- Beranda
- Stories from the Heart
Sometimes Love Just Ain't Enough
...
TS
jayanagari
Sometimes Love Just Ain't Enough
Halo, gue kembali lagi di Forum Stories From The Heart di Kaskus ini 
Semoga masih ada yang inget sama gue ya
Kali ini gue kembali lagi dengan sebuah cerita yang bukan gue sendiri yang mengalami, melainkan sahabat gue.
Semoga cerita gue ini bisa berkenan di hati para pembaca sekalian

Semoga masih ada yang inget sama gue ya

Kali ini gue kembali lagi dengan sebuah cerita yang bukan gue sendiri yang mengalami, melainkan sahabat gue.
Semoga cerita gue ini bisa berkenan di hati para pembaca sekalian


*note : cerita ini sudah seizin yang bersangkutan.
Quote:
Quote:
Diubah oleh jayanagari 24-04-2016 00:40
Dhekazama dan 8 lainnya memberi reputasi
9
421.1K
1.5K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
jayanagari
#629
PART 27
Hujan turun semakin deras, dan membuat kami bergeser semakin ke dalam. Beberapa orang yang ada disitu juga ikut bergeser ke dalam, sementara ada beberapa yang mencari tempat untuk duduk. Gue dan Sherly berdiri sedikit di pojok, karena kami termasuk orang-orang pertama yang berteduh. Gue melirik Sherly, melihat dirinya yang cukup basah karena kehujanan, dan sedikit mulai mengering. Sementara itu Sherly terpaku melihat putihnya jalan di hadapan kami karena tertutup hujan yang cukup deras. Bibirnya sedikit bergetar, agaknya dia kedinginan. Gue menoleh ke Sherly.
Gue setengah memaksa mengajak Sherly untuk masuk, karena gue gak mau Sherly kedinginan diluar. Apalagi ada angin yang cukup kencang berhembus. Gue tahu Sherly masih kecapekan karena perjalanan jauh semalem, dan gue gak mau memperparah itu. Gue menarik tangan Sherly untuk masuk ke dalam toko, dan dia menurutinya. Di dalem toko, gue dan Sherly sama-sama memandangi seisi toko, dan barulah kami sadar kalau toko itu adalah toko obat tradisional China. Bau aroma rempah dan obat-obatan terasa sangat kuat di dalam toko.
Seorang wanita tua beretnis Tionghoa, sepertinya pemilik toko tersebut, memandangi kami berdua, karena cuma kami yang masuk ke dalam toko itu, diantara orang-orang yang berteduh tadi. Sang pemilik toko tersenyum ramah ke kami berdua, dan mendekati kami dari balik meja etalase.
Gue tersenyum seramah mungkin.
Ibu-ibu pemilik toko itu tersenyum ke kami berdua, kemudian berlalu ke dalam. Sherly lagi asyik mengamati barang-barang dan pernak-pernik obat-obatan, yang gue duga itu hal baru baginya. Gue yang tadinya gak tertarik mengamati detail barang-barang yang dijual, jadi ikut-ikutan Sherly. Gue kemudian menoleh ke Sherly yang berdiri di sebelah gue, di hadapan sebuah rak kayu berisi obat-obatan.
Malam harinya, setelah makan malam bareng Ibu dan Nisa, kami berdua duduk-duduk di teras, seperti yang kami lakukan pada pagi harinya. Gue memainkan bantal lapuk yang ada di bangku panjang itu, sementara Sherly sedang membersihkan jemarinya. Gue terdiam, dan menyadari bahwa di kepala gue begitu banyak yang ingin gue tanyakan ke Sherly selama ini, tapi gue belum punya keberanian. Anehnya, Sherly seperti bisa membaca isi pikiran gue. Dia berhenti mengusap-usap jemarinya, dan menoleh ke gue sambil tersenyum.
Gue terkejut. Sejak kapan Sherly punya indera keenam untuk mengetahui pikiran orang lain.
Sherly tertawa lembut.
Sherly menunduk sambil tersenyum dan kembali menggosok-gosok jemarinya perlahan. Dia terdiam beberapa saat.
Sherly menghela napas panjang. Dia memandangi langit malam yang kali itu dipenuhi semburat kemerahan, pertanda ada awan mendung diatas kepala kami. Angin pun berhembus dingin, dan berbau hujan. Sepertinya sebentar lagi hujan masih akan turun, seperti siangnya.
Gue menggeleng, dan tersenyum lembut. Segala hal yang barusan diucapkan Sherly ini membuat hati gue mencelos, dan seperti ada sesuatu yang menghantam di dada gue.
Sherly tertawa kecil, kemudian menatap gelapnya langit malam sambil tersenyum.
Kemudian ada kebisuan diantara kami berdua, cukup panjang. Gue bisa mendengar suara binatang-binatang malam di sudut pekarangan rumah gue.
Gue terdiam beberapa saat, sampai akhirnya gue bisa menjawab satu pertanyaan dari Sherly, dengan jawaban dari hati gue yang terdalam.
Sherly tersenyum cantik, sangat cantik.
Hujan turun semakin deras, dan membuat kami bergeser semakin ke dalam. Beberapa orang yang ada disitu juga ikut bergeser ke dalam, sementara ada beberapa yang mencari tempat untuk duduk. Gue dan Sherly berdiri sedikit di pojok, karena kami termasuk orang-orang pertama yang berteduh. Gue melirik Sherly, melihat dirinya yang cukup basah karena kehujanan, dan sedikit mulai mengering. Sementara itu Sherly terpaku melihat putihnya jalan di hadapan kami karena tertutup hujan yang cukup deras. Bibirnya sedikit bergetar, agaknya dia kedinginan. Gue menoleh ke Sherly.
Quote:
Gue setengah memaksa mengajak Sherly untuk masuk, karena gue gak mau Sherly kedinginan diluar. Apalagi ada angin yang cukup kencang berhembus. Gue tahu Sherly masih kecapekan karena perjalanan jauh semalem, dan gue gak mau memperparah itu. Gue menarik tangan Sherly untuk masuk ke dalam toko, dan dia menurutinya. Di dalem toko, gue dan Sherly sama-sama memandangi seisi toko, dan barulah kami sadar kalau toko itu adalah toko obat tradisional China. Bau aroma rempah dan obat-obatan terasa sangat kuat di dalam toko.
Seorang wanita tua beretnis Tionghoa, sepertinya pemilik toko tersebut, memandangi kami berdua, karena cuma kami yang masuk ke dalam toko itu, diantara orang-orang yang berteduh tadi. Sang pemilik toko tersenyum ramah ke kami berdua, dan mendekati kami dari balik meja etalase.
Quote:
Gue tersenyum seramah mungkin.
Quote:
Ibu-ibu pemilik toko itu tersenyum ke kami berdua, kemudian berlalu ke dalam. Sherly lagi asyik mengamati barang-barang dan pernak-pernik obat-obatan, yang gue duga itu hal baru baginya. Gue yang tadinya gak tertarik mengamati detail barang-barang yang dijual, jadi ikut-ikutan Sherly. Gue kemudian menoleh ke Sherly yang berdiri di sebelah gue, di hadapan sebuah rak kayu berisi obat-obatan.
Quote:
* * *
Malam harinya, setelah makan malam bareng Ibu dan Nisa, kami berdua duduk-duduk di teras, seperti yang kami lakukan pada pagi harinya. Gue memainkan bantal lapuk yang ada di bangku panjang itu, sementara Sherly sedang membersihkan jemarinya. Gue terdiam, dan menyadari bahwa di kepala gue begitu banyak yang ingin gue tanyakan ke Sherly selama ini, tapi gue belum punya keberanian. Anehnya, Sherly seperti bisa membaca isi pikiran gue. Dia berhenti mengusap-usap jemarinya, dan menoleh ke gue sambil tersenyum.
Quote:
Gue terkejut. Sejak kapan Sherly punya indera keenam untuk mengetahui pikiran orang lain.
Quote:
Sherly tertawa lembut.
Quote:
Sherly menunduk sambil tersenyum dan kembali menggosok-gosok jemarinya perlahan. Dia terdiam beberapa saat.
Quote:
Sherly menghela napas panjang. Dia memandangi langit malam yang kali itu dipenuhi semburat kemerahan, pertanda ada awan mendung diatas kepala kami. Angin pun berhembus dingin, dan berbau hujan. Sepertinya sebentar lagi hujan masih akan turun, seperti siangnya.
Quote:
Gue menggeleng, dan tersenyum lembut. Segala hal yang barusan diucapkan Sherly ini membuat hati gue mencelos, dan seperti ada sesuatu yang menghantam di dada gue.
Quote:
Sherly tertawa kecil, kemudian menatap gelapnya langit malam sambil tersenyum.
Quote:
Kemudian ada kebisuan diantara kami berdua, cukup panjang. Gue bisa mendengar suara binatang-binatang malam di sudut pekarangan rumah gue.
Quote:
Gue terdiam beberapa saat, sampai akhirnya gue bisa menjawab satu pertanyaan dari Sherly, dengan jawaban dari hati gue yang terdalam.
Quote:
Sherly tersenyum cantik, sangat cantik.
Quote:
Diubah oleh jayanagari 11-11-2015 21:53
pulaukapok dan 3 lainnya memberi reputasi
4
: masak? tuh bibirmu sampe bergetar gitu, kamu kedinginan pasti. Yuk masuk aja yuk.
: enggak, hehe. Cuma asik aja ngeliatnya, bisa dipelajarin jenis-jenis sama manfaatnya, siapa tau besok-besok kita butuh...
: kok kamu tau?
: gak perlu jadi orang pinter untuk baca ekspresimu, Dhik. Di jidat kamu tuh udah ketulis jelas banget, kalo kamu mau nanya-nanya ke aku. Hahaha....
: kesepian? maksudnya?