Jomblo

Tahun 2008, lo kelas XI SMU dan lo belum pernah pacaran, di kampung gw artinya lo sudah masuk kategori “jones” yaitu jomblo ngenes.

Inilah pola pikir masyarakat khususnya generasi pelajar yang sangat tidak masuk akal menurut gw.

Memangnya ada yang salah kalo gw belum pernah pacaran? Kalo di ukur dari segi fisik, fisik gw "lumayan" untuk mendapatkan pacar yang cantik, tapi memang gw belum mau pacaran, gw lebih memilih fokus ke sekolah, belajar dan menikmati hobi gw bermain musik.

Bukannya gw ga mau pacaran, tapi gw ga mau putus cinta. Dari hasil survey yangtidak pernah gw lakukan, menjalin hubungan pada masa SMU kelas XI, tingkat pencapaian hingga ke jenjang pernikahan sangatlah minim.

Gw memilih menunggu seorang wanita yang benar-benar memenuhi kriteria (baca : ekspektasi) gw. Cantik, putih, manis, religious. Karena menurut gw, wanita religious itu penting untuk mendidik anak gw kelak sehingga menjadi anak yang memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik.

Namun pendirian gw itu sirna, lenyap, ditelan bumi. Ketika kita kembali berbicara tentang cinta pertama tadi….

Awal Mei, 2008
Malam ini gw tengah duduk dikursi panjang di teras rumah gw bersama temen gw Mimin, menyanyikan sebuah lagu diiringi nada gitar yang gw mainkan, lagu dari band legendaries Slank – Jauh.

Mimin sahabat gw, umur dan tingginya sama dengan gw. Dari segi fisik juga ga jauh beda dengan gw, agak kurus, putih, dan lumayan ganteng. Namun saat ini gw duduk di kelas XI SMU, sedangkan Mimin masih duduk di kelas IX SMP.



Perkataan Mimin membuat gw sedikit terkejut. jari-jari gw berhenti memetik senar gitar, gw melirik ke arahnya beberapa saat, lalu gw kembali memainkan senar gitar sambil menatap kosong kedepan, gw tengah berpikir......

Vita orangnya cantik, kulit kuning langsat, lebih berkesan imut menurut gw, sebagian menyebutnya "mungil", ya namanya juga anak SMP. Tingginya berkisar 155 cm. masuk sih di criteria gw.






Bagi gw inilah sahabat, bukan sekedar teman, tapi sahabat. membantu tanpa ada pamrih. Tapi membantu karena kasihan melihat gw jomblo dan ngenes. Gw ulangi, Inilah sahabat bukan sekedar teman.

Back to the story

Mimin menyodorkan handphone nokiyemnya ke gw, dihp itu terpampang 12 nomor berderetan, diatasnya tertulis nama "Vita".

gw mencatat nomer tersebut kemudian menekan tombol hijau (baca : tombol panggil).


suara lembut khas seorang wanita terdengar, secepat kilat gw menekan tombol merah.



mimin memonyongkan bibirnya sambil mendorong kepala gw menggunakan telunjuknya.

Gw hanya cekikikan. Semenit kemudian hp gw berbunyi menandakan sebuah pesan masuk.



Keesokan harinya, intensitas smsan gw dan vita semakin meningkat layaknya pdkt anak remaja pada umumnya.



Siang ini, gw duduk diteras rumah, menunggu waktu pulang anak SMP. Rumah Vita agak jauh dari sekolah, dan kebetulan jika vita berangkat/pulang sekolah, pasti lewat depan rumah gw.
Dikampung gw hanya satu jalur jalan raya, ga seperti di kota banyak jalurnya.

Brrrmmmm bbrrrrmmm brrrrrmmmm (suara motor lewat)
Anak SMP yang bersepeda motor sudah lewat. Beberapa menit berikutnya disusul anak SMP yang menggunakan sepeda. Gw amati satu persatu. Note : yang cowo ngga gw amati.

Satu persatu mereka melintas di depan rumah gw.



Beberapa menit berikutnya, 2 sepeda melintas, 2 wanita berseragam putih biru mengayuh sepedanya masing-masing dengan pelan. Mata gw fokus menatap salah satu wanita, Vita. Mungkin ada kontak batin, dia juga menatap ke arah gw.

Kami bertatapan 10 detik, lalu gw mengeluarkan senyum termanis yang gw miliki. Vita kemudian mengikuti yang gw lakukan, Vita senyum ke gw. Namun vita kembali berbicara dengan teman disebelahnya kemudian berlalu.

Satu senyum = satu cinta? Hmmm mari kita buktikan teori ini. *Teori gundulmu*

Malam ketiga sejak missed call gw ke Vita, dan siang tadi saat sebuah senyum gw yang dibalas senyum juga oleh Vita, gw berniat menyatakan perasaan gw ke Vita.