Sangat sedikit pengalaman yang gw punya di masa SMU gw. Soal percintaan? Apalagi.

Mungkin karena sikap cuek gw. Cuek atau takut gw ngga tau. Karena gw ngga pernah berani mendekati wanita secara langsung wanita yang gw sukai.

Gw ga suka kalo mesti ribet untuk mendapatkan hati seorang wanita. Gw ga suka berkorban palsu, modus, pura-pura baik, atau jenis-jenis pdkt lainnya.

Bagi gw, jika dua hati saling menyukai, kenapa mesti ribet? Yang ribet itu jika hanya si Pria yang menyukai si Wanita sehingga si Pria akan berjuang semaksimal mungkin bahkan over dosis untuk mendapatkan hati si wanita.

Anggap saja berhasil, tapi akan bertahan berapa lama? Cinta yang dipaksakan seperti Es yang tidak berada dalam mesin pendingin, tidak akan bisa bertahan lama.

Siang ini gw, Dicky dan 3 teman gw yang lain sedang berada di rumah Rifa. Sejak pulang dari sekolah tadi, kami singgah untuk sekedar main dan bercukur.

Rifa bisa mencukur rambut, entah darimana dia belajar gw ga tau dan gw ga mau tau. gw 'nebeng' cukur 'gratis' dirumahnya. Karena besok jadwal swiping rambut disekolah.

Gw membuka baju sekolah gw dan menyisakan baju dalam dan celana panjang abu-abu. Gw duduk dibawah pohon disamping rumah, sedangkan Rifa mulai melaksanakan aksinya dikepala gw seolah tukang cukur prefesional.

Namun sepertinya gw salah menghadap. Gw menghadap ke arah jalan dan diseberang jalan ada 2 orang wanita yang salah satunya gw kenali dengan nama Anisa.

Gw yang tengah duduk dan dicukur tak bisa bergerak (kalo bergerak, gunting bisa kena telinga mblo) hanya bisa tertunduk malu-malu ketika Anisa menatap gw dari kejauhan. Gw gugup.

30 menit berikutnya gw membuka baju dalam gw, membersihkan bagian leher dan bahu dari rambut gw yang menempel.
Gw memberanikan diri sedikit menatap ke seberang jalan, Anisa masih sesekali menatap ke arah gw. Gw yang kepergok menatap Anisa, hanya bisa tersenyum kepadanya, dan juga dibalas senyum oleh Anisa.

Tiba waktunya kami pulang, saat keluar dari pagar rumah Rifa, saat kami berada di motor gw sekali lagi melirik ke arah Anisa, dia masih duduk diteras rumahnya, dia melihat gw, gw melambaikan tangan ke arahnya, anisa tersenyum. Gw jg tersenyum.

Dicky yang melihat gw, berdehem, sontak semua teman gw melihat ke arah gw lalu serentak berkata "ciiiieeeeeeee".
Gw hanya bisa senyum malu-malu, gw merasakan wajah gw panas.

Gw ga tau mesti ngomong apa lagi. Sepertinya gw suka Anisa.