Inilah gw, tetap gw, dan diri gw. Suka ataupun tidak. Kata orang gw cuek, gw gak peka. Dan gw baru menyadari hal itu setelah kejadian ini.

Perlahan intensitas komunikasi gw dan Nisa berkurang. Semakin lama semakin berkurang.

Yang tadinya 3 kali sehari, jadi sekali sehari, lalu 3 hari sekali, lali seminggu sekali, 2 minggu sekali, kemudian tak ada kabar sama sekali.

Awalnya gw tetap stay cool, menganggap semua baik-baik saja. Namun semua berubah ketika negara api menyerang.
6 bulan Nisa ga pernah menghubungi gw. Kali ini gw yang mencoba menemuinya, gw ingin kerumahnya.

Tapi semua hanyalah harapan sia-sia.
Suatu hari gw stalking sosial medianya, Nisa sedang dekat dengan teman sekolahnya.

Hati gw mulai gelisah.

Tapi masih juga tetap susah menghubunginya. Gw tak dihiraukannya.
Malam bulan oktober, ditengah kegalauan gw, gw yang sedang mengalunkan lagu galau dengan gitar kesayangan gw, hp gw berbunyi menandakan sebuah pesan diterima.

Nomor baru, dengan isi pesan

"selamat malam, lagi apa?"

"Malam juga, lagi gak ngapa-ngapain, siapa ya?"

"Gw Nisa"

Deg.

Beberapa kali berbalas pesan, hingga pesan inti yang ingin disampaikannya

"Gw dijodohin sama spupu gw, maaf ya"

Gw ga balas pesan tersebut, secara tidak langsung gw sudah memahami intinya,

"kita putus".

Gw? Im fine. Thats ok, hal wajar yang terjadi setelah hubungan gantung 6 bulan.

Penyesalan datangnya belakangan, kalo didepan namanya pendaftaran.

Sejak berakhirnya hubungan gw dengan Vita, gw masih memikirkannya. Gw ga tau kenapa, gw mencoba meyakinkan diri gw untuk melupakannya, semakin ingin melupakan justru semua kenangan semakin jelas diingatan.

Seorang wanita yang gemar minum susu, dengan senyum khasnya yang manis, yang nyerocos blak-blakan dihadapan teman-temannya, tapi jadi pendiam dihadapan gw.

Semakin lama semakin jelas tentang dirinya. Gw ga bisa begini terus, gw ga bisa.

Tapi apa daya, hati gw menolak searah dengan otak gw. Logika dan feeling berbeda haluan.

Semakin kuat gw berontak mencoba melupakan, semakin kuat cengkraman kenangan dirinya. Oohh Tuhan, sampai kapan seperti ini?

Malam ini gw masih terduduk dengan alunan nada gitar yang gw mainkan, bersama hisapan demi hisapan rokok yang hampir habis, gw masih memikirkan satu orang yang bukan siapa-siapa gw lagi.

Setahun sudah berlalu, gw masih duduk ditempat yang sama, ditemani gitar kesayangan gw dengan alunan lagu galau beserta hisapan demi hisapan rokok gw yang hampir habis. Masih memikirkan wanita yang sama, Nisa.

Its oke, perasaan, lo menang, lo lebih kuat daripada logika gw.

Masihkah ada kesempatan kedua?
Mari kita coba.