Quote:
BAB 3 PART 13
Sesampainya di stasiun Kawaramachi, gw bangunkan Keiko.
"Keiko, bangun. Sudah sampai,’ gw menepuk-nepuk pahanya.
Keiko terbangun. Kami pun keluar dari kereta, dan mulai berjalan keluar stasiun, menuju apartemen.
"Rangga-san, kita tidur disini aja, ya,’ katanya tiba-tiba, lalu duduk di sebuah kursi.
"Heh? Jangan bercanda. Sebentar lagi kita sampai apartemen. Ayo,’ gw membujuk Keiko yang masih duduk di kursi. Gw lihat matanya sudah terpejam.
"Aku ngantuk. Pusing,’ kata Keiko.
"Terus gimana dong?’ gw bingung.
"Aku tidur disini aja. Selamat tidur...,’ kata dia.
"Hei! Tunggu, jangan tidur disini!’ seru gw.
Suasana di stasiun sudah sepi. Hanya sesekali ada beberapa orang lewat.
Gimana nih, masa gw harus ikutan tidur disini? Lagian masa gw biarin Keiko tidur disini juga?
Gw pun berjongkok di depan Keiko.
"Ayo, pulang,’ kata gw sambil menepuk bahu gw.
"Apa?’ tanya Keiko.
"Aku gendong. Ayo,’ jawab gw.
"Tapi...,’
"Udah ayo. Masa mau tidur disini? Gak mungkin, kan?’ seru gw.
Lama tak ada jawaban dari Keiko.
"Oi! Ayo cepet. Udah malem, nih,’ seru gw.
Beruntung Keiko masih mau mendengarkan gw. Dia pun melingkarkan tangannya dari belakang ke leher gw.
Gw pun mulai berdiri, dan menggendongnya.
Gw berjalan perlahan-lahan supaya Keiko tidak terjatuh.
Nafas keiko terdengar di belakang gw, sesekali nafas hangatnya berhembus menyentuh tengkuk gw.
"Rangga-san,’ Keiko mulai berbicara setelah hampir setengah jalan menuju apartemen.
"Apa?’
"Maaf ya,’
"Minta maaf untuk apa?’
"Selalu ngerepotin kamu,’
"kamu gak terbiasa minum, ya?’ tebak gw.
"Iya,’ katanya.
"Terus kenapa tadi kamu minum?’
"Di kepalaku lagi banyak pikiran. Jadi aku minum,’
"O gitu. Emang mikirin apa?’ tanya gw.
"Kamu mau tau?’
"Mmmm...mungkin,’
"Jawaban apaan tuh. Padahal aku lagi nanya serius,’ Keiko menjawab sewot.
"Iya iya. Terus, kamu emang lagi mikirin apa?’
"Nanti aku ceritain. Sekarang aku ngantuk. Selamat tidur...,’ ujar Keiko.
Gw menghela napas.
Gw pun melanjutkan berjalan hingga ke apartemen.
Sampai di apartemen, kami pun naik lift.
"Keiko, kamu gak turun?’ kata gw ke Keiko yang masih gw gendong.
Gak ada jawaban dari Keiko. Gw dengar suara nafasnya teratur dan ringan. Sepertinya dia memang sedang tidur.
Gw pun naik lift sambil masih menggendong Keiko. Untung saja kami tidak berpapasan dengan orang lain di apartemen.
Sesampainya di depan kamar Keiko, gw mencoba membangunkan Keiko.
"Keiko, bangun. Kunci kamar kamu mana?’ tanya gw.
Keiko yang masih tertidur di punggung gw hanya mengeluarkan suara erangan ringan, lalu gw mendengar suara nafasnya yang teratur lagi.
Gimana nih? Kayaknya Keiko gak bisa dibangunkan.
Akhirnya mau gak mau gw pun langsung membawa Keiko ke kamar Seichi. Gw masuk ke kamar Seichi, lalu menurunkan Keiko dan menyandarkan dia di salah satu dinding ruangan.
Gw siapkan futon, lalu gw gendong lagi Keiko, membaringkannya di atas futon. Keiko pun berbaring di futon tanpa terbangun.
Hahh... akhirnya selesai juga.
Gw lihat wajah Keiko yang sedang tertidur. Wajahnya tenang dan polos. Tanpa sadar gw tersenyum melihat wajah Keiko yang sedang tidur ini.
Gw selimutin Keiko. Lalu gw redupkan cahaya lampu.
Gw beristirahat dengan duduk bersandar dekat pintu kaca geser. Gw lihat keluar, langit malam terlihat seperti cat hitam yang ditumpahkan. Tidak ada bulan, tidak ada bintang.
Setelah beberapa saat gw istirahat, gw pun beranjak dari duduk gw, pergi menuju kamar mandi. Gw mandi, solat, dan bersiap untuk tidur.
Futon di kamar Seichi hanya ada satu, yang baru aja dipake Keiko. Tapi untungnya masih ada bantal dan selimut di lemari pakaian. Gw pun memakai itu untuk tidur.
Walaupun tanpa futon, tapi karena seluruh ruangan dialasi karpet, gw masih tertolong, suhu udara di kamar jadi tidak terlalu dingin.
Gw pun bersiap untuk tidur. Gw baringkan tubuh gw.
Posisi tidur gw berdampingan dengan Keiko, tapi sedikit berjarak.
Gw menoleh ke arah Keiko. Wajahnya masih tenang. Nafasnya ringan dan teratur.
Hari ini hari yang melelahkan. Dan tidak perlu waktu lama untuk gw terlelap, hanya beberapa menit gw pejamkan mata, gw pun sudah hanyut dalam tidur gw.
VERSI TERJEMAHAN BAHASA JEPANG
Quote:
BAB 3 PART 13
Sesampainya di stasiun Kawaramachi, gw bangunkan Keiko.
"Keiko-chan, mou tsuita yo,"
"Keiko, bangun. Sudah sampai,"gw menepuk-nepuk pahanya.
Keiko terbangun. Kami pun keluar dari kereta, dan mulai berjalan keluar stasiun, menuju apartemen.
"Rangga-san, koko ni neyou,"
"Rangga-san, kita tidur disini aja, ya," katanya tiba-tiba, lalu duduk di sebuah kursi.
"He? Joudan ja nai yo. Mou sugu apaato ni tsuku kara. Ikou,"
"Hah? Jangan bercanda. Sebentar lagi kita sampai apartemen. Ayo," gw membujuk Keiko yang masih duduk di kursi. Gw lihat matanya sudah terpejam.
"Nemui yo. Atama itai,"
"Aku ngantuk. Pusing," kata Keiko.
"Ja, dou suru?"
"Terus gimana dong?" gw bingung.
"Atashi wa koko ni neru. Oyasumi...,"
"Aku tidur disini aja. Selamat tidur...," kata dia.
"Oi! Chotto! Koko ni neru na yo!"
"Hei! Tunggu, jangan tidur disini!" seru gw.
Suasana di stasiun sudah sepi. Hanya sesekali ada beberapa orang lewat.
Gimana nih, masa gw harus ikutan tidur disini? Lagian masa gw biarin Keiko tidur disini juga?
Gw pun berjongkok di depan Keiko.
"Kaerou"
"Ayo, pulang," kata gw sambil menepuk bahu gw.
"Nani?"
"Apa?" tanya Keiko.
"Onbu suru yo,"
"Aku gendong. Ayo," jawab gw.
"Demo...,"
"Tapi...,"
"ii kara. Koko ni neru tsumori ka? Arienai darou!"
"Udah ayo. Masa mau tidur disini? Gak mungkin, kan?" seru gw.
Lama tak ada jawaban dari Keiko.
"Oi! Hayaku! Mou konna jikan da yo,"
"Oi! Ayo cepet. Udah malem, nih," seru gw.
Beruntung Keiko masih mau mendengarkan gw. Dia pun melingkarkan tangannya dari belakang ke leher gw.
Gw pun mulai berdiri, dan menggendongnya.
Gw berjalan perlahan-lahan supaya Keiko tidak terjatuh.
Nafas keiko terdengar di belakang gw, sesekali nafas hangatnya berhembus menyentuh tengkuk gw.
"Rangga-san,"
"Rangga-san," Keiko mulai berbicara setelah hampir setengah
jalan menuju apartemen.
"Nani?"
"Apa?"
"Gomen,"
"Maaf ya,"
"Nande ayamaru no?"
"Minta maaf untuk apa?"
"Itsumo meiwaku shitete,"
"Selalu ngerepotin kamu,"
"Keiko-chan wa sake wo nomu no wa metta ni nai ne?"
"kamu gak terbiasa minum, ya?" tebak gw.
"Un,"
"Iya," katanya.
"Nande saki wa nonjatta no?"
"Terus kenapa tadi kamu minum?"
"Atama ni ippai ippai nan de, nonjatta no,"
"Di kepalaku lagi banyak pikiran. Jadi aku minum,"
"Sou ka. Nani wo kangateru?"
"O gitu. Emang mikirin apa?" tanya gw.
"Shiritai no?"
"Kamu mau tau?"
"Un, tabun ne,"
"Mmmm mungkin...,"
"Nan no kotae da, sore. Sekkaku kiiteru no ni,"
"Jawaban apaan tuh. Padahal aku lagi nanya serius," Keiko menjawab sewot.
"Hai hai. De, nani wo kangaeteru no?"
"Iya iya. Terus, kamu emang lagi mikirin apa?"
"Ato de hanasu kara. Ima wa neru. Oyasumi...,"
"Nanti aku ceritain. Sekarang aku ngantuk. Selamat tidur...," ujar Keiko.
Gw menghela napas.
Gw pun melanjutkan berjalan hingga ke apartemen.
Sampai di apartemen, kami pun naik lift.
"Keiko-chan, orinai no?"
"Keiko, kamu gak turun?" kata gw ke Keiko yang masih gw gendong.
Gak ada jawaban dari Keiko. Gw dengar suara nafasnya teratur dan ringan. Sepertinya dia memang sedang tidur.
Gw pun naik lift sambil masih menggendong Keiko. Untung saja kami tidak berpapasan dengan orang lain di apartemen.
Sesampainya di depan kamar Keiko, gw mencoba membangunkan Keiko.
"Keiko-chan, okite. Kagi wa?"
"Keiko, bangun. Kunci kamar kamu mana?" tanya gw.
Keiko yang masih tertidur di punggung gw hanya mengeluarkan suara erangan ringan, lalu gw mendengar suara nafasnya yang teratur lagi.
Gimana nih? Kayaknya Keiko gak bisa dibangunkan.
Akhirnya mau gak mau gw pun langsung membawa Keiko ke kamar Seichi. Gw masuk ke kamar Seichi, lalu menurunkan Keiko dan menyandarkan dia di salah satu dinding ruangan.
Gw siapkan futon, lalu gw gendong lagi Keiko, membaringkannya di atas futon. Keiko pun berbaring di futon tanpa terbangun.
Hahh... akhirnya selesai juga.
Gw lihat wajah Keiko yang sedang tertidur. Wajahnya tenang dan polos. Tanpa sadar gw tersenyum melihat wajah Keiko yang sedang tidur ini.
Gw selimutin Keiko. Lalu gw redupkan cahaya lampu.
Gw beristirahat dengan duduk bersandar dekat pintu kaca geser. Gw lihat keluar, langit malam terlihat seperti cat hitam yang ditumpahkan. Tidak ada bulan, tidak ada bintang.
Setelah beberapa saat gw istirahat, gw pun beranjak dari duduk gw, pergi menuju kamar mandi. Gw mandi, solat, dan bersiap untuk tidur.
Futon di kamar Seichi hanya ada satu, yang baru aja dipake Keiko. Tapi untungnya masih ada bantal dan selimut cadangan di lemari pakaian. Gw pun memakai itu untuk tidur.
Walaupun tanpa futon, tapi karena seluruh ruangan dialasi karpet, gw masih tertolong, suhu udara di kamar jadi tidak terlalu dingin.
Gw pun bersiap untuk tidur. Gw baringkan tubuh gw.
Posisi tidur gw berdampingan dengan Keiko, tapi sedikit berjarak.
Gw menoleh ke arah Keiko. Wajahnya masih tenang. Nafasnya ringan dan teratur.
Hari ini hari yang melelahkan. Dan tidak perlu waktu lama untuk gw terlelap, hanya beberapa menit gw pejamkan mata, gw pun sudah hanyut dalam tidur gw.