- Beranda
- The Lounge
TNI MENOLAK BELI F-16 VIPER.AMERIKA KESAL DI KALAHKAN SUKHOI RUSIA
...
TS
xonet
TNI MENOLAK BELI F-16 VIPER.AMERIKA KESAL DI KALAHKAN SUKHOI RUSIA



[/CENTER]
Quote:
Deal!, Indonesia akan menjadi negara kedua yang memiliki Sukhoi 35
Pemerintah Indonesia akhirnya memutuskan membeli satu skuadron/16 pesawat tempur buatan Rusia, Sukhoi Su-35 kompliet dengan persenjataannya. Pesawat tempur generasi kelima itu akan menggantikan pesawat F-5 yang dinilai sudah tidak layak terbang.
Indonesia akan menjadi negara kedua setelah Rusia yang akan mengoperasikan pesawat berjuluk Flying Tank Fighter. Dengan memiliki jet tempur generasi 5 di Arsenal, TNI akan menjadi yang paling kuat di udara ASEAN.
Singapura dan Australia sudah mengantisipasi kedatangan Su35 dengan memesan F35.
Tapi Su35 memiliki keunggulan manuver dan daya radar yang lebih jauh, sehingga memungkinkan untuk melihat lebih dulu keberadaan F35 sebelum pesawat tersebut melihat Su35.
Salah satu poin terpenting adalah adanya kesepakatan ToT dari Rusia, yang memberi kemungkinan pada PT.DI untuk mengembangkan IFX bila kerjasama dengan korea selatan tiba-tiba diputus, mengingat parlemen korsel masih mempertanyakan program tersebut.
LINK
Quote:
Dirayu AS, TNI AU tak akan berpaling dari Sukhoi Su-35
Jumat, 9 Oktober 2015 12:46
Merdeka.com - Beberapa hari lalu, produsen pesawat terbang asal Amerika Serikat, Lockheed Martin secara khusus datang ke Indonesia untuk memamerkan jet tempur F-16 varian terbaru. Tanpa sungkan, mereka berharap Kementerian Pertahanan dan TNI Angkatan Udara berpaling dari Sukhoi dan membeli F-16 Viper.
Meski demikian, TNI Angkatan Udara menyatakan tak akan menghentikan rencana pembelian pesawat Su-35 dari pabrikan Rusia, Sukhoi. TNI AU beralasan, jet tempur Su-29 dan Su-30 yang sudah dimiliki adalah faktor yang membuat mereka tak mau berpaling ke produk lainnya.
"Enggak, plan (rencana) sudah Sukhoi. Mungkin alasannya apa, banyak alasan. Tapi yang pertama adalah kesinambungan dalam pemeliharaan. Sebelumnya sudah ada Su-29/30 jadi dengan punya Su-35 kan sistem berlanjut," papar Kadispenau Marsekal Pertama Dwi Badarmanto saat dihubungi merdeka.com, Jumat (9/10).
Menurutnya, Sukhoi memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan jet tempur buatan negara-negara lainnya. Salah satunya adalah sistem persenjataan yang terpasang pada Sukhoi.
"Pada Sukhoi, sistem senjata lebih comfort (nyaman), lebih baik dibandingkan dengan yang lain. Jadi, kami lebih memilih Sukhoi," tegas dia.
Di sisi lain, TNI AU pembelian Su-35 tersebut membuat perawatan terhadap jet tempur lainnya relatif lebih mudah. Sebab, pengadaan suku cadang dan cara merawatnya dinilainya tidak jauh berbeda.
"Tapi kalau kebijakan pemerintah lain (melirik F-16, red) kami enggak tahu, tapi TNI AU sebagai pengguna tetap pilih Sukhoi 35," tutupnya.
Quote:
Spesifikasi Sukhoi Terbaru, Su-35s yang Sedang Ditawarkan Rusia Pada TNI

specification of sukhoi su-35Technical Spec of Sukhoi Su-35s
Kedigdayaan Su 27 Flanker akhirnya disempurnakan melalui kehadiran varian generasi 4++ nya, Sukhoi SU-35S yang mendapat julukan Super Flanker. Su-35S ini baru saja memasuki masa operasional di Angkatan Udara Rusia namun beberapa Negara sahabat Rusia sudah kepincut untuk segera memilikinya juga.
SU-35S bisa dikatakan sebagai Jet Tempur Rusia paling canggih yang sudah Full Operasional, kemunculannya seolah mengisi kekosongan sekaligus penjembatan utama menuju generasi ke 5 yang masih dalam tahap uji coba yakni Sukhoi T-50 PAKFA (Perspektivny Aviatsionny Kompleks Frontovoy Aviatsii/Prospective Airborne Complex of Frontline Aviation).
Di Masa mendatang Sukhoi SU-35S bersama T50 PAKFA bisa menjadi tandem yang menggetarkan kekuatan udara lawan, T50 sendiri direncanakan memasuki masa dinas pada tahun 2016 nanti. Karena merupakan pesawat generasi 4++ tentu saja kemampuam SU-35S secara teknikal berada diatas pesawat generasi 4 seperti Rafale, F18, F16, Eurofighter Tyyphon, Grippen NG, dll
sukhoi radar su35_01Kemampuan radar su-35s


Super Flanker juga memiliki keistimewaan lain yakni SU-35S tak mudah untuk di endus radar lawan, meski SU-35S bukan pesawat siluman atau stealth seutuhnya layaknya generasi ke 5 seperti F22 Raptor atau F35 Lightning II. Jangkauan radar milik Super Flanker yang 2 lebih jauh ketimbang pesawat2 generasi 4 atau 4+ memungkinkan SU-35S melakukan aksi First Look-First Shoot-First Kill ,sebelum pilot lawan melihat super flanker, pilot SU-35S bisa lebih dulu menjatuhkan pesawat lawan tersebut.
Di sector mesin milik Su-35S jauh lebih bertenaga, mesin ganda 117S sangat superior dan irit setrum ketimbang Jet tempur lain, F16 misalnya. Berkat mesin yang dirancang NPO Saturn Research and Production Association, Daya Jelajah Super Flanker menjadi luar biasa jauh, bisa jadi menjadi yang terbesar dikelasnya. Sistem Avionik dan persenjataannya pun sudah ditanam dengan teknologi terkini, dibagian cockpit termpang 2 layar besar sebagai HUD utama layaknya generasi 5 SukhoiT50 PAKFA.
Cockpit sukhoi su-35


Spesifikasi Sukhoi SU-35S Super Flanker :
Awak : 1-2 Orang
Berat Maks. lepas landas : 34.500 Kg
Kecepatan Maksimum : mach 2,25
Daya Jelajah : 3.600 km
Ketinggian Maksimum : 18 Ribu Meter
Perancang : Tim Desain Sukhoi berdasarkan SU-27
Terbang Perdana : 1988
Produksi Perdana : 1995 (proses produksi kemudian dibekukan pada 1990-an akhir)
Pengembangan : Modernisasi SU-35 menjadi SU-35S ,diproduksi ulang pada 2006
Terbang Perdana SU-35S : 2008
Operator : AU Rusia telah memesan 48 unit hingga 2015
Muatan : Hingga 8 Ton
Senjata : Kanon Internal 30 mm, Misil Udara ke Udara (AAM), Udara ke Permukaan (SAM).
Keunggulan SU-35S :
•Pesawat Multiperan dengan kemampuan maneuver tinggi
•Memiliki Sistem Avionik dan Elektronik paling canggih
•Jangkauan Radar lebih jauh dengan pengenalan multitarget
•Mesin Ganda 117S dengan system Vectoring
•Sulit Diendus Radar (Semi Stealth)
•Mampu menembakkan rudal secara rearward-firing (menembak ke belakang)
Kelemahan SU-35S :
•Harga beli dan biaya Operasional yang tidak murah
dua ilustrasi manuver mematikan Su-35s






Implikasi kepemilikan SU-35S bagi Indonesia (TNI AU)
Kemunculan sukhoi SU-35S kemungkinan memang telah mendapat perhatian dari Kementrian Pertahanan dan Angkatan Udara, di masa mendatang pembelian SU-35S bakal menjadi sebuah counter-attack bagi 2 negara tetangga Singapura dan Australia yang akan membeli jet tempur generasi ke 5 F35 Lightning II.
Jika salah satu Negara Asia Tenggara berhasil memiliki Super Flanker akan terjadi efek ketidakseimbangan kekuatan udara yang akan makin memanaskan gejolak perlombaan senjata dikawasan (Arm Race). Katakanlah TNI AU sekarang berminat membeli 1 skuadron Su-35S, berita ini otomatis segera menyebar dan menjadi buah bibir bagi kalangan militer di kawasan, terutama Negara tetangga Indonesia, Malaysia-Singapura-Australia.
Berita pembelian Su 35S TNI AU bisa jadi efek deterens bagi ketiga Negara tetangga ini sehingga memaksa para petinggi militernya melakukan analisis dan kajian tentang kemampuan TNI AU dengan adanya SU-35S dalam arsenal persenjataanya.
SU-35s saat ini menjadi kandidat terkuat untuk menggantikan F5, dengan dana melimpah dari penghapusan subsidi BBM dan pihak Rusia yang sudah memberi lampu hijau oke, hanya masalah ToT saja yang belum disepakati.

Varian Su-35 :
•Su-35
Pesawat tempur dengan satu tempat duduk.
•Su-35UB
Pesawat tempur dan pesawat latih dengan dua tempat duduk. Berfiturkan penstabil vertikal yang lebih tinggi dan sebuah fuselage tambahan yang sama dengan Sukhoi Su-30.
•Su-35BM
Pesawat tempur bertempat duduk tunggal dengan avionik yang diperbarui dan aneka modifikasi badan pesawat. Su-35BM adalah nama tak-resmi.
•Su-35S
Su-35BM versi domestik Rusia.
•Su-35K
Su-35BM versi ekspor.
LINK
Quote:
Simulator Sukhoi SU 35

Baru-baru TNI AU telah menjatuhkan pilihannya kepada SU 35 sebagai pengganti F-5. Untuk mengoperasikan SU-35 secara optimum, tentunya diperlukan juga simulator yang didesain untuk pelatihan pilot tempur pesawat serbaguna Su-35. Berikut adalah informasi simulator tersebut. Pabrik “Sukhoi” berencana mendirikan fasilitas pelatihan. Ini mencakup simulator terintegrasi, kelas komputer pelatihan dan prosedural penerbangan pilot dan personil teknis, yang digabungkan menjadi satu kerangka informasi dan metodologis tunggal, yang akan memungkinkan untuk pelatihan pilot dan staf teknik dari yang sederhana sampai yang kompleks.

Kompleks simulator SU-35

Kabin kokpit dengan tampilan informatif tinggi mengurangi beban fungsional pada pilot.
Kelas simulator adalah pelatihan teori dengan unsur-unsur pengetahuan kontrol otomatis yang diproses dalam sebuah kompleks simulator prosedural, yang terdiri dari kabin/ kokpit, layar visualisasi, dan ruang kontrol/ instruktur, dimana dapat dipraktekkan hampir semua masalah.
Anda dapat menghubungkan hingga 16 simulator dalam sebuah jaringan, untuk pelatihan sekelompok pilot. Seiring waktu, akan mungkin untuk menggabungkan berbagai jenis simulator dalam sebuah kompleks tunggal pemodelan –keterampilan- lingkungan informasi. Di masa depan direncanakan untuk mengintegrasikan simulator dari pengembang Rusia lainnya.

Ruang kontrol/ instruktur
Simulator terintegrasi sengaja tidak dilengkapi dengan sistem gerak karena sistem itu hanya dapat mensimulasikan sebagian kecil dari berbagai tugas yang sangat membebani pilot, yang akan menumbuhkan keterampilan palsu. Simulator dapat melakukan hampir semua tugas yang sama seperti di pesawat, termasuk pengisian bahan bakar dan yang paling penting -praktek situasi darurat. Simulator ini bahkan melampaui pesawat karena mensimulasikan realitas situasi berbahaya, dan kadang-kadang mustahil. Dan ini adalah salah satu fitur kunci dari simulator.

Kabin kokpit dengan layar visualisasi

Pandangan dari kokpit
[/ENTER]Workplace pilot Su-35 di simulator terintegrasi adalah kabin tertutup berventilasi, di mana ada semua yang Anda butuhkan untuk melaksanakan misi tempur dengan nyaman.
[CENTER]

Kontrol utama adalah: tuas kontrol pesawat, tuas kontrol mesin dan pedal.

Alat informasi kolimator penerbangan dengan layar remote control, yang menampilkan informasi penerbangan, dua MFI-35 (multi-function display) 15”, remote backup system integrated devices (PSOE), display control multifungsi 4×5”, helmet-mounted display system dan voice messaging system.

Display control multifungsi 4x5 '' digunakan untuk mengkonfigurasi semua sistem pesawat , termasuk radar , penargetan dan peralatan navigasi, senjata , sistem perekaman video.
Kontrol traksi otomatis dan sistem kontrol otomatis memungkinkan tanpa pilot mempertahankan kecepatan yang diinginkan untuk setiap manuver dan dalam kondisi apapun atau sepenuhnya otomatis memimpin rute pesawat sesuai dengan rencana penerbangan. Dengan demikian masalah berkurang ke hanya implementasi pilot pada saat lepas landas dan mendarat, serta keputusan tentang penggunaan senjata .

Multifunction Display MFD- 35 15″
Monitor kiri – multifunction display MFD – 35 15 ” , dengan push- frame display pilot dapat membagi menjadi beberapa bagian dan menampilkan semua informasi yang diperlukan tentang tugas-tugas penerbangan, navigasi, senjata , dan kondisi teknis pesawat. Tips relevan ditampilkan pada layar di samping tombol bervariasi tergantung pada sifat dari layar informasi.

Kontrol menangani pesawat
1. Tombol off sistem kontrol otomatis ( ACS ) . Juga di bawah jari kelingking pilot, tuas untuk menonaktifkan sementara ACS : bergerak dengan autopilot , pilot menekan tuas dan secara manual melakukan manuver , kemudian ACS terus mengontrol pesawat dengan kecepatan baru .
2. Tombol empat modus untuk memilih mode tempur dan peralatan navigasi on-board CCD.
3. Tombol 3 – membawa ke cakrawala . Dalam kasus kehilangan orientasi dalam ruang , termasuk jika Anda merasa tidak sehat setelah overload , pilot dapat mengklik tombol ini untuk secara otomatis kembali ke gerakan pesawat dengan zero roll and pitch.
4. Tombol untuk menembakkan persenjataan kanon . Rudal-rudal diluncurkan oleh pemicu .
5. Tombol ” Maneuver – trajectory control ” mode pesawat ke superagility .
6. Joystick control marker untuk posisi kursor pada layar .
Bagaimana penerbangan ?. Skenario pertama instruktur adalah untuk melakukan latihan, taktis dan memberikan situasi meteorology di peta yang nyata di daerah tertentu, di darat dan di udara, dan lain-lain. Juga, instruktur dengan cepat dapat memasukkan pekerjaan pelatihan atau kegagalan dan kesalahan lain, mengendalikan aksi pilot.

Pada DLI (workplace instruktur) ada beberapa monitor.
Pada peta tiga dimensi menunjukkan pivot points, rotary waypoints untuk tujuan apapun. Pada monitor lain ia menonton aksi pilot, otoritas dan kontrol dan parameter penerbangan. Dalam monitor ketiga pandangan umum dari simulator dan lain-lain.

Pandangan umum instruktur dari simulator

Simulasi Pendaratan
Sumber dan kredit foto : http://fotografersha.livejournal.com...22.html#cutid1
Catatan:
Ini adalah “terjemahan bebas” bahasa Rusia, mohon maaf kalau tidak pas. Setidaknya foto-foto nya jelas dan bagus.
Tujuan tidak langsung dari simulator adalah mengurangi biaya penerbangan. Santer berita bahwa biaya penerbangan Flanker adalah Rp 400 juta per jam, yang dengan kurs $ sekarang kira-kira sama dengan $ 33,300. Dari beberapa sumber internet didapat info cost per flight hour (CPFH) sebagai berikut:
F-35A/B/C $ 21,000 – 31,000
Eurofighter $ 14,000 – 18,000
Rafale $ 16,500
F-18E/F $ 11,000 – 21,000
F-16 $ 7,000
Gripen $ 4,700
Su-30 MKI $ 12,000 – 14,000
SU-27 $ 20,000
Dengan demikian biaya penerbangan Flanker Rp 400 juta per jam (lebih besar dari F-35 ?). Patut dipertanyakan kebenarannya serta kriteria/ cara perhitungannya. (written by ANTONOV).


BERSAMBUNG KE HAL 844 : Menerawang Plus Minus Sukhoi Su-35 Super Flanker Untuk TNI AU
BERSAMBUNG KE HAL 803 = NEGARA2 PESAING SUKHOI
LINK
Diubah oleh xonet 14-10-2015 00:15
tien212700 memberi reputasi
1
192.1K
Kutip
1.2K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
1.3MThread•102.5KAnggota
Tampilkan semua post
TS
xonet
#802
Quote:
Rusia sorot pembelian SU-35, Indonesia bukan tandingan AU Australia
Minggu, 11 Oktober 2015 08:34
Merdeka.com - Upaya perusahaan penerbangan asal Amerika Serikat (AS), Lockheed Martin jauh-jauh datang ke tanah air untuk merayu pemerintah Indonesia membeli varian terbaru F-16 sirna sudah. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) menyatakan menolak dan tetap melanjutkan rencana pembelian Sukhoi Su-35 dari Rusia.
Padahal, Lockheed Martin menawarkan serangkaian keunggulan dan sangat menggiurkan. Mulai dari negara pertama yang mengoperasikan F-16 Viper, hingga biaya operasional terjangkau serta penggunaan teknologi terkini.
Meski tawaran menarik tersebut tak membuat TNI AU bergeming dari rencana semula. Korps dengan semboyan 'Swa Bhuwana Paksa' tetap menjalankan rencana awal, yakni membeli Sukhoi Su-35 buatan Rusia untuk menggantikan F-5 Tiger II yang mulai termakan usia.
Sikap Indonesia itu menarik perhatian media-media di Rusia. Mereka sampai mengulas alasan Indonesia yang memilih merapat ke Blok Timur dari pada kembali ke pelukan AS dan sekutunya.
Terpilihnya Su-35 sebagai armada pengganti F-5 Tiger II ini langsung menjadi pusat perhatian. Bahkan, Rusia sampai menganalisa sejumlah alasan yang membuat TNI AU memilih merapat ke Rusia dibandingkan kembali melirik jet tempur buatan AS.
Sejak 2013, lima jet tempur Su-27 dan 11 Su-30 telah memperkuat TNI AU, upaya untuk mendatangkannya dimulai sejak pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri. Padahal, di saat bersamaan, Indonesia juga masih mengoperasikan 12 pesawat F-16 Fighting Falcon yang dibeli pada 1990-an.
"Indonesia melirik pesawat Rusia untuk memenuhi kebutuhannya. Sebab, 12 F-16A/B dan 16 F-5E/F tak bisa dirawat akibat aksi embargo AS," tulis majalah Rusia, Russia Beyond The Headlines (RBTH).
Embargo ini dilakukan atas desakan Australia akibat bentrokan di Timor Timur pascajajak pendapat yang akhirnya melepas provinsi tersebut menjadi negara yang merdeka. Pemerintah AS mengamini permintaan tersebut dan menuding Indonesia telah melakukan pelanggaran HAM.
Untuk mengatasi embargo itu, Indonesia mendekat ke Rusia dan menandatangani kontrak kerja sama sebesar USD 192 juta lewat Rosoboronexport. Rencana pembelian makin dikuatkan lewat penandatangan perjanjian senilai USD 300 juta empat tahun setelahnya.
Di tahun yang sama, hubungan Jakarta dan Washington mulai membaik. Namun, kondisi ini tak membuat Indonesia mengalihkan perhatiannya untuk kembali mendatangkan jet tempur buatan AS.
"Tentunya itu bukan merefleksikan orientasi politik Indonesia. Pembelian itu benar-benar terjadi karena Indonesia tertarik dengan pesawat Sukhoi," ujar seorang pengamat hubungan internasional Martin Sieff.
Keuntungan lainnya, komponen yang dimiliki Su-35 juga bisa digunakan varian sebelumnya, yakni Su-27 dan Su-30 yang sudah dimiliki Indonesia sebelumnya. Apalagi secara performa, pesawat tersebut dapat bersaing ketat dengan F-22A Raptor buatan AS.
"Dengan kemampuan itu, ditambah kebijakan Rusia untuk menghindari kondisi politik yang mempengaruhi penjualan senjata, membuat Indonesia berpaling ke Rusia sebagai menyuplai senjata."
Kehadiran Su-35 ke Indonesia ini bisa mengubah peta kekuatan di kawasan Asia pasifik. Bahkan, diyakini mampu menandingi para penerbang F-18 Hornets Australia ketika berhadapan di udara.
"Kedatangan seri terbaru dari Su-27SK dan Su-30MK dari negara terbesar telah mengubah wajah, di mana F/A-18A/B/F sudah kalah kelas dari seluruh parameter performanya telah melebar," tulis Air Power Australia.
belagu sih, udah mahal, spare part susah, dikit2 embargo
Quote:
Negara-negara ini gigit jari saat Indonesia tetap pilih Sukhoi Su-35
Sabtu, 10 Oktober 2015 07:23
Merdeka.com - Rencana Indonesia untuk mengganti jet tempur F-5E/F Tiger II menarik perhatian sejumlah negara. Setidaknya, ada lima negara produsen pesawat mencoba merayu Kementerian Pertahanan dan TNI Angkatan Udara agar membeli produk mereka.
Demi mengeruk pundi-pundi rupiah, mereka tak segan mengerahkan seluruh kemampuan lobinya. Ada yang meminta bantuan duta besar, undang jurnalis ke markasnya hingga datang sendiri ke Indonesia untuk menguji pesawat buatannya.
"Enggak, plan (rencana) sudah Sukhoi," tegas Kadispenau Marsekal Pertama Dwi Badarmanto saat dihubungi merdeka.com, Jumat (9/10).
Bahkan, Amerika Serikat yang baru aktif menawarkan varian F-16 terbarunya tetap tak mampu membuat Indonesia berpaling. TNI Angkatan Udara berpegang pada rencana awal, yakni mendatangkan Su-35.
Alhasil, mereka pun gigit jari. Negara-negara mana saja itu? Berikut rangkumannya:
1.SAAB, Swedia


Merdeka.com - Perusahaan avionik asal Swedia ini paling getol mempromosikan jet tempur buatannya. Khusus untuk Indonesia, mereka menawarkan pesawat bermesin tunggal multiperan, JAS 39 Gripen buat dipakai TNI Angkatan Udara.
Agar dilirik, mereka tak segan mengundang sejumlah wartawan Indonesia untuk datang dan melihat langsung produk andalannya dari dekat. Sedikitnya, ada lima media yang diundang ke markas mereka di Stockholm, Swedia pada 11 Maret lalu.
Wakil Presiden Saab, Peter Carlqvist mengaku sudah mengetahui keinginan TNI Angkatan Udara yang lebih melirik Su-35. Namun, mereka tetap yakin bisa membuat Indonesia mengalihkan perhatian ke JAS 39 Gripen.
Demi memuaskan TNI Angkatan Udara selaku user, SAAB menawarkan sejumlah garansi kepada Indonesia jika membeli jet tempur buatannya. Paket itu diberi nama 'paket kekuatan udara lengkap'.
"Berlawanan dengan apa yang ditawarkan Sukhoi, kami menawarkan paket kekuatan udara lengkap, tidak hanya pesawat. Sukhoi hanya menawarkan pesawat," kata Carlqvist.
Paket terbaru yang ditawarkan Saab ini meliputi jet tempur JAS39 Gripen, sistem peringatan dini dan kendali udara (AEW&C) Erieye, sistem tautan data taktis (tactical data link) yang bisa diintegrasikan dengan aset tempur matra lain, ditambah pusat perawatan pesawat dan pusat operasi penerbangan taktis (operation tactical flight center) untuk para pilot.
2.Dassault Aviation, Prancis


Merdeka.com - Berbeda dengan SAAB yang memilih mengundang wartawan ke markasnya, Dassault Aviation justru memilih mendatangkan langsung pesawat andalannya di hadapan TNI Angkatan Udara. Kedua pesawat yang dibawa itu adalah milik Angkatan Udara Prancis (Arme de l'Air).
Pesawat jenis Squall ini diberi nama Dassault Rafale merupakan generasi ke-4,5. Kedua pesawat tersebut tiba di Halim Perdanakusuma, Jakarta pada 23 Maret lalu. Tak hanya itu, mereka juga membawa satu pesawat A-400.
Dua pesawat ini langsung dibawa ke Indonesia setelah mengikuti pameran dirgantara dua tahunan di Malaysia. Tak hanya pamer, mereka juga mempersilakan pilot-pilot TNI Angkatan udara untuk mencobanya sendiri.
"Kesan saya sebagai penerbang F5, setelah saya coba terbangkan Rafale, saya bandingkan dengan F5 jauh sekali lompatan teknologinya. Pesawat F5 kan rakitan tahun 80-an sementara Rafale ini generasi ke-4. Kalau F5 banyak analog Rafale ini digital, radarnya juga jauh lebih canggih," kata Mayor Penerbang Abdul Haris dari Skuadron Udara 14 wing 3 Lanud Iswahyudi, di Lanud Halim, Rabu (25/3).
Senda dengan Abdul, pilot pesawat tempur lainnya Mayor Agus Dwi Aryanto dari Skuadron udara 3 wing 3 Lanud Iswahyudi, mengagumi kecanggihan pesawat Rafale. Agus yang biasa menerbangkan pesawat F16 buatan Amerika mengaku performance Rafale sudah sebanding dengan pesawat buatan AS itu.
"Saya rasa ini generasinya selevel (dengan F16), secara performance mirip, memang ada keunggulan dan kelebihan masing-masing. Kalau mau dibandingkan dengan F16 performance sama," kata Agus.
3.Eurofighter, Inggris


Merdeka.com - Sama seperti dua perusahaan sebelumnya, perusahaan Eurofighter asal Inggris juga tak mau setengah-setengah menawarkan produknya kepada Indonesia. Bahkan, mereka mengerahkan empat duta besar dari Jerman, Inggris, Spanyol dan Italia dengan mendatangi langsung dan berusaha melobi Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.
Seperti yang dikutip dari siaran pers Eurofighter, Selasa (11/8/2015), keempat Duta Besar tersebut menyerahkan sepucuk surat formal berupa dukungan terhadap Eurofighter. Surat ini ditandatangani langsung oleh masing-masing Menteri Luar Negeri maupun Menteri Pertahanan di keempat negara yang mereka wakili.
Dalam surat dukungan itu menulis segala informasi terkait teknologi yang dipergunakan oleh Eurofighter. Tak hanya itu, perusahaan penerbangan juga berjanji akan memenuhi salah satu syarat yang diwajibkan pemerintah Indonesia, yakni Transfer Teknologi alias ToT.
Untuk memenuhi syarat tersebut, Eurofighter berjanji akan memindahkan pabrik mereka dari Inggris ke Bandung, sekaligus membuat perjanjian kerja sama jangka panjang dengan PT Dirgantara Indonesia dan Airbus Group.
"Ini adalah kombinasi operasional yang unik dan kapabilitas industri yang bisa memberikan pertumbuhan strategis terhadap sektor udara Indonesia," tulis siaran pers tersebut.
4.Lockheed Martin, Amerika Serikat

Merdeka.com - Akhir bulan lalu, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyatakan Indonesia akan membeli jet tempur Su-35 dari Rusia. Pengumuman tersebut sekaligus menutup rapat-rapat kerja keras yang dilakukan tiga produsen asal Eropa.
Tapi tidak bagi Amerika Serikat. Melalui perusahaan Lockheed Martin, mereka tetap mencoba mencari celah agar Indonesia berpaling dari Su-35 dan membeli varian F-16 terbaru, yakni F-16 Viper.
Hal itu mereka lakukan dengan mendatangkan langsung simulator F-16 Viper tersebut ke Indonesia. Bahkan, perusahaan ini juga mengundang seluruh jurnalis Indonesia untuk mencobanya sendiri.
Dalam sebuah jumpa pers, Duta Besar AS, Robert O Blake mengungkapkan keyakinan tersebut. Bahkan, dia menyebut varian ini bisa memenuhi program Presiden Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia sebagai kawasan maritim.
"Indonesia sudah punya tradisi panjang terbangkan F-16. Dan Viper adalah mode; terbaru yang ditawarkan Amerika Serikat kepada Indonesia," ujar Blake di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Rabu (7/10) kemarin.
Demi menuntaskan misinya, perusahaan ini rela mengurangi harganya agar lebih murah dari penawaran yang diberikan Sukhoi selaku produsen Su-35. Mereka juga menjamin ketersediaan suku cadang serta perawatan yang ramah kepada TNI Angkatan Udara selaku user.
"Sekarang mereka (Kemenhan) masih menimbang-nimbang Sukhoi, kami rasa mereka juga mempertimbangkan pesawat kami," ucap Direktur Bisnis Internasional Lockheed Martin, Robie Notestine dengan penuh keyakinan.
keputusan tepat.lebih baik beli produk rusia.ga cerewet, ga peduli produknya mau di pakai apa, di mana, buat siapa.kl amerika cerewet, orang sudah beli produk mereka kok tetap ikut campur produknya di pakai buat apa, di mana , buat siapa.sok pakai alasan ham n taik kucing.ujung2nya embargo spare part kalau ga mengikuti keinginan mereka.buat apa buang duit beli produk mereka.lagipula kualitas produk yg mereka jual buat negara lain pasti lebih rendah di banding yg mereka pakai sendiri.juga ada kemungkinan di dalam sistemnya di susupi penyadap /pelacak .
0
Kutip
Balas