulah yang membuat mataku terbuka lebar sehingga aku bisa melihat indahnya takdir Tuhan.


Hidup ini terlalu singkat dan berharga jika digunakan hanya untuk mengeluh dan bersedih.



Spoiler for Index:


Diubah oleh kesshou 17-05-2016 19:35
yusuffajar123Avatar border
SANTO.0281Avatar border
mahrsmello5680Avatar border
mahrsmello5680 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
677.8K
3K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
kesshouAvatar border
TS
kesshou
#82
“Steff, pelanin dikit dong mobilnya.” rayu gue.

“Ini udah pelan ndre, liat aja tuh speedometernya diangka 40 km.” ucapnya sambil menunjuk kearah speedometer. Tapi entah kenapa yang gue rasakan saat itu, mobil yang dikendarainya semakin lama semakin kencang.

“Steff…gasnya kurangin dikiiit lagi. ya…ya..ya. please.” Ucap gue sambil memohon.

“Aduh bawel banget sih ndre, ini kalau gasnya aku turunin lagi mobilnya nggak bisa jalan.” Ucap steffany sewot.

Akhirnya gue diam dan menutup mata sampai di supermarket yang letaknya lumayan jauh dari sekolah gue. Sampai disana gue disuruh untuk mengambil trolley dan membawanya sedangnya Steffany berjalan didepan gue sambil memasukkan barang-barang kedalam trolley. Aku benar-benar jadi jongos dia saat itu, bagaimana tidak? Setiap kali gue mengambil barang yang gue sukai dia selalu melarangnya dan mengembalikan kembali barang-barang itu. Begitu pula saat dia memilih sebuah barang yang membuat dia bingung, dia menanyakan pendapat gue tapi kemudian dia mengambil barang yang bukan pilihan gue. Tetapi disaat dia sedang lengah gue tetep diam-diam memasukan makanan yang gue inginkan ke trolley. Setelah semua barang pesanan didapatkan, kami segera menuju kasir dan membayarnya.

Gue sempet heran saat melihat steffany mengeluarkan sebuah dompet yang sudah rusak yang sebagian jahitannya sudah lepas dari dalam tasnya dan kulihat tas yang dipakainya saat itu juga sudah kusam dan juga ada beberapa peniti yang digunakan untuk menyambungkan tali tasnya itu. Rasanya nggak percaya aja cewe secantik, setajir dan stylish seperti dia ini masih menggunakan dompet dan tas yang sudah tidak layak dipakai itu, padahal temen-temennya seperti Helen dan juga Selvi dompet dan tasnya saja harganya sudah membuat buat gue geleng-geleng kepala.

Ditengah jalan gue mencoba berusaha lagi untuk membujuknya untuk menurunkan kecepatan dan berhasil. Yippy.. gue seneng banget saat usaha gue membuahkan hasil.

“Steff, kayaknya kamu salah jalan deh. Perasaan tadi kita nggak lewat sini deh.” Ucap gue saat menyadari jalan yang kita lalui ini berbeda dengan jalan saat berangkat tadi

“Nggak kok, ini jalan pintas biar cepet sampai.” Ucap steffany sambil tersenyum kearah gue

“Ooh gitu.” Ucap gue, tapi entah kenapa gue merasakan perasaan yang tidak enak saat melihat senyum steffany tadi. Tapi dengan cepat gue singkirkan perasaan itu dengan cara melihat kearah jendela.

Sewaktu melewati sebuah jalan yang lebar dan sepi tiba-tiba saja mobil yang dikendarai steffany melaju sangat kencang sehingga sesaat terdengar suara decitan ban diatas aspal sampai-sampai membuat badan gue terdorong kebelakang, kulihat jarum tachometer tambahan yang berada didashbord menunjuk keangka 7000 rpm dan terus meningkat dan suara teriakan mesin mobilnya yang bercampur dengan suara knalpot racing semakin membuat nyali gue ciut. Gue hanya bisa berteriak-teriak dan memohon-mohon kepada steffany buat menurunkan kecepatannya tapi teriakan gue itu tidak dihiraukannya.

“Steff didepan ada belokan ituuu…” ucap gue mengingatkan steffany.

“STEFYYY….!!!!” Teriak gue sesaat belokan didepan sudah semakin dekat sambil tangan gue memegang jok mobil dan kaki gue angkat ke dashboard.

Sesaat sebelum memasuki tikungan tiba-tiba steffany menginjak rem kaki sambil memindahkan gigi perseneling dengan cepat dan kemudian menarik rem tangan sehingga ban pun berdecit dengan suara yang keras, lalu dia membanting kemudi kearah kanan yang membuat bagian belakang mobil terlempar ke sisi kiri dengan kuat, kemudian dia dengan cepat membanting kemudi kearah kiri dan kekanan sambil memainkan pedal gas sehingga mobil pun kembali stabil dan gue saat itu hanya melihat kearah steffany dan berteriak histeris sambil mengucap allahu akbar dan la ilaha illallah.

“Te..te..tenang aja ndre, aman kok. Ha..ha..ha” Ucap adelia dengan tertawa aneh sambil melihat kearah gue.

“Lo jangan seenaknya bilang tenang ke gue, lo kira gue bakalan tenang saat lo bilang gitu dengan wajah lo yang pucet sama tangan lo yang gemetaran gitu.!!” Ucap gue emosi setengah berteriak, sehingga bahasa yang gue gunakan menjadi berubah. “Udah ah steff jangan main-main kaya tadi lagi. Gue mohon banget ini steff, gue nggak ingin mati muda steff. Please banget steff.” Ucap gue sambil tangan memegang bangku.

“Iya-iya. Hehehe…” ucap steffany sambil membawa mobil dengan pelan.

Meskipun dijalan steffany mengajak gue ngobrol tapi nggak gue ladenin sama sekali, gue masih shock dengan kejadian tadi. Jujur gue bukan seorang penakut tapi siapa sih yang nggak takut diajak ngedrift sama orang yang nggak jelas udah jago atau masih belajar kayak gitu, apalagi cewe yang dominan menggunakan emosinya daripada logika dan masih SMA pula. Gue yakin Valentino Rossi atau Sebastian Loeb juga bakalan ketakutan dan mikir berulang kali. Mana tadi sempet gue denger suara kayak mobilnya nabrak sesuatu gitu sewaktu belok, gimana gue nggak makin ketakutan.

Sewaktu gue turun dari mobil, kaki gue masih gemetar dengan kencang. Perlahan-lahan gue mencoba untuk berjalan mendekati bangku semen didepan perpustakaan. Sewaktu gue duduk, muncul sebuah mobil mazda RX-8 berwarna merah dan parkir disamping mobil steffany, dari dalam RX-8 itu keluarlah seorang pria muda, ganteng, putih, tinggi dan berpenampilan menarik layaknya seperti seorang model. Dia berjalan mendekati steffany yang sedang mengeluarkan barang-barang belanjaannya.

Terlihat pria muda itu memarahi steffany sehingga steffany menangis tersedu-sedu. Melihat steffany menangis pria itu lalu mengeluarkan sapu tangannya dan mencoba untuk mengelap air mata steffany, tapi kemudian ditolak steffany. Pria itu pun memeluk steffany dan mengusap kepalanya, tetapi steffany mencoba untuk melepaskannya dengan cara memukul-mukul pria itu. Sampai pada akhirnya pria itupun pergi dengan membawa mobil Peugeot putihnya steffany dan meninggalkan mazda RX-8 merahnya. Setelah bayangan mobilnya menghilang dibalik pagar sekolah, steffany lalu menghapus air matanya dan menjulurkan lidahnya kearah mobil tadi dan gue terkejut dengan perubahan emosinya yang tiba-tiba seperti itu.

“Buntelan kentut…. bantuin…” Teriak steffany ke gue dan gue pun segera berjalan kearahnya

“Cowo tadi itu siapa? Kok dateng-dateng langsung marah gitu ke kamu?” tanya gue

“Ooh, itu kakak aku. Dia marah gara-gara mobilnya aku bawa diem-diem.” Jawabnya santai.

"Jelas aja dia marah, gue juga kalau jadi kakak lo minimal udah gue jitak lo. Bawa mobil kayak gitu, untung aja nggak kecelakaan atau ketemu polisi dijalan." batin gue.

“Serem juga ya kakak kamu kalau marah, kamu aja bisa dibuat jadi nangis kayak gitu.” Ucap gue melanjutkan investigasi

“Biasa aja, tadi itu aku cuma pura-pura nangis tau. Soalnya kalau nggak digituin pasti bakalan lama dia marah-marahnya. Males aja aku dengerinnya.” Ucapnya sambil membawa tas belanjaan. “Udah ah, nggak usah dibahas lagi. Mending kamu bawa itu karpet sama minumannya.” perintahnya

“Ni cewe bahaya banget buat dijadiin istri atau pacar.” Batin gue saat itu.
Diubah oleh kesshou 18-11-2015 19:28
khodzimzz
khodzimzz memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.