- Beranda
- Stories from the Heart
[Fiction] Two Seat Person
...
TS
hidekimotosuwa
[Fiction] Two Seat Person
Pending dulu, ada keperluan sama Editor 
Chapter 2 : Fate Encounter
Chapter 3 : Truth
Chapter 4 : Miwa
Chapter 5 : Leading Steps
Chapter 6 : Empty Resolution
Chapter 7 : Empty Resolution 2
Chapter 8 : Empty Resolution 3
Chapter 9 : Reach
Chapter 10 : Fortune
Chapter 11 : Remake
Pohon menggugurkan daunnya menandakan bahwa musim semi telah datang, Angin berhembus membawa guguran daun yang terlepas dari pohonnya. Banyak anak anak bermain ditaman dekat rumahku ini. Semuanya biasa saja tetapi ini musim semiku!
Ya! Aku bertemu dengan gadis berambut putih
Aku menatap matanya yang biru indah, seakan aku melihat birunya laut.
Dia menghampiriku, Tidak salah? Takdir? aku gugup
"Kenapa kau duduk di tempat favoritku?"
"Hanya duduk disini untuk minum"
"Oh begitu?"
Aku terdiam, perkenalan yang sangat aneh, padahal aku hanya duduk.
Dia kemudian duduk di kursi panjang ini, ada jarak diantara kita. Aku tidak pernah mengenal orang ini tetapi dia duduk di sampingku. Aneh
"Aku pikir hanya aku yang suka memandangi taman dari posisi itu, haha . Namaku Mashiro salam kenal"
"Namaku Ara"
"Bahagia ya? rasanya melihat anak bermain main, tertawa"
"Hm"
Kami terdiam sesaat kemudian aku berdiri, untuk menghidari percakapan canggung ini aku mencari alasan dengan membuang sampah dan pergi. Aku berjalan meninggalkannya, mungkin ada harapan dia akan memanggilku? tidak mungkin. Aku melirik kebelakang sambil berjalan, dia hanya tersenyum kedepan. Senyuman itu membuat hatiku damai, seperti tidak ada rasa cemas atau khawatir.

Quote:
Index
Chapter 1 : SorrowChapter 2 : Fate Encounter
Chapter 3 : Truth
Chapter 4 : Miwa
Chapter 5 : Leading Steps
Chapter 6 : Empty Resolution
Chapter 7 : Empty Resolution 2
Chapter 8 : Empty Resolution 3
Chapter 9 : Reach
Chapter 10 : Fortune
Chapter 11 : Remake
Two Seat Person
Spoiler for Prologue:
Pohon menggugurkan daunnya menandakan bahwa musim semi telah datang, Angin berhembus membawa guguran daun yang terlepas dari pohonnya. Banyak anak anak bermain ditaman dekat rumahku ini. Semuanya biasa saja tetapi ini musim semiku!
Ya! Aku bertemu dengan gadis berambut putih
Aku menatap matanya yang biru indah, seakan aku melihat birunya laut.
Dia menghampiriku, Tidak salah? Takdir? aku gugup
"Kenapa kau duduk di tempat favoritku?"
"Hanya duduk disini untuk minum"
"Oh begitu?"
Aku terdiam, perkenalan yang sangat aneh, padahal aku hanya duduk.
Dia kemudian duduk di kursi panjang ini, ada jarak diantara kita. Aku tidak pernah mengenal orang ini tetapi dia duduk di sampingku. Aneh
"Aku pikir hanya aku yang suka memandangi taman dari posisi itu, haha . Namaku Mashiro salam kenal"
"Namaku Ara"
"Bahagia ya? rasanya melihat anak bermain main, tertawa"
"Hm"
Kami terdiam sesaat kemudian aku berdiri, untuk menghidari percakapan canggung ini aku mencari alasan dengan membuang sampah dan pergi. Aku berjalan meninggalkannya, mungkin ada harapan dia akan memanggilku? tidak mungkin. Aku melirik kebelakang sambil berjalan, dia hanya tersenyum kedepan. Senyuman itu membuat hatiku damai, seperti tidak ada rasa cemas atau khawatir.
Diubah oleh hidekimotosuwa 02-01-2016 08:40
anasabila memberi reputasi
1
3.1K
Kutip
30
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
hidekimotosuwa
#1
Spoiler for Chapter 1 : Sorrow:
Jam 06.30 pagi, waktunya pergi ke sekolah. Aku merasa malas untuk datang sebenarnya, aku malu. Mungkin Evy sudah menyebarkan ke seluruh kelas bahwa aku telah mengungkapkan perasaanku padanya kemarin, dan jelas di tolak. Ya mungkin 2 tahun untuk mengagumi seseorang dari belakang saja tidak cukup, tapi waktu tetap berjalan, pasti.
Aku sempat curi curi pandang ke Evy yang berada di belakang, ketika mata kami saling bertemu dia hanya menunduk atau membuang jauh pandangannya. Jam istirahat datang, aku memintanya untuk berbicara di luar kelas. Dia menolak, tidak ingin berbicara padaku, kenapa? Padahal sebelum aku mengungkapkan perasaanku kami dekat sekali. Tapi sebagai teman
“Aku tidak bisa, untuk seorang kekasih aku tidak bisa!”
“Kenapa? Padahal aku sudah berharap kita bisa lebih”
“Aku tidak menyukaimu”
Kata itu masih teringat, sembari dia meninggalkanku berlari. Aku ingin memlikinya, aku berharap lebih dari sekedar teman. Tapi ungkapanku membuat hubungan kami menjadi hancur, bahkan aku sudah mencoba mengajaknya ngobrol atau pesan singkat dari handphone. Tetap dia menghiraukanku.
Pesan singkat :”Aku minta maaf”
Aku berpikir untuk mengirim ini ke Evy, tapi apa dengan itu mungkin kita akan berteman kembali? Tidak. Lebih baik menghapus, tidak mengajaknya bicara lagi, dan mungkin dia sudah tidak mau mengenalku lagi. Sekarang aku mengerti, mengungkapkan perasaan seperti menembakan panah, tidak dapat di cabut. Kalaupun bisa mungkin tetap akan meninggalkan bekas panah. Mungkin jika datang waktu kembali, aku tidak pernah melepaskan panah ‘perasaan’ ini. Entah aku menyesalinya sekarang
“Memang tempat ini membuatku tenang”
Aku bergumam, memang benar kalo duduk dikursi taman ini membuat tenang sambil melihat anak anak tertawa bermain
“Benarkan?”
“Mashiro?”
Dia tersenyum, seperti berkata “Tenanglah”.
Aku terkejut dia datang entah dari mana tiba tiba
“Mau teh?”
Aku membawa dua minuman, yang sebenarnya ingin kuberikan ke Evy untuk alasan berbicara dengannya. Mungkin ini juga menghilangkan jarak diam yang terlalu lama, aku juga tidak terlalu bisa membuat topic ketika berbicara dengan orang yang aku baru kenal
Spoiler for Chapter 2 : Fate Encounter:
“Jadi aku dengar kamu di tolak Evy, kasiannya”
“Cih”
“Haha maaf, aku tidak menyangka dia bakal menolak”
Ini dia, Fran. Teman baikku yang mendorong aku untuk mengatakan perasaanku kepada Evy. Dia selalu bilang “kalian couple yang cocok, selalu berdua kemana mana. Bikin iri deh” atau “kalau emang mau, kenapa engga di tembak aja ? Pasti diterima deh”. Kata ini pasti akan membuat seseorang merasa percaya diri, tidak percaya ? ya buktinya aku korbannya. Tapi tidak semulus yang di harapakan
“Kenapa ya kok di tolak? Padahal kalian sudah terkenal sebagai couple yang serasi”
“Entahlah, mungkin persahabatan dan cinta hal yang berbeda. Seperti dipisahkan oleh tembok yang tidak akan bisa ditembus”
“Mungkin dia menyukai orang lain?”
“Entahlah”
Bel berbunyi, siswa duduk di tempatnya dan pelajaran dimulai. Aku sempat melirik kebelakang, entah mengapa aku tidak melihat Evy tetapi mejanya dipakai oleh siswa lain. Memang dikelas kami tidak ada peraturan duduk, siswa bisa duduk semaunya selama kursi itu kosong. Aku melihat lihat lagi, Evy tidak masuk? Ah apa urusanku?
“Kita buka halaman 24, bab 3”
Guru menulis, sepertinya kita akan mempelajari alogaritma.
“Maaf pak saya telat”
Evy masuk, nafasnya sangat pendek. Dia berlari, pasti kesiangan lagi seperti dulu. Tunggu, Bukannya kejadian ini seperti awal aku mengenalnya?. Setelah Evy berbicara dengan guru dan membawa surat pernyataan bahwa dia telat. Dia melirik mencari kursi kosong, kenapa dia menatapku?
“Silahkan duduk Evy, saya harap anda tidak telat lagi”
Wah pasti dia akan duduk disampingku, seperti awal kita bertemu. Dengan 32 siswa yang bermejakan 16 meja, mana mungkin ada kursi yang kosong selain disampingku. Dia pun duduk, aura canggung muncul
Hingga pelajaran ke-6, aku tetap diam. Aku tidak tau mau berbicara apa padanya, dia juga sepertinya tidak ingin berbicara padaku. Seperti ada aura yang mengatakan “jangan berbicara padaku”. Tapi aku setidaknya harus tetap meminta maaf kepadanya. Walaupun aku tau tidak akan ada perubahan pada hubungan kami. ‘Aku minta maaf’ aku menulisnya ketika istirahat siang, dan memasukannya ke dalam tas Evy. Memang seperti pengecut, tapi ini lebih baik kan? Aku sudah mencoba untuk berbicara langsung padanya tetapi dia menolakku, lebih baik seperti ini.
Diubah oleh hidekimotosuwa 20-10-2015 11:07
0
Kutip
Balas