Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

karnaufalAvatar border
TS
karnaufal
One More Hour








Cerita ini kupersembahkan untukmu.
Hanya untuk dirimu.


Much Love,

-B-


emoticon-Matahari
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 477 suara
Siapakah yang akan menjadi pasangan hidup Bayu?
Muthia
6%
Sita
28%
Alexy
54%
Wanita lain selain pilihan-pilihan di atas
12%
aeronyx
artups
syaikhal
syaikhal dan 64 lainnya memberi reputasi
61
1.6M
6.1K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Tampilkan semua post
karnaufalAvatar border
TS
karnaufal
#181
8.
An Overseas Story



Setelah menempuh perjalanan udara selama beberapa jam bersama Muthia, lalu pada sore hari yang cerah itu, akhirnya gue dapat kembali pulang menuju sebuah kamar kost di lantai dua sambil mengantongi nomor kontak Muthia beserta sejumlah uang yang cukup untuk membeli sebuah motor baru yang bergengsi tinggi dibandingkan dengan motor Nouvo butut gue.

Setelah menutup pintu pagar kost, gue langsung berbelok dan menaiki anak tangga secara perlahan. Lalu ketika gue mendongak ke atas, terlihatlah seorang lelembut penghuni kamar sebelah yang memakai jeans hot pants ketat serta kaos oblong putih polos yang kebesaran, dan dia sedang menatap gue sambil menyilangkan tangan di depan dadanya. "Elo punya utang sama gue Bay." Sita membuka suara ketika kami berdua telah berhadapan.

Gue berhenti menaiki anak tangga dan menaikkan alis. "Utang?"

"Yang pertama, elo berhutang minta maaf gara-gara elo pergi ga bilang-bilang sama gue. Terus yang ke dua..." Sita langsung memasang ekspresi sok jutek sambil mengulurkan tangannya yang putih. "Rendang telor pesenan gue mana?" Gue hanya bisa menatapnya sambil menahan tawa tanpa bisa berkata apa-apa. "Dan yang ke terakhir, elo harus cerita keseharian elo di sana bareng Lia."

Tawa gue pun meledak setelah mendengarnya berkata seperti itu. Sita sama sekali belum mengetahui bahwa gue pergi bersama Muthia. Gue tertawa dengan keras sambil berlalu menuju kamar kost tanpa menghiraukan Sita, yang tetap memanggil nama lengkap gue sambil menepuk-nepuk carrier pada punggung hingga berkali-kali.

***


Banyak sekali uluran tangan dari negara-negara sahabat yang memberikan bantuannya secara sukarela. Mereka semua mengirimkan berbagai bantuan kemanusian untuk para korban gempa terutama dalam hal makanan, obat, dan tenaga medis. Tidak lupa juga, organisasi-organisasi kemanusiaan internasional seperti ICRC, IFRC dan Mercy Corps pun berdatangan ke tempat ini beserta bantuannya masing-masing.

Namun sayangnya, gue dan Muthia ditempatkan di tempat yang terpisah. Muthia ditempatkan pada posko trauma center di salah satu tempat, sedangkan gue lebih sering bertugas di lapangan bersama seorang relawan asing yang bersal dari kesatuan Mercy Corps yang bernama Michael Myers.

Dikarenakan kami berdua berada di lokasi yang berbeda, intensitas pertemuan antara gue dan Muthia pun sangat berkurang drastis. Tetapi kami berdua mendapatkan sebuah penginapan pada satu tempat yang sama sehingga gue masih dapat memantau keadaan Muthia walaupun hanya di saat-saat tertentu saja.

Pada malam hari itu, setelah selesai menyantap makan malam yang ala kadarnya, gue berjalan-jalan di sekitar tenda untuk mencari ruangan terbuka untuk merokok. Lalu beberapa saat kemudian gue mendapati Michael yang sedang duduk bersandar pada bongkahan batu sambil mencatat pada buku kecil. Gue pun langsung mendekati Michael dan duduk berselonjor di sampingnya. "Hi Mike."

"Oh, it's you again!"Michael menyapa gue dan kemudian dia langsung menutup buku pada tangannya. "Today is a tough day, right?"

"Hahaha..." Gue terkekeh pelan dan menghela nafas panjang. "You are right Sir, today is a tough day." Lanjut gue. Setelah itu, gue mengeluarkan sebungkus rokok cupu dari saku baju dan menawarkannya kepada Michael.

"Marlboro huh?" Tanya Michael dan gue mengangguk. "Thank you, Mr. Bayu. But I have my own cigar." Michael menolak tawaran gue dengan halus lalu kemudian dia mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya.

"Wow. I rarely found Pall Mall here."

"So do you want to try this one?"
Kali ini, giliran Michael yang menawari gue.

Gue tersenyum dan menarik nafas sambil mengangkat kedua bahu. "Well, maybe I'll try." Dengan senyum yang mengembang pada bibirnya, Michael membuka tutup bungkus rokok tersebut dan mempersilakan gue untuk mengambilnya sendiri. "Thank you." Setelah gue mengambilnya, Michael juga ikut mengambil satu batang rokok tersebut dan menyalakannya lalu kami berdua pun larut dalam obrolan .

"Hey, I gotta tell you something."

Gue menghembuskan asap putih ke udara lalu menengok. "What is it?" Michael mengangkat telunjuknya dan dia langsung merogoh saku celana safari loreng-lorengnya lalu kemudian dia mengeluarkan sebuah buku. Setelah Michael membuka lembaran pertama, gue baru menyadari bahwa itu bukanlah sebuah buku, melainkan sebuah mini album miliknya.

"This is me." Michael menunjuk ke pada salah satu foto. Pada foto tersebut, terlihat Michael sedang berada di atas tangga di samping pohon, memegang sebuah alat seperti gergaji dan dia berpose dengan seringai yang lebar. "Climbing in ladder and cutting dead branches from trees." Lanjutnya. "It's kinda hard to keep your body balance 16 feet up on extension ladder and trying to smile like an idiot." Gue pun tertawa setelah mendengarnya.

"And look at this one." Lembar selanjutnya dibuka oleh Michael. Dia langsung menunjuk kepada sebuah foto pohon yang sangat besar sekali, dan kemudian dia juga menunjuk kepada sebuah foto serangga yang sebelumnya belum pernah gue temui. "This is my Ash Tree. And this, Emerald Ash Borer, is an introduced pest. Big one is a worry. It's killed millions of Ash Trees from New England to Iowa. This one is at risk. Insect will be in my area in two or four years likely."

"Yea, they do ugly things to the Ash Trees."
Ujar gue sambil tersenyum, lalu kemudian gue memandangi foto tersebut lekat-lekat dan gue baru menyadari bahwa halaman rumah Michael sangatlah indah sekali dengan berbagai pohon rindang yang mengelilinginya. "Your place looks like a park. Beautiful place by the way. Very nice."

Michael tersenyum, lalu kemudian dia menjawab. "Thank you. And anyway, have you ever try mixing honey roasted peanuts with candy corn? Tastes like you're eating caramel apple."

"Well Mike, I'm afraid I've never tried that..."


Belum sempat gue mendengarkan perkataan Michael yang selanjutnya, pandangan gue langsung teralih ketika ujung mata gue melihat seorang Muthia sedang berjalan ke arah kami berdua sambil membawa dua buah gelas plastik berwarna hijau. Lalu ketika gue kembali mengalihkan pandangan kepada Michael, gue melihat bahwa Michael sedang memasang sebuah senyuman yang aneh kepada gue.
itkgid
vertroop
jenggalasunyi
jenggalasunyi dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.