CLBK
(Cinta Lama Banggsatt Kabeh)
Baru sekitar 15 menitan, entah kenapa Salsa malah mau pamitan pulang. Duhh, mungkin dia cemburu, atau marah, apa malah enggak enak.. Mungkin anak-anak udah ngantuk, tapi sebenarnya gue itu masih pengen sama Rista disini..
Quote:
Salsa: “Mas, kalau masnya masih mau disini enggak apa-apa kok, gue tak pulang dulu sama anak-anak ke tempat Ibu yaa, biar Bella tidur sini.. piye?”,

Gue: “Hmm, pulangnya bareng lah..”,
Salsa: “Gue sih enggak apa-apa, itu lho anak-anak kasihan.. Ya udah ntar gue jemput lagi, cuma nganter aja lagian sampai rumah mereka pasti bobo sendiri-sendiri.”,
Gue: “Terserah deh,, Bintang… Bellaa, pulang sama Mama Salsa yaa..”,
Anak-anak: “………….”, mukanya pucet semua ..,
Salsa: “Ayoo, mba’e.. hehhee”,
Rista: “Ohiyaa, hati-hati ya mbak. Hehe”,

Seolah memberikan ruang biar gue berdua sama Rista, walau ada Yudhis yang mirip si Bagus asu itu.. Merekapun pulang, gue jadi ngerasa makin deket sama Bidadari yang satu ini, hehehe.. Yudhis, seolah juga ngasih kesempatan Mamanya biar ngobrol sama gue, yang mungkin saja bisa jadi bapak baru nantinya, hahaha!!!. Dia nampak santai di dalam mobil, nanti lama-lama kan tidur, rasanya kita berdua ini masih sama-sama betah santai seperti ini.. Lalu lalang masih ramai, alun-alun kota yang di dominasi anak Muda, Kimcil, hahaha.. Masih saling diam, sama-sama gengsinnya mungkin, kalau gue sih emang malu sama dia, entah semuanya bisa teringat soal dia dimasa sekarang dan yang lalu..
Quote:
Rista: “Val, itu Salsa yaa. Dulu masih bocah lo hamilin?”,

Gue: “……… apaan? Sama kayak lo ahh… Masih bocah juga udah hamil?”,
Rista: “Hiiiiiiii,, Sial!!..sekarang dia kuliah ya? “,
Gue: “Apaan e Riss, nanya soal dia..”,

nyebelin nih anak,..
Rista: “Val, apa salahnya gue nanya?”,
Gue: “Ahhhh, lo pasti udah tau semua tentang gue dari Ibu!!?? Yaaa??!!”,
Rista: “Hehe, slow donk,, emosi aja bawaannya, “,

Hmm, enggak emosi sih, hehe cuma sedikit terpancing aja, rasa-rasa dia pengen banyak tau tentang kehidupan gue, hehehe sebenernya sininya juga pengen tau semua, cuma kan jaim dikit lah, pura-pura enggak butuh dan pengen tau.. Satu per satu, kita mulai akrab, mulai saling menyapa lagi, gue cuma heran aja kok Rista itu tak pernah berubah soal PDnya dia, mungkin dimata dia gue yang dulu pendiem juga masih sama di mata dia tanpa perubahan. Jadi mikir, apa penantian gue selama ini bakalan ada jawabannya yaa? Bakal ada hasilnya? Ataukah akan sia-sia pula?..
Quote:
Gue: “Riss, lo enggak pulang?..”,
Rista: “Ngusir nih??, apaann. Janda itu bebas!, haha”,
Gue: “Hmm, kayaknya hidup lo seneng yaa? “,

Rista: “Lihat Casing???,,, emang lo tau hidup gue seneng? Lo kali yang seneng terus, bagi donk? Hihihii…”,
Gue: “Hmm,, sejak gue dari Jakarta waktu itu.. Lo kemana?”,
Rista: “ini nanya apa nyari tau?? Gue nanya aja di cuekin?.. Hahaha”,
Gue: “Ya udah lo jawab dulu apa yang gue tanya, kalau lo udah tau sifat gue lo pasti ngerti kan gimana gue?..”,
Rista: “Iyaa, gue tau, Val.. Gue buka, lo juga bakalan buka?, ya kan??”,
Gue: “Nah, begoo!!!! baru nyadar..“,
Rista: “Hih!!!, “,

Rista mulai cerita kisah hidupnya satu per satu. Walau terbata-bata, mungkin dia juga sedikit berat nyeritain atau apalah gue enggak ngerti, tapi gue berusaha memahaminya..
Quote:
Rista: “Sejak Desember 2004, Lo pulang kan waktu itu.. Maaf yaa, sebenernya gue berusaha menjaga urusan kita waktu itu, walau gue bersama dia.. Kan Bagus terus kesini, tapi hari-hari selalu ngancem dan lainnya, akses HP, apapun itu selalu dibawah bagus, gue gak bisa hubungi Lo, apalagi Lo yang jelas gak akan pernah bisa hubungi gue. Yang ada, gue komunikasi dengan orang yang memang dekat, itupun selalu dalam pengawasan dia. Kitapun nikah setelah Yudhis lahir..”,

Gue: “Kepleeeee tuh bocah kayak Asu!!..”,

,
Rista: “Heh!!.. “,
Gue: “Apaaa?? Masih suka sama dia??”,
Rista: “Apaan,, lo cemburu?? Mikir, tai!!”,

mukanya memerah ,,
Gue: “Hah!.. lanjutin ahh.”,
Rista: “Lo jangan nyolot, makanya dengerin gue curhat,, sialan lo, Val!..“,

Hahaa, gue tetap asik aja sama Rista, entah apa juga gue tetap susah marah beneran sama dia.
Quote:
Gue: “Gue ke rumah Lo, malah kosong sampai lama banget lho!!.. ke tempat Kakek dan Nenek lo, kiosnya di Jual, pada kemana?”,
Rista: “Yaaa, sejak gue hamil semua emang berantakan tanpa kesudahan, Val.. Awal 2005 kita emang pindah rumah baru di daerah Tanah Abang, yang lama itu di Jual, lagian biar deket sama tempat Bisnis Mama.. Entah apa maksudnya Papa yang semula sikapnya santai, memang saat ngelihat gue Hamil beliau berubah sikap. Mama yang selalu sabar, juga berubah karena keadaan yang sama, yapp sekilas itu.. 2005an saat Yudhis baru lahir, kehidupan semakin berantakan, apalagi gue itu di Kota dan masih ikut sama orangtua.”

Gue: “Hmmm…”,
Rista: “Rumah tangga orangtua gue sendiri, mulai berantakan.. Papa yang kecewa karena gue seperti ini, beliau jadi jarang pulang, otomatis Mama jadi mempermasalahkan.. Pekerjaan Papa juga kacau, dan yang paling gue sesalin disaat ekonomi keluarga semakin di bawah karena kacaunya pekerjaan.. Papa kedapatan punya Perempuan simpanan kurang lebih seumuran kita, karena gue pernah tau walau sekali saja, hampir gue labrak tapi kalah cepat...” ,
Gue: “Haaa??”,
Rista: “Meski sebenernya urusan Ekonomi itu gak semakin memburuk karena Selingkuhan Papa itu juga pengusaha. Tapi, Mama dan adek gue yang jadi Korban, dan ternyata Papa hubungan sama perempuan itu udah sekitar 2 tahun saat itu, saat kita pisah waktu SMA kelas 1 dan 2 lah... Entah cobaan apa di keluarga gue, Val..”,

Hmmm, mendengar ini gue cuma diem dan bingung, Rista mulai nangis dengan segala keluh kesah yang gue rasa dalam banget.. Jadi ingat pula sama Ceci yang Ayahnya juga bermain Peremuan lain.. Apa sebenernya yang terjadi?? Kenapa semua hampir sama?. Susah dimengerti sebenarnya, kok perempuan-perempuan ini hampir sama nasibnya.. Apa semua karena gue yang mengawalinya??, permasalahannya gak jauh Beda antara mereka. Ristaa, ngelanjutin curhatnya dan sesekali menengok Yudhis yang ternyata udah tidur di dalam mobil..
Quote:
Gue: “Terus… Lo sama Bagus gimana?”,
Rista: “Akhirnya, sejak itu keluarga jadi Hambar.. gue mutusin hidup sendiri dan mandiri bersama Yudhis dan tentunya Bagus yang kerjaannya waktu itu cuma jadi Pengangguran, main sama temen-temennya, jarang pulang dan Ringan tangan!.. Tapi, gue berusaha sadar kalau dia suami gue, Val..”,
Gue: “Jadi sejak semua terungkap itu, lo pindah?”,
Rista: “Iyaaa, Yudhis usia setengah tahunan, kita mandiri, dan tinggal di daerah Kebon Jeruk.. Oke, anggap aja rumah tangga berjalan normal meski gue enggak bahagia sama sekali, walau gue tetap melayani dia!. Tapi, Bagus tetap enggak ada perubahan apapun.”,
Gue: “Lhoo?? terus yang membiayai semuanya?”,

Rista: “Ya siapa lagi kalau bukan Mama setiap saat, dan Papa yang sesekali ada. Bagus juga dapat kiriman setiap bulannya dari orangtuanya di Kampung. Tapi entah apa yang ada dipikirannya, dia suka Foya-foya dengan yang lain, bukan dengan gue!, apalagi Yudhis!..”,

Gue langsung nyorot ke yang namanya Bagus tai!, cowok apaan lo gus??. Harusnya lo mikir jadi cowok, udah beristri, punya anak, harusnya lo nyari apa kek buat anak dan istri meski enggak cukup dan kurang setidaknya bisa mandiri.. Apa lo mikir karena Mertua lo itu Pengusaha?, jujur kalau gue jadi Lo, gue bakalan malu, malu buat menelantarkan Rista, cewek secantik ini haduhhh!!!.
Quote:
Gue: “Terus keseharian Lo?”,
Rista: “Gue seperti biasanya, ada pembantu juga yang mbantuin gue ngurus Yudhis. Saat dia menginjak usia 1 tahunan lah, gue dan Bagus ikut Ujian Nasional SMA Tahun 2006, penyetaraan semacam kejar paket C, dan Alhamdulillah sih kita berdua lulus.. Tapi, lagi-lagi cerita semakin berbeda, entahlah Val gue emang gak bisa apa-apa,,,,”,

, maksa banget senyumnya ,
Gue: “Riss, risss, sabar …”,