Jeritan Malam (ketika keindahan menjadi sebuah ketakutan)
TS
meta.morfosis
Jeritan Malam (ketika keindahan menjadi sebuah ketakutan)
pernahkan agan merinding disuatu tempat, merasakan kehadiran seseorang yang menurut agan hanya merupakan permainan imajinasi otak belaka dan ketika sebuah karunia datang untuk memberikan agan sebuah kesempatan untuk melihat sekilas apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan semua fenomena tersebut, apakah anda akan tetap tersenyum dengan logika dan keyakinan bahwa semua hanya imajinasi otak atau berteriak dan berharap agar mata ini tetap terpejam dan semua itu hanyalah sebuah mimpi ane akan bercerita sebuah kisah yang mungkin akan merubah cara pandang agan tentang semua kejadian yang pernah menimpa agan, ketika agan membaca dan bertanya apakah ini real story ? semua kembali kepada agan untuk menilai apakah ini sebuah fiksi belaka atau real story, selamat menikmati semoga sebuah sensasi akan menemani agan dalam gelapnya malam Mohon para reader yang masih dibawah umur agar bisa memilah antara yang baik dan buruk di cerita ini, ambil yang baik dan bermanfaat..jauhi yang buruk dan menyesatkan Waktu Update : Penulis adalah seorang pekerja yang akan selalu menulis disela sela waktu luangnya, jadi untuk update bisa dilakukan kapan saja entah itu malam, pagi ataupun siang, jadi tidak ada istilah mengulur ulur waktu Peraturan membaca di thread ini : Hargai hasil karya penulis, karena menulis adalah suatu hoby dimana penulis membutuhkan pembaca dan pembaca memberikan apresiasi/kritik/masukan sebagai bentuk penghargaan karya penulis
Jangan menjiplak/mengakui hasil karya penulis, ketika ingin copy paste ke thread atau blog lain biasakan etika untuk meminta izin dan mencantumkan sumber penulisan
Penulis berharap kepada para reader untuk tidak terpengaruh atau berusaha membalas apabila ada komentar reader negatif yang berusaha membuat rusuh atau mencari sensasi karena komentar balasan adalah motivasi mereka menjadi reader negatif Line Id : meta.morfosis untuk update harap bersabar gan
Spoiler for Prologue:
Menjadi manusia normal adalah sebuah impian setiap manusia, tapi apa jadinya ketika sebuah kejadian yang menimpa anda membuat semuanya menjadi sebuah mimpi buruk, saat waktu2 yang terasa indah untuk dinikmati kini menjadi sebuah kecemasan, saat tempat tempat terindah yang kita kunjungi kini menjadi sebuah pemandangan yang penuh dengan rasa ketakutan.
Nama gw reza, gw merupakan lulusan salah satu perguruan negeri ternama disalah satu universitas negeri di Jakarta, sebuah kampus yang berada dalam suatu lingkungan asri dengan pohon pohon besar disekitarnya bahkan hampir mirip disebut dengan sebutan hutan kota, gw menyelesaikan pendidikan SI dalam waktu yang normal, dengan predikat yang lumayan hingga akhirnya sebuah panggilan kerja mengantarkan kaki gw untuk berlabuh disalah satu kota di jawa timur.
Semua terasa begitu indah, begitu sempurna, bisa dibilang yang maha kuasa memudahkan semua langkah kehidupan gw, orang tua gw yang semula tidak menyetujui gw untuk pindah kota, akhirnya menyetujuinya, walaupun dengan resiko mereka kini harus tinggal hanya berdua saja di kota bogor yang tenang. Sebenarnya orang tua gw khususnya bokap gw menginginkan agar gw bekerja di Jakarta atau setidaknya meneruskan usaha yang sudah dirintisnya selama ini, berbagai macam argumen telah mereka keluarkan untuk menggagalkan keinginan gue untuk meninggalkan Jakarta, terutama alasan umur mereka yang sudah tua, berat rasanya meninggalkan mereka bila mengingat semua alasan itu, tapi keinginan untuk mandiri membuat gw bisa mengalahkan semua rasa tidak tega itu.
Tapi semua keindahan rangkuman perjalan hidup gw kini berubah secara drastis, seiring langkah kaki gw menaiki sebuah kereta yang mengantarkan gw menuju sebuah kota di jawa timur. Sebuah kereta yang menjadi awal dimulainya rentetan kejadian yang merubah perjalanan hidup gw….
Dan percayalah ketika gw menuliskan ini semua, gw tercekam dalam rasa ketakutan, rangkaian kata yang gw tulis dengan menjentikan jari dalam barisan huruf di keyboard tidak lepas dari tatapan mata mereka, gw hanya berharap semoga malam cepat berlalu berganti menjadi siang.
Spoiler for Chapter 1 ( sebuah kabar indah tentang masa depan ):
Juli 2007, Irama langkah kaki gw bergegas cepat meninggalkan sebuah toko buku dan menuju ke stasiun kereta, kebetulan hari ini sehabis berkunjung kerumah seorang teman, gw mampir ke sebuah toko buku untuk membeli beberapa buah buku yang gw butuhkan untuk sekedar menjadi bahan bacaan peneman hari hari gw setelah lulus kuliah, disaat kesibukan mata gw mencari cari buku yang mungkin bisa menjadi bahan bacaan gw, sebuah panggilan telepon masuk, ya sebuah panggilan yang sama sekali tidak terduga dan akan menjadi awal hidup gw memasuki dunia kerja
“ hallo selamat siang, dengan bapak reza ” sebuah kalimat pembuka pembicaraan di telepon terdengar dari seorang wanita
“ benar mba, kalau boleh tau saya bicara dengan siapa ?”
“ saya indri pak, kami dari perusahaan PT. XXXXX, meminta bapak untuk hadir ke perusahaan kami untuk mengikuti proses seleksi penerimaan kerja ”
Sebuah kabar yang bagus, tapi kembali gw berpikir dan mencoba mengingat kembali surat surat lamaran yang pernah gw kirimkan, ingatan gw masih bisa mengingat perusahaan2 yang pernah gw layangkan surat lamaran kerja, dan menurut gw perusahaan ini tidak termasuk didalam daftar perusahaan yang masuk dalamlist surat lamaran kerja yang gw layangkan
“ aneh, ah masa bodo, yang penting gw jalanin aja dulu ” gumam gw, hingga akhirnya gw tertidur dikursi kereta yang mengantarkan gw ke stasiun bogor
“ wah tumben sudah rapih pagi pagi za ” tegur mamah ketika melihat gw yang sudah rapih dan mencoba menyiapkan sarapan sendiri
“ iya mah, hari ini ada panggilan kerja ”
“ Alhamdulillah za, cepat juga kamu dapat panggilan semoga diterima za ” terlihat mamah tersenyum dibalik kata katanya yang mengandung doa
“ diantar mang iwan aja za, biar tidak telat ” ucap bapak yang rupanya mencuri dengar pembicaraan kami, mang iwan merupakan supir yang bekerja dikeluarga kami
“ haduhh jangan pak, biar reza sendiri aja sekalian biar tau jalan ” jawab gw menolak tawaran itu
Setelah menyelesaikan sarapan dan pamit, segera gw pergi menuju perusahaan tempat gw akan melakukan tes pekerjaan, jam masih menunjukan pukul 7.30 sedangkan jadwal interview yang akan gw lakukan pukul 11, jadi cukuplah waktu tempuh yang akan gw habiskan untuk menuju perusahaan tersebut, dan kereta menjadi salah satu pilihan gw untuk mempersingkat jarak tempuh itu,tepat jam 10 kurang 15 akhirnya gw tiba di perusahaan tersebut, sebuah lokasi perusahaan yang terletak di Jakarta selatan
Setelah menuju ke bagian resepsionis dan memberitahukan maksud kedatangan gw, akhirnya gw dipersilahkan duduk disebuah ruang tunggu, waktu luang itu gw manfaatkan untuk mencoba membaca baca dan kembali mengingat materi kuliah yang pernah gw pelajari
“ bapak reza, mari ikut saya ” tegur seorang wanita yang mempersilahkan gw untuk mengikutinya ke salah satu ruangan tempat akan dilaksanakan interview
“ silahkan duduk pak, nanti usernya akan segera datang ” ucap wanita itu kembali sambil tersenyum dan beranjak pergi
Ada rasa tegang ketika pertama kali melaksanakan proses penerimaan kerja, ditambah gw masih terasa asing dengan perusahaan ini, hingga akhirnya rasa tegang itu sirna seiring sosok yang gw lihat memasuki ruangan
“ lohh mas kamil..?” ucap gw heran melihat sosok yang tersenyum dihadapan gw, mas kamil merupakan senior gw yang telah lulus satu tahun lebih cepat dari gw
“ kaget ya za ?”
“ iyalah mas, soalnya seingat gw, gw belum pernah melamar ke perusahaan ini ” kembali mas kamil tersenyum mendengar jawaban gw
Hingga akhirnya mas kamil menceritakan tentang sejarah dan bergerak dalam bidang apa perusahaan tempat kerjanya itu bergerak, kebetulan dia sudah memegang posisi penting didalam perusahaan tersebut dan merekomendasikan gw untuk mengisi sebuah tempat dalam departemennya yang kebetulan kosong
“ bagaimana za ?” tampak mata mas kamil mencoba memperhatikan gw
“ ternyata diluar Jakarta ya mas, sepertinya gw harus bicara sama kedua orang tua gw dulu ”
“ lu udah dewasa za, lelaki dewasa harus bisa punya keputusan sendiri ”
“ jangan sampai kesempatan yang sudah didepan mata lu sia siakan karena keraguan lu ” terang mas kamil kembali, sambil berupaya menumbuhkan rasa semangat gw
“ kalau lu berminat, sekarang jg gw minta bagian hrd mengurus surat kontraknya, karena gw memang lagi butuh cepat ” lama gw berpikir mencoba menimbang semua omongan mas kamil, antara keinginan bekerja dan restu dari orang tua, setelah gw berpikir lama akhirnya gw memutuskan untuk menerimanya, pasti orang tua gw akan menyetujui ini, niat yang baik untuk sebuah pekerjaan yang baik pasti akan disetujui
“ baik mas, saya terima ” sebuah senyum sumringah terlihat dari wajah mas kamil
“ gitu dong za, baik gw ke bagian hrd dulu untuk mengurus semua surat2nya ” ucap mas kamil sambil menepuk bahu gw dan pergi meninggalkan gw
Setelah semua surat surat kontrak telah gw tanda tangani, mas kamil segera menerangkan tentang pekerjaan yang akan gw lakukan dan proses training terlebih dahulu yang akan gw lakukan setibanya gw di kantor cabang
“ lu di training dulu selama seminggu za, tenang aja gw yakin lu bisa ” ucap mas kamil antusias
“ insha allah mas, jadi kapan gw berangkat ”
“ seminggu dari sekarang za, lu persiapin dah semuanya, jangan lupa izin sama orang tua lu ”
“ siap mas, terima kasih atas bantuannya ”
Dan akhirnya gw meninggalkan perusahaan tersebut dengan langkah kemenangan, seperti layaknya orang yang pulang dari pertempuran, gw diterima kerja dan gw akan memberitahukan kabar gembira ini kepada orang tua gw dan tidak lupa kepada wulan yang telah menjadi pacar gw selama kuliah
“ mah, saya diterima kerja ” ucap gw sesampainya dirumah dan menyampaikan kabar gembira ini kepada bapak dan mamah yang sedang bersantai diruang tamu
“ Alhamdulillah za..” jawab mamah sambil memeluk gw
“ selamat za, selamat jadi lelaki dewasa ” ucap bapak sambil tertawa dan memberikan selamat
Kegembiraan itu tidakberlangsung lama, ketika gw menerangkan tentang penempatan kerja gw
“ memangnya tidak bisa meminta posisi dijakarta za, bapak sama mamahmu ini sudah tua, kenapa tidak di jakarta aja, atau kamu nerusin usaha bapak ” ucap bapak sambil tangannya mencoba mengelap2 keris yang terlihat sudah tua, memeang bapak adalah pengkoleksi keris2 tua, bahkan bukan cuma keris saja, asalkan itu bernilai seni dan peninggalan masa lalu pasti dikoleksinya
Setelah gw menerangkan tentang keinginan gw untuk mandiri, dan alasan masa depan yang bagus di pekerjaan ini, akhirnya bapak dan mamah mengijinkan gw untuk pergi keluar kota dan menerima perkerjaan ini
“ kapan kamu berangkat za ” ucap bapak mencoba mencari keterangan
“ minggu depan pak, mohon restunya pak, mah ”
“ iya za, bapak sama mamah restuin yang penting kamu bisa jaga diri, dan bawa diri disana ” ucap mamah kembali memeluk gw disela sela isak tangisnya.
Seminggu sudah berlalu dan tiba harinya keberangkatan gw, dengan diantar oleh mang iwan dan wulan, segera gw menuju ke stasiun kereta yang akan mengantarkan gw ke jawa bagian timur, sepanjang jalan terlihat wajah wulan yang agak berat melepas kepergian gw,hingga akhirnya kamipun tiba distasiun kereta
“ jangan lupa kasih kabar ” ucap wulan sebelum melepas gw menaiki kereta
“ doain aku, semoga aku cepat nikahi kamu dan kamu bisa ikut sama aku kesana ” ucap gw sambil memeluk wulan kemudian melepaskannya dalam balutan air matanya, dan akhirnya pijakan kaki gw mantap menaiki kereta
“ selamat tinggal Jakarta…selamat datang pekerjaan baru..semoga cepat sukses ” doa gw didalam hati Next Chapter : sebuah perjalanan dan celoteh seorang kakek tua Heran rasanya mendengar ocehan kakek tua ini, antara sebuah misteri atau sakit jiwa yang menimpa kakek ini, hingga akhirnya gw berlabuh di kantor cabang yang mengharuskan gw untuk menempati sebuah mess tua
Spoiler for Chapter 27 sebuah pembuktian (15) (terungkapnya sejarah mess):
Entah mengapa langkah kaki gw terasa ringan untuk melangkah, lebatnya hutan dengan pohon pohon besar dan rimbunan semak belukar seakan tidak menjadi penghalang bagi gw untuk menapaki jalan mencari keberadaan mbah warsono
“ lu pernah kesini za ?koq sepertinya lu tau jalannya sih..padahal ini bukan jalan setapak..dimana mana sama, hanya pohon besar..semak belukar dan…”
“ dan apa pak ?” tanya mas dikin begitu minto menghentikan ucapannya
“ gw yakin bangat….masih banyak hewan hewan liar disini dan mungkin banyak yang buas…” lanjut minto dengan mimik ketakutan
“ sinting lu to…mana pernah gw kesini…” ucap gw sambil terus melanjutkan melangkah, hingga akhirnya setelah jauh memasuki kedalam hutan, langkah gw terhenti…seiring dengan tatapan gw yang coba mengamati sesuatu yang berada di kejauhan
“ pak reza..coba lihat “ tunjuk mas dikin pada sesosok orang yang sedang berjalan ditengah lebatnya hutan, dipundaknya terlihat kayu kayu yang terikat, hal yang pertama kali gw pikirkan adalah ini adalah seorang manusia yang sedang mencari kayu bakar ditengah hutan belantara
“ hush jangan tunjuk tunjuk sembarangan..enggak boleh “ terlihat minto menepiskan tangan mas dikin dan mencontohkan agar mas dikin menggigit jarinya dan meludahkannya
“ astaga to…itu ajaran dari mana lagi..aneh bangat lu..” ucap gw sambil melarang mas dikin melakukan apa yang dicontohkan minto, tatapan gw kembali menatap seseorang yang kini terlihat sedang memungut ranting ranting kayu yang berjatuhan, cahaya matahari yang terhalang lebatnya dedaunan memaksa gw bekerja ekstra keras untuk melihat bentuk rupanya…dan semuanya terasa sia sia..karena keterbatasan jarak pandang, tanpa meminta persetujuan dari minto dan mas dikin segera gw langkahkan kaki untuk menghampiri sosok yang menggelitik rasa penasaran ini
“ yakin lu za ?” tanya minto sambil menarik bahu gw, baru kali ini gw merasakan keyakinan sebesar ini, tepukan tangan gw pada jari jari minto yang berada dibahu cukuplah mewakili keyakinan yang gw rasakan
“ permisi mbah…numpang tanya..apa mbah kenal dengan mbah wasono…” laki laki tua itu tetap terlihat sibuk memunguti ranting kayu, hanya sekilas dia menatap kami lalu kembali lagi sibuk dengan kesibukannya sendiri, ada rasa dongkol dihati ini mendapati pertanyaan gw seperti sebuah pertanyaan yang tidak bermakna apa apa
“ sekali lagi maaf mbah…apa mbah kenal dengan mbah warsono..” tanya gw sekali lagi dengan nada yang sedikit lebih meninggi
“ kamu pikir saya tuli “ jawabnya pelan sambil melemparkan sebatang ranting kecil yang hanya berukuran satu telunjuk jari tangan kearah tubuh gw, tapi efek sakit yang ditimbulkannya sangat luar biasa, ranting kayu yang ringan itu memberikan efek dari sebuah lemparan batu berukuran sebutir telur ayam, kernyitan di dahi gw sudah cukup memberitahukan kepada dikin dan mas minto akan sakit yang gw rasakan
“ ikut saya…” laki laki tua itu berjalan mendahului kami dengan langkah tegap seperti tidak ada beban dipundaknya, ingin rasanya gw menawarkan diri untuk membantunya, tapi…sebuah kesalah pahaman bisa berakibat fatal buat kami, hingga semua keinginan ini hanya tertahan menjadi sebuah keinginan, seperti tanpa halangan yang berarti laki laki tua yang berjalan tanpa menggunakan alas kaki itu berjalan semakin cepat hingga memaksa kami untuk sedikit berlari kecil, hingga akhirnya kami disambut oleh sebuah gubuk kecil yang berada ditengah lebatnya hutan
“ kalau kalian haus..silahkan ambil airnya sendiri disitu…” ucap laki laki tua itu sambil meletakan kayu yang berada dipundaknya, sebuah tembikar besar yang terbuat dari tanah liat tampak berada tepat dibawah sebuah pohon besar dengan air jernih didalamnya, tanpa menunggu lama segera kami menciduk air dengan menggunakan gayung batok kelapa yang sepertinya sengaja dipersiapkan untuk wadah meminum, segarnya air yang mengalir membasahi tenggorokan ini seperti menghapus dahaga yang kami rasakan selama perjalanan, sejenak kami memperhatikan laki laki tua itu seperti sedang melakukan pemanasan ringan, gerakan gerakan yang diperlihatkannya sepertinya tidak menunjukan usianya yang sudah senja, dari semua tingkah laku yang diperlihatkannya cukuplahuntuk gw membuat suatu kesimpulan bahwa laki laki tua yang berada dihadapan gw ini adalah mbah warsono, seorang ahli kanuragan yang menghilangkan dirinya dalam lebatnya hutan b*t*r*
“ perkenalkan saya reza mbah…ini teman2 saya…dikin dan minto..maksud kedatangan kami…” terlihat tangan mbah warsono memberikan tanda agar gw tidak melanjutkan perkataan selanjutnya
“ saya sudah tau….kemari kamu..” terlihat jari tangannya menunjuk ke arah gw, dengan langkah ragu gw menghampiri mbah warsono..entah apa yang akan dilakukannya
“ sebelum saya menjawab semua pertanyaan kamu, saya ingin bermain main sebentar…” suara khas lelaki tua ini kini terlihat sedikit ramah dengan candanya, dengan menggunakan telapak tangannya lelaki tua itu memukul sebuah pohon dengan ukuran lingkaran diameter pohon yang cukup besar, untuk pukulannya yang pertama diantara rasa percaya dan tidak percaya gw melihat rimbunnya daun yang menghiasi batang pohon terlihat berguguran, begitu juga dengan pukulan kedua, guguran daun yang berjatuhan terlihat semakin banyak, dan itu cukup untuk menimbulkan rasa takut dihati gw melihat tenaga dalamnya yang luar biasa….hingga akhirnya dipukulan ketiga yang memaksa gw harus memundurkan langkah..tiba tiba semuanya terasa menjadi gelap…gw tidak sadarkan diri, hingga akhirnya gw mendapati diri gw sudah berada didalam gubuk dengan minto dan mas dikin yang terduduk diam menemani, seluruh badan gw benar benar terasa sakit untuk digerakan
“ apa yang terjadi ?” tanya gw kepada minto dan mas dikin yang sedikit memandang aneh ke arah gw
“ busett..lu pernah belajar sesuatu di perguruan bela diri… za..?” gw hanya menggeleng mendapati pertanyaan dari minto, dan berharap adanya penjelasan lanjutan dari minto, hingga akhirnya mas dikin menjelaskan apa yang sudah terjadi
“ hahh yang benar ?” tanya gw dengan nada tidak percaya
“ benar pak…disaat pukulan mbah warsono yang terakhir, bapak tiba tiba terjatuh tapi itu hanya sebentar..setelah itu bapak terlihat menggeram2 layaknya harimau, coba lihat jari jari pak reza yang kotor karena tanah…semua itu karena pak reza terlihat mencakar2 tanah tempat pak reza terjatuh…”
Gw mencoba menyimak dan memaknai semua penjelasan mas dikin, ini sangat tidak mungkin, bagaimana gw yang sedari kecil sama sekali tidak berhubungan dengan seni bela diri apapun bisa melakukan hal seperti itu
“ hingga akhirnya mbah warsono mencoba memancing pak reza untuk berdiri….”
“ kalau gw bawa alat perekam za, udah gw rekam tuh peristiwa ketika lu berpencak layaknya pendekar yang sudah menguasai jurus secara mahir, bahkan mbah warsono yang mahir aja terlihat agak kewalahan…keren zaa..kerenn” mendengar penjelasan minto bukannya membuat gw menjadi merasa bangga ataupun hebat, justru gw merasa menjadi aneh dengan semua penjelasan ini
“ balurkan ini ditubuhnya..” terlihat mbah warsono hadir dengan membawa sebatang bambu yang berisi minyak yang menyerupai minyak sayur dan menyerahkannya kepada mas dikin untuk dibalurkannya di tubuh gw, sesaat setelah dibalurkan rasa sakit di sekujur tubuh gw terlihat agak mulai membaik
“ coba saya lihat kujang/keris yang kamu bawa itu “ ucap mbah warsono seperti seseorang yang sudah dengan pasti mengetahui apa yang gw bawa, perlahan gw ambil gulungan kain yang berisi rajah dari dalam tas dan menyerahkannya kepada mbah warsono, terlihat wajah mbah warsono mengagumi apa yang sedang berada di tatapan matanya, sebuah kujang/keris kini sudah tersingkap dari kainnya
“ darimana kamu mendapatkan ini…” tanya mbah warsono mencoba mencari tau, setelah panjang lebar menjelaskan asal muasal gw mendapatkan kujang/keris itu, kepala mbah warsono terlihat mengangguk seperti memahami sesuatu
“ hmmm..rupanyaorang tua kamu kolektor barang antik..” dengan tersenyum mbah warsono kembali menyerahkan kujang/keris yang dipegang, di saat itu juga gw mengambil kesimpulan untuk menyerahkan benda itu kepada mbah warsono, karena gw yakin dia merupakan orang yang tepat untuk menyimpannya
“ kamu yakin nak ?” tanya mbah warsono kembali dengan tatapan mata tajamnya
“ sangat yakin mbah..karena memang bukan itu yang saya butuhkan..saya hanya ingin membuktikan keberadaan yang ghaib memang nyata adanya…tapi saya mencoba menselaraskan dengan ilmu pengetahuan yang saya pelajari selama ini…jadi untuk semua kejadian yang terjadi dan terlihat janggal enggak serta merta kita melihatnya dari sisi ghaib tanpa berusaha mencari penjelasan dari sisi ilmiah..” terlihat kembali anggukan kepala dari mbah warsono tanda dia mengerti dengan maksud ucapan gw
“ sekarang apa yang akan kamu tanyakan ?” tanpa berbasa basi lagi minto segera menjelaskan runtutan peristiwa yang terjadi di mess hingga peristiwa2 aneh yang mengiringi perjalanan kami
“ jadi sekarang kalian tinggal di mess tua itu ?”
“ iya mbah…” jawab kami hampir serempak
“ sebenarnya mess itu milik sebuah keluarga yang di wariskan secara turun temurun sebelum akhirnya di beli oleh perusahaan tempat kalian sekarang bekerja…semua cerita yang kamu dengar dari hesti tentang dia yang janda dan orang tuanya yang bercerai itu sama sekali enggak benar…”
“ maksud mbah….” gw merasa keterangan yang mbah warsono berikan semakin menarik hingga gw lupa akan rasa sakit di tubuh ini
“ usia saya sekarang hampir 107 tahun, mungkin usia hesti sekitar 75 atau 85 tahun, orang tua hesti mewarisi kekayaan turun temurun dari keluarga besarnya, keanehan yang saya lihat dari keluarga besar ini, selalu ada kematian bayi disetiap anggota keluarga yang sudah memiliki keturunan, semua kematian dan prosesi pemakaman dilakukan secara tertutup…belum lagi perlakuan kasarnya terhadap hewan, terutama kucing dan anjing….warga sekitar semakin lama semakin tidak nyaman dengan ritual2 aneh yang dilakukan pada saat malam2 tertentu…banyak yang mengatakan bahwa ini adalah suatu bentuk perjanjian dengan setan…” kami terdiam seakan tidak percaya mendengar sebuah kisah masa lalu mess yang begitu hitam, sehitam kejadian kejadian yang selalu menghantui kami selama tinggal di mess tua itu
“ hingga akhirnya kemarahan warga memuncak dan tidak bisa menerima hal seperti itu ada di desanya, pernah beberapa kali beberapa warga mencoba menghabisi kedua orang tua hesti tapi selalu gagal, gossip yang berkembang mengatakan, kedua orang tua hesti memiliki sebuah ilmu yang membuatnya sulit untuk dibunuh, hingga akhirnya pada suatu hari tersiar kabar orang tua hesti mati terbunuh di rumahnya sendiri dengan tubuh penuh luka tidak berkepala dan hanya menyisakan hesti yang menangis meratapi kepergian orang tuanya…” mbah warsono terdiam sesaat dan memasukan kujang/keris tua itu kedalam kotak tua yang terbuat dari kayu jati
“ akhirnya mereka dimakamkan di sekitar rumah mereka sendiri, dengan ikut serta menguburkan semua barang yang biasa dipakai untuk ritual bersama mereka, hesti yang tidak nyaman dengan segala cemooh warga desa akhirnya memutuskan untuk menjual rumah tersebut kepada salah satu warga, lalu keluar dari desa tersebut dan lenyap entah kemana, pembeli baru rumah tersebut tidak bertahan lama menempatinya karena berbagai macam gangguan dan membiarkannya kosong, setelah melewati beberapa kali proses jual beli akhirnya kini rumah tua ini sudah menjadi milik salah satu perusahaan dimana sekarang kalian menempatinya…” ucap pak sukuk mengakhiri semua kisahnya tentang mess, ini benar benar sebuah kisah diluar pemikiran kami, rasanya semua rasa lelah dari perjalanan ini terbayar lunas dengan sebuah kisah yang menarik
Next Chapter sebuah pembuktian (16) (terungkapnya sejarah mess)