- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah Tak Sempurna
...
TS
aldiansyahdzs
Kisah Tak Sempurna
Quote:

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh.
Selamat pagi warga Kaskus di Seluruh Muka Bumi.
Terimakasih kepada Agan / Aganwati yang sudah mampir di Thread ini. Terimakasih pula untuk sesepuh dan moderator SFTH. Thread ini adalah thread pertama kali saya main kaskus . Saya berharap Thread pertama kali saya di Kaskus bisa membuat Agan / Aganwati terhibur dengan coretan sederhana saya ini.
Thread ini bercerita tentang kisah putih abu - abu seorang laki laki yang saya beri nama Erlangga. Dari pada penasaran, lebih baik langsung baca aja gan! Selamat galau eh selamat membacaaa.
NB; Kritik dan Saran sangat saya butuhkan agar saya dapat menulis lebih baik lagi.
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Keep in touch with me.
twitter: aldiansyahdzs
instagram : aldisabihat
twitter: aldiansyahdzs
instagram : aldisabihat
Diubah oleh aldiansyahdzs 17-06-2019 18:30
JabLai cOY dan 31 lainnya memberi reputasi
32
132.2K
879
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aldiansyahdzs
#299
Hujan, dan Secangkir Teh – Part 2
Satuan, puluhan, ratusan, jutaan, milyaran bahkan triliunan rintik hujan saling mengikhlaskan bahwa mereka siap jatuh dari atas langit menuju bumi. Mereka pasrah kepada awan untuk dijatuhkan dimana saja. Tidak ada penolakan sama sekali dari rintik hujan kepada sang awan. Bagi hujan, yang penting ia memberi rezeki kepada semua makhluk di muka bumi.
Banyak rindu yang akan terselip diantar bulir – bulir hujan. Itu bagiku, namun entah untuk orang lain. Ada yang mungkin ingatanya kembali saat hujan turun. Ada yang mungkin sedang gusar mengutuk hujan. Dan ada pula yang berdo’a bersama hujan.
Deras.
Aku melihat hujan dibalik jendela kamarku. Kepalaku mulai terasa tenang setelah tadi kepalaku pusing karena sulitnya mengerjakan pelajaran fisika. Aku memandang keluar, kabut mulai datang. Syukur ku ucapkan dalam diri, sudah lama aku tidak melihat hujan bersamaan dengan kabut. Terakhir kali aku melihatnya saat aku berusia 7 tahun, dimana daerah ku masih asri belum terkontaminasi oleh asap – asap industri.
Keberangakatan Octa tinggal menghitung hari. Segala pengurusan dokumen yang nanti akan ia bawa telah selesai. Akupun sudah meminjamkan carrier Eiger 60L , jaket, jam, dan Canon 60D. Begitupun ia, smartphone miliknya sudah berada di tanganku. Cukup sedih memang saat memandang smartphone miliknya. Ada perasaan tidak ikhlas jika ia pergi meskipun sementara. Namun, jika aku tetap seperti ini aku kasihan bila nanti Octa di sana tidak tenang karena ke gelisahan ku saat ini.
2 jam kami berbincang entah membahas apa, namun aku bisa merasakan jika Octa merasa gundah sama sepertiku. Aku selalu mencoba menenangkan dirinya, meskipun aku tak bisa menenangkan diriku sendiri. Sering aku ucapkan ini singkat hanya 2 bulan 2 x 30 hari. Namun bagiku, nanti 1 hari akan terasa seperti bertahun tahun. Rindu akan saling bersahutan untuk masuk ke dalam relung jiwa. Semoga saja aku dan Octa bisa kuat menjalani hari – hari tanpa kebersamaan. Hari – hari yang akan di lewati masing – masing.
Hari keberangkatan Octa telah datang. Aku menemaninya karena ibu dan ayahnya sedang berada di luar pulau jawa. Kami duduk saling berdampingan. Keberangkatannya 2 jam lagi. Namun aku sengaja sudah ada di bandara bersamanya. Ia Nampak tersenyum meski air matanya berlinang membasahi pipinya.
Siswa yang lain mulai berdatangan, kebanyakan dari mereka diantar oleh keluarga mereka. Ada yang sedih , ada yang bahagia, ada yang senang, dan ada juga yang kecewa. Terlihat dari wajah – wajah yang ada.
Octa berdiri dari tempat duduknya ia langsung menenteng carrier yang muat 80 L tersebut lalu dikalungkannya kamera Cannon 60D. Aku mencoba mengahapus air matanya dengan tanganku sendiri. Octa tersenyum memandangku mencoba menghilangkan rasa sedihnya. Terdengar dari speaker bahwa keberangkatan Octa beberapa menit lagi.
Langkah demi langkah, ia pergi bersama rombongan pertukaran pelajar. Aku memperhatikannya sampai ia hilang dari pandanganku. Air mataku berlinang membasahi pipiku. Hanya ada satu harap dalam diriku agar ia bisa selamat di perjalanan dan kembali pulang ke tanah air. Kini, aku hanya bisa mengenggam smartphone miliknya. Mencoba meminimalisir rasa rindu yang kian menggebu. Selamat belajar di negeri Kangguru Octa.
Satuan, puluhan, ratusan, jutaan, milyaran bahkan triliunan rintik hujan saling mengikhlaskan bahwa mereka siap jatuh dari atas langit menuju bumi. Mereka pasrah kepada awan untuk dijatuhkan dimana saja. Tidak ada penolakan sama sekali dari rintik hujan kepada sang awan. Bagi hujan, yang penting ia memberi rezeki kepada semua makhluk di muka bumi.
Banyak rindu yang akan terselip diantar bulir – bulir hujan. Itu bagiku, namun entah untuk orang lain. Ada yang mungkin ingatanya kembali saat hujan turun. Ada yang mungkin sedang gusar mengutuk hujan. Dan ada pula yang berdo’a bersama hujan.
Deras.
Aku melihat hujan dibalik jendela kamarku. Kepalaku mulai terasa tenang setelah tadi kepalaku pusing karena sulitnya mengerjakan pelajaran fisika. Aku memandang keluar, kabut mulai datang. Syukur ku ucapkan dalam diri, sudah lama aku tidak melihat hujan bersamaan dengan kabut. Terakhir kali aku melihatnya saat aku berusia 7 tahun, dimana daerah ku masih asri belum terkontaminasi oleh asap – asap industri.
Keberangakatan Octa tinggal menghitung hari. Segala pengurusan dokumen yang nanti akan ia bawa telah selesai. Akupun sudah meminjamkan carrier Eiger 60L , jaket, jam, dan Canon 60D. Begitupun ia, smartphone miliknya sudah berada di tanganku. Cukup sedih memang saat memandang smartphone miliknya. Ada perasaan tidak ikhlas jika ia pergi meskipun sementara. Namun, jika aku tetap seperti ini aku kasihan bila nanti Octa di sana tidak tenang karena ke gelisahan ku saat ini.
Quote:
2 jam kami berbincang entah membahas apa, namun aku bisa merasakan jika Octa merasa gundah sama sepertiku. Aku selalu mencoba menenangkan dirinya, meskipun aku tak bisa menenangkan diriku sendiri. Sering aku ucapkan ini singkat hanya 2 bulan 2 x 30 hari. Namun bagiku, nanti 1 hari akan terasa seperti bertahun tahun. Rindu akan saling bersahutan untuk masuk ke dalam relung jiwa. Semoga saja aku dan Octa bisa kuat menjalani hari – hari tanpa kebersamaan. Hari – hari yang akan di lewati masing – masing.
***
Hari keberangkatan Octa telah datang. Aku menemaninya karena ibu dan ayahnya sedang berada di luar pulau jawa. Kami duduk saling berdampingan. Keberangkatannya 2 jam lagi. Namun aku sengaja sudah ada di bandara bersamanya. Ia Nampak tersenyum meski air matanya berlinang membasahi pipinya.
Quote:
Siswa yang lain mulai berdatangan, kebanyakan dari mereka diantar oleh keluarga mereka. Ada yang sedih , ada yang bahagia, ada yang senang, dan ada juga yang kecewa. Terlihat dari wajah – wajah yang ada.
Octa berdiri dari tempat duduknya ia langsung menenteng carrier yang muat 80 L tersebut lalu dikalungkannya kamera Cannon 60D. Aku mencoba mengahapus air matanya dengan tanganku sendiri. Octa tersenyum memandangku mencoba menghilangkan rasa sedihnya. Terdengar dari speaker bahwa keberangkatan Octa beberapa menit lagi.
Quote:
Langkah demi langkah, ia pergi bersama rombongan pertukaran pelajar. Aku memperhatikannya sampai ia hilang dari pandanganku. Air mataku berlinang membasahi pipiku. Hanya ada satu harap dalam diriku agar ia bisa selamat di perjalanan dan kembali pulang ke tanah air. Kini, aku hanya bisa mengenggam smartphone miliknya. Mencoba meminimalisir rasa rindu yang kian menggebu. Selamat belajar di negeri Kangguru Octa.
junti27 dan 5 lainnya memberi reputasi
6