- Beranda
- Stories from the Heart
1 Flat! 2 Wanita! 2 Cerita!
...
TS
galonze.b.c.n.b
1 Flat! 2 Wanita! 2 Cerita!

1 Flat2 Wanita 2 Cerita

Quote:
Spoiler for Rules:
Spoiler for F.A.Q:
Quote:
Diubah oleh galonze.b.c.n.b 11-06-2016 21:40
sormin180 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.1M
3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
galonze.b.c.n.b
#883
Part 47 Trip to Sumedang (2)
Betapa hebat Yang Maha Kuasa menciptakan alam semesta dan segala isinya ini. Insan insan sesungguhnya hanya makhluk makhluk kerdil yang tak berarti bila dibandingkan dengan alam semesta yang maha luas ini! Gunung Tampomas, seakan akan Sang Hyang Betara Wisnu yang sedang menjelma menjadi Sang Cakrabuana yang merebahkan dirinya ditengah hamparan hutan rimba belantara disekelilingnya.
Menurut cerita Rakyat Sumedang, dahulu ketika gunung ini bergolak dahsyat hampir meletus, Raja sumedang saat itu Prabu Geusan Ulun melemparkan sebongkah emas murni yang besar kedalam perut gunung tersebut, setelah dilempari emas, gunung itu berhenti bergolak dan sampai saat ini gunung tersebut tidak pernah meletus dan mengganggu ketentraman warga Sumedang.
Wilayah sumedang pun menurut gue memiliki potensi wisata yang sangat besar, pemandangannya yang sangat indah saat dulu, namun sayang waktu itu masih belum tereksplorasi dan beberapa objek wisata yang terdapat disana belum dapat dioptimalkan oleh pemerintah setempat.
Di kaki gunung tampomas ini, terlihat sawah sawah sudah mulai menguning yang tentunya sudah siap dipanen dalam waktu dekat. Diantara jalan jalan yang dihimpit oleh sawah tersebut, nampak beberapa mobil yang melintasi jalan jalan yang menuju kecamatan Day*uh L**ur, ya hanya jalan tersebut yang kondisinya memang kurang baik yang menghubungkan kecamatan K**a M**a dengan kecamatan Day*uh L**ur. Desa S**dang R****t yang dituju oleh kita semua berada diperbatasan K**a M**a dengan Day*uh L**ur di kaki Gunung Tampomas.
Setelah keluar dari jalur tol, rombongan kita sebanyak 2 mobil pun beristirahat dan makan siang di kawasan Sumedang kota. Mobil yang berisikan Gue,Yohanes,Mila dan Intan pun setelah selesai makan siang melanjutkan perjalanan menuju desa yang dituju. Setelah beristirahat gantian Yohanes yang menyetir mobil yang berjenis Jeep SUV tersebut, yohanes yang biasanya hoby ngebut itu gak berani ngebut. Selain karna jalannya menanjak dan kondisi jalan yang kurang baik, mobil yang penuh sesak dengan bawaan masing masing itu hanya melaju dengan kecepatan sedang cenderung pelan.
Intan mulai membuka jendela mobil setelah yohanes mematikan AC mobil “Wahh.... segernya udara disini! Beda ya sama udara dibandung, padahal udah siang gini masih aja sejuk” ucap intan dengan senyum tersirat di bibirnya.
“iya tan, seger banget yah” timpal gue yang membuka jendela juga dan menghirup udara pedesaan disana.
“Pemandangannya cantik banget! Sawah sawahnya juga udah mulai nguning,eh liat-liat! Tuh bebek banyak banget ya, kambingnya juga banyak banget di sini, gak tau deh kapan terakhir kali aku liat bebek baris baris kayak gitu” tunjuk mila dengan rame ke arah orang yang sedang mengangon bebek dan menggembala kambing dilapangan rumput, ini katanya pengalaman pertama buat mila yang baru melihat suasana pedesaan seperti ini, selama ini dia berkata hanya melihat suasana pedesaan seperti ini hanya di TV saja, maka dari itu disetiap jalan yang kita lewati dia selalu mengembangkan senyum manisnya.
“iya miel, Pemandangannya cantik banget! Suasana nya juga kayaknya bikin hati kita tenang, hehehe” timpal gue kembali yang senyum senyum memperlihatkan ekspresi wajah mila yang sedang tersenyum manis dari spion samping mobil.
“Alamak! Banyak cakap kali kalian ini! Tak tahu aku lagi kesulitan” Keluh Yohanes yang sedang menyetir, memang medan yang kita lewati ini cukup sulit.
“Yah si abang mah merusak suasana aja” Intan memelas.
“Iya nih si linggong mah! cuma gelombang negatif doang yang keluar dari otak sama hatinya, hahaha” ucap gue sambil tertawa lebar.
“Bah! Kurang adzar kali kau ini!” jawab Yohanes singkat.
Mila yang dari tadi tersenyum dengan senyum manisnya yang membuatnya tampil sangat cantik walau wajah kelelahan masih terlihat jelas di wajahnya “hahaha, kayaknya asyik nih disini selama 2 Minggu, apalagi bisa terus sama kalian berdua yang kocak ini hahaha”
Mendengar ucapan seperti itu dari mila dengan suara tawanya yang lembut, membuat hati gue sedikit tercekat, gue hanya memperhatikan wajah mila yang sedang tertawa manis itu dari spion mobilnya, yang membuat gue sedikit kagum pada mila. Kegalauan terjadi saat gue melihat disitu juga ada intan yang sedang tersenyum manis menatap keluar dari jendela, entah kenapa kali ini gue benar benar merasa terpikat oleh mereka berdua sekaligus!
“Ah kamu bisa aja miel, emang aku sama si Linggong kocak gitu? Bukannya jadi keliatan kayak pemain sirkus yang sedang menjinakan gorila ya? hahhaha” ucap gue tertawa penuh kemenangan.
“Alamak! Kurang ajar kali kau Rangga! Kalau aku lagi ganyetir, sudah kupatahkan hidung kau itu!” jawab yohanes sambil mendengus.
Gue,Intan dan Mila tertawa semua, diantara tawa tersebut gue benar benar ngerasa kagum melihat tawa mila, tawa dan senyum dia saat itu bagaikan memenuhi seluruh relung hati ini.
Setelah melewati medan yang cukup berat, ditambah Yohanes yang ngomel ngomel terus selama diperjalanan, Akhirnya perjalanan kita sampai juga di Desa tujuan kita, kita dan rombongan lain segera memarkirkan kendaraan masing masing di tanah kosong di depan kantor desa.
“Inang sampai juga akhirnya, haaaahhhhhh” Yohanes keluar dari mobil sambil meregangkan badannya.
Gue yang ikut keluar pun langsung membuka handphone dan mengirim sms iseng kepada intan.
Intan yang tau itu sms dari gue pun langsung melirik ke arah gue, gue yang melemparkan senyum ke arahnya pun langsung dibalas senyum olehnya.
Gue pun membalas pesan yang dia kirim tersebut.
Jawab singkat pesan dari intan, gue melirik ke arah dia dan, diapun sadar dan memeletkan lidahnya keluar pertanda mengejek gue, yang gue bales dengan senyuman. Tapi diantara semua itu gue masih terbayang dengan senyum mila yang memenuhi fikiran gue sedari tadi.
Anak anak punsudah berkumpul di balai desa, pak Kades pak Karta dengan tokoh tokoh masyarakat desa memberikan sambutan, setelah itu rio juga memberikan sepatah dua patah kepada orang orang yang ada di dalam Balai Desa tersebut.
Di desa ini memang terkanal dengan keramahan warganya, selain masih menjaga adat leluhur yang ada di desa ini, mereka pun menyambut tamu tamu yang berkunjung kemari dengan ramah dan sopan, pak kades sendiri yang bilang bahwa untuk saat ini masih jarang warga kota yang berkunjung kemari karna masih kurangnya beberapa objek wisata yang masih belum bisa di optimalkan dengan baik.
Pada saat berbincang di dekat mobil, saat itu datanglah seorang gadis berjilbab menghampiri kita dan mengucap salam “Permisi, Assalamualaikum, punten saya Desi anak pak kades, saya di minta bapak untuk mengantar dan memenuhi kebutuhan teman teman selama berada di desa ini”
Rio pun langsung menjawab apa yang disampaikan desi tersebut “Waalaikumsalam, oh terima kasih salam kenal saya Rio, ayo semua kenalan sama Deso” anak anak yang lain pun berkenalan dengan Desi.
“Mari akan saya antar ke Rumah yang akan teman teman tempati!” ujar Desi dengan ramah dan dengan logat sundanya yang kental.
“Aaahhhhh!” pekik intan yang kakinya keseleo menginjak batu di jalan karena sedang asyik mengobrol dengan mila.
“kenapan intan?” ucap agnas di depan.
“ini keseleo, aduhhhhh” ucap dia kesakitan.
“kamu ga apa apa tan? Kakimu sakit gak?” tanya norman.
“sakitt banget ini, kayak yang kepelintir” jawab intan kesakitan.
“kamu sih aneh aneh aja, ke tempat kayak gini pake heels, jadi keseleo kan, udah sini aku bopong” ucap gue sambil mengangkat badannya.
“aduuhhh berat banget badanmu, makan apa aja ini?” tanya gue.
“....” dia tidak menjawab ucapan gue, dia hanya tersenyum mendengar gue bertanya seperti itu.
“sama kayak dulu lagi yah? pas lagi jatuh ke sawah gara gara teledor, terus di gendongin, bedanya sekarang Cuma tambah berat aja” ucap gue sambil tersenyum.
“ihhh apaan sih jelek!” ucap dia sambil memencet hidung gue.
Akhirnya kita sampai juga dirumah yang dituju, Rumah yang cukup besar dan terbuat dari tembok, sebuah bangunan yang cukup mewah untuk ukuran masyarakat Desa disini, namun sayangnya jika ingin mengambil air kita harus mengambil dari sumur pompa, dan mobil mobil pun bisa di parkir di depan rumah tersebut yang merupakan lapangan kosong. Kedatangan kita kemari pun disambut baik oleh masyarakat sekitar, walau jarak antar rumah beberapa puluh meter tetap saja silaturahmi mereka tidak terputus, mereka sering berkumpul di pos sederhana yang mereka buat.
Menurut cerita Rakyat Sumedang, dahulu ketika gunung ini bergolak dahsyat hampir meletus, Raja sumedang saat itu Prabu Geusan Ulun melemparkan sebongkah emas murni yang besar kedalam perut gunung tersebut, setelah dilempari emas, gunung itu berhenti bergolak dan sampai saat ini gunung tersebut tidak pernah meletus dan mengganggu ketentraman warga Sumedang.
Wilayah sumedang pun menurut gue memiliki potensi wisata yang sangat besar, pemandangannya yang sangat indah saat dulu, namun sayang waktu itu masih belum tereksplorasi dan beberapa objek wisata yang terdapat disana belum dapat dioptimalkan oleh pemerintah setempat.
Di kaki gunung tampomas ini, terlihat sawah sawah sudah mulai menguning yang tentunya sudah siap dipanen dalam waktu dekat. Diantara jalan jalan yang dihimpit oleh sawah tersebut, nampak beberapa mobil yang melintasi jalan jalan yang menuju kecamatan Day*uh L**ur, ya hanya jalan tersebut yang kondisinya memang kurang baik yang menghubungkan kecamatan K**a M**a dengan kecamatan Day*uh L**ur. Desa S**dang R****t yang dituju oleh kita semua berada diperbatasan K**a M**a dengan Day*uh L**ur di kaki Gunung Tampomas.
Setelah keluar dari jalur tol, rombongan kita sebanyak 2 mobil pun beristirahat dan makan siang di kawasan Sumedang kota. Mobil yang berisikan Gue,Yohanes,Mila dan Intan pun setelah selesai makan siang melanjutkan perjalanan menuju desa yang dituju. Setelah beristirahat gantian Yohanes yang menyetir mobil yang berjenis Jeep SUV tersebut, yohanes yang biasanya hoby ngebut itu gak berani ngebut. Selain karna jalannya menanjak dan kondisi jalan yang kurang baik, mobil yang penuh sesak dengan bawaan masing masing itu hanya melaju dengan kecepatan sedang cenderung pelan.
Intan mulai membuka jendela mobil setelah yohanes mematikan AC mobil “Wahh.... segernya udara disini! Beda ya sama udara dibandung, padahal udah siang gini masih aja sejuk” ucap intan dengan senyum tersirat di bibirnya.
“iya tan, seger banget yah” timpal gue yang membuka jendela juga dan menghirup udara pedesaan disana.
“Pemandangannya cantik banget! Sawah sawahnya juga udah mulai nguning,eh liat-liat! Tuh bebek banyak banget ya, kambingnya juga banyak banget di sini, gak tau deh kapan terakhir kali aku liat bebek baris baris kayak gitu” tunjuk mila dengan rame ke arah orang yang sedang mengangon bebek dan menggembala kambing dilapangan rumput, ini katanya pengalaman pertama buat mila yang baru melihat suasana pedesaan seperti ini, selama ini dia berkata hanya melihat suasana pedesaan seperti ini hanya di TV saja, maka dari itu disetiap jalan yang kita lewati dia selalu mengembangkan senyum manisnya.
“iya miel, Pemandangannya cantik banget! Suasana nya juga kayaknya bikin hati kita tenang, hehehe” timpal gue kembali yang senyum senyum memperlihatkan ekspresi wajah mila yang sedang tersenyum manis dari spion samping mobil.
“Alamak! Banyak cakap kali kalian ini! Tak tahu aku lagi kesulitan” Keluh Yohanes yang sedang menyetir, memang medan yang kita lewati ini cukup sulit.
“Yah si abang mah merusak suasana aja” Intan memelas.
“Iya nih si linggong mah! cuma gelombang negatif doang yang keluar dari otak sama hatinya, hahaha” ucap gue sambil tertawa lebar.
“Bah! Kurang adzar kali kau ini!” jawab Yohanes singkat.
Mila yang dari tadi tersenyum dengan senyum manisnya yang membuatnya tampil sangat cantik walau wajah kelelahan masih terlihat jelas di wajahnya “hahaha, kayaknya asyik nih disini selama 2 Minggu, apalagi bisa terus sama kalian berdua yang kocak ini hahaha”
Mendengar ucapan seperti itu dari mila dengan suara tawanya yang lembut, membuat hati gue sedikit tercekat, gue hanya memperhatikan wajah mila yang sedang tertawa manis itu dari spion mobilnya, yang membuat gue sedikit kagum pada mila. Kegalauan terjadi saat gue melihat disitu juga ada intan yang sedang tersenyum manis menatap keluar dari jendela, entah kenapa kali ini gue benar benar merasa terpikat oleh mereka berdua sekaligus!
“Ah kamu bisa aja miel, emang aku sama si Linggong kocak gitu? Bukannya jadi keliatan kayak pemain sirkus yang sedang menjinakan gorila ya? hahhaha” ucap gue tertawa penuh kemenangan.
“Alamak! Kurang ajar kali kau Rangga! Kalau aku lagi ganyetir, sudah kupatahkan hidung kau itu!” jawab yohanes sambil mendengus.
Gue,Intan dan Mila tertawa semua, diantara tawa tersebut gue benar benar ngerasa kagum melihat tawa mila, tawa dan senyum dia saat itu bagaikan memenuhi seluruh relung hati ini.
Setelah melewati medan yang cukup berat, ditambah Yohanes yang ngomel ngomel terus selama diperjalanan, Akhirnya perjalanan kita sampai juga di Desa tujuan kita, kita dan rombongan lain segera memarkirkan kendaraan masing masing di tanah kosong di depan kantor desa.
“Inang sampai juga akhirnya, haaaahhhhhh” Yohanes keluar dari mobil sambil meregangkan badannya.
Gue yang ikut keluar pun langsung membuka handphone dan mengirim sms iseng kepada intan.
Quote:
Intan yang tau itu sms dari gue pun langsung melirik ke arah gue, gue yang melemparkan senyum ke arahnya pun langsung dibalas senyum olehnya.
Quote:
Gue pun membalas pesan yang dia kirim tersebut.
Quote:
Quote:
Jawab singkat pesan dari intan, gue melirik ke arah dia dan, diapun sadar dan memeletkan lidahnya keluar pertanda mengejek gue, yang gue bales dengan senyuman. Tapi diantara semua itu gue masih terbayang dengan senyum mila yang memenuhi fikiran gue sedari tadi.
Anak anak punsudah berkumpul di balai desa, pak Kades pak Karta dengan tokoh tokoh masyarakat desa memberikan sambutan, setelah itu rio juga memberikan sepatah dua patah kepada orang orang yang ada di dalam Balai Desa tersebut.
Di desa ini memang terkanal dengan keramahan warganya, selain masih menjaga adat leluhur yang ada di desa ini, mereka pun menyambut tamu tamu yang berkunjung kemari dengan ramah dan sopan, pak kades sendiri yang bilang bahwa untuk saat ini masih jarang warga kota yang berkunjung kemari karna masih kurangnya beberapa objek wisata yang masih belum bisa di optimalkan dengan baik.
Pada saat berbincang di dekat mobil, saat itu datanglah seorang gadis berjilbab menghampiri kita dan mengucap salam “Permisi, Assalamualaikum, punten saya Desi anak pak kades, saya di minta bapak untuk mengantar dan memenuhi kebutuhan teman teman selama berada di desa ini”
Rio pun langsung menjawab apa yang disampaikan desi tersebut “Waalaikumsalam, oh terima kasih salam kenal saya Rio, ayo semua kenalan sama Deso” anak anak yang lain pun berkenalan dengan Desi.
“Mari akan saya antar ke Rumah yang akan teman teman tempati!” ujar Desi dengan ramah dan dengan logat sundanya yang kental.
“Aaahhhhh!” pekik intan yang kakinya keseleo menginjak batu di jalan karena sedang asyik mengobrol dengan mila.
“kenapan intan?” ucap agnas di depan.
“ini keseleo, aduhhhhh” ucap dia kesakitan.
“kamu ga apa apa tan? Kakimu sakit gak?” tanya norman.
“sakitt banget ini, kayak yang kepelintir” jawab intan kesakitan.
“kamu sih aneh aneh aja, ke tempat kayak gini pake heels, jadi keseleo kan, udah sini aku bopong” ucap gue sambil mengangkat badannya.
“aduuhhh berat banget badanmu, makan apa aja ini?” tanya gue.
“....” dia tidak menjawab ucapan gue, dia hanya tersenyum mendengar gue bertanya seperti itu.
“sama kayak dulu lagi yah? pas lagi jatuh ke sawah gara gara teledor, terus di gendongin, bedanya sekarang Cuma tambah berat aja” ucap gue sambil tersenyum.
“ihhh apaan sih jelek!” ucap dia sambil memencet hidung gue.
Akhirnya kita sampai juga dirumah yang dituju, Rumah yang cukup besar dan terbuat dari tembok, sebuah bangunan yang cukup mewah untuk ukuran masyarakat Desa disini, namun sayangnya jika ingin mengambil air kita harus mengambil dari sumur pompa, dan mobil mobil pun bisa di parkir di depan rumah tersebut yang merupakan lapangan kosong. Kedatangan kita kemari pun disambut baik oleh masyarakat sekitar, walau jarak antar rumah beberapa puluh meter tetap saja silaturahmi mereka tidak terputus, mereka sering berkumpul di pos sederhana yang mereka buat.
Diubah oleh galonze.b.c.n.b 02-10-2015 20:21
oktavp dan 4 lainnya memberi reputasi
5

To : Intan
