nadlinAvatar border
TS
nadlin
Jack of All Trades, Master of None
Hai semua penghuni story from the heart! Ini cerita ketigaku yang kurelease di dunia maya, tapi untuk yang kali ini, i feel the need to hide my identity~ Ceritanya bisa kalian anggap nyata, atau hanya sekedar fiksi terserah kalian emoticon-Wink Sebelum mulai baca aku mau minta maaf dulu karena kadang aku suka mengekspresian sesuatu dalam bahasa lain. Paling sering Inggris. Bukan so' multilangual, tapi beberapa kata lebih enak di ungkapkan dengan bahasa lain menurutku.


PLEASE READ THIS FIRST
A story of a girl name Nada who live her life as a jack of all trades, but master of none. Karena pada dasarnya bentuknya seperti sebuah diari, jadi terkadang isi chapter tidak selalu berhubungan dengan judul utama. Juga terkadang chapter yang satu dengan yang lainnya tidak selalu berhubungan. Dua chapter pertama berisi narasi menceritakan Nada, dan maksud dari judulnya. Kalo lg males baca, di skip aja dulu. emoticon-Wink

Quote:


Spoiler for FAQ:


CHAPTERS:

Perkenalan
1. Life in a Nutshell (prologue)
2. Jack of All Trades

Indonesia
3. Once in a While, Right in The Middle of Ordinary Life,Love Gives Us a Fairy Tale (part 1)
4. Once in a While, Right in The Middle of Ordinary Life,Love Gives Us a Fairy Tale (part 2)
5. Once in a While, Right in The Middle of Ordinary Life,Love Gives Us a Fairy Tale (part 3)
6. Once in a While, Right in The Middle of Ordinary Life,Love Gives Us a Fairy Tale (part 4)
7. I Hate Showing My True Feeling
8. Plugged

UK
9. And The Story Flies New Update! 1/4/17

Thanks! For sparing some of your important time for me! Kalo punya pertanyaan post aja pasti dijawab.
Diubah oleh nadlin 01-04-2017 15:28
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
10.1K
51
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Tampilkan semua post
nadlinAvatar border
TS
nadlin
#41
Plugged

Setelah kejadian memalukan di rumah nenekku beberapa jam yang lalu, aku sekarang berada di bandara. Pesawatku akan terbang pukul 9:25 malam. Dan sekararang baru pukul 9:02. Aku tidak ingin segera masuk dan menunggu di ruang tunggu sendirian. Jadi aku duduk-duduk d area tunggu umum bersama orang tuaku, Kiki dan Zara yang menyusul ku ke bandara untuk ikut mengantarkan.

Aku sudah hampir sepenuhnya siap pergi, dan hanya ada satu hal yang mengganjal. Sebelum keberangkatan ku ke negeri impianku, semua teman-teman dekatku merencanakan semacam farewell party juga dengan jenis acara yang berbeda-beda. Aku, Kiki, Vissa, Zara, Ima, dan Lily sudah melalui masa-masa bersedih ria beberapa hari sebelum hari terakhir kami bersama di sekolah. Dan kami juga sudah saling mengerti, kalau kami tidaj bisa terus bersama selamanya seperti di sekolah. Karena itu aku tidak harus melewati masa tangis menangis lagi dengan mereka ketika aku akan pergi.

"Curang nih, Nada ngeduluin. Diterima aja belum tentu. HAHAHAHA" sindir Zara. Memang begitulah Zara, apa adanya.

Kiki membalasanya, "Jahat ra! Pasti keterima ko An di Cambridge. Biar bareng Lu-"

Sebelum ia melanjutkan kalimatnya aku melarangnya dengan isyarat telunjuk memotong leher, sambil melotot.

"Ga serem An. Mata lo ga keliatan." Zara menanggapi reaksiku sambil tertawa dan diikuti tawa Kiki.

Aku baru saja mau membalasa mereka ketika tiba-tiba handphone ku bergetar. Dengan terburu-buru kulihat layarnya dan nama "Luca Rashani Akbar" muncul di layar. Inilah hal yang masih mengganjal. Aku pun segera mengangkatnya.

"Halo." kataku

"Hey. Nada, udah mau berangkat?" balasnya tanpa basa-basi dari ujung sana.

"Hm. Bentar lagi." kataku dengan nada sedih. ko lo baru ngehubungin gue jam seginipikirku kecewa.

"Yaudah. Hati-hati yah. Aku masih nunggu surat buat asrama disana." katanya tidak menyadari kekecewaanku.

Aku terdiam sebentar, merasa kesal aku pun menjawabnya. "Tidur aja d kolong jembatan!" kataku. Dan menyiapkan diri untuk menerima reaksi kagetnya.

Tapi aku malah mendengar suara tawa dari speaker handphoneku. "Tega banget sama aku. Sabar yah." katanya. Seperti tau alasan aku kesal.

Dan lagi-lagi aku tersihir olehnya. Setiap perkataan dan sikapnya kepadaku, selalu membuatku bertanya-tanya. Apa yang ada dipikirannya? Apa yang dia tau? Apa yang dia mau? Dan tanpa sadar, otakku selalu dipenuhi olehnya.

"Sabar apanya? Udah ah aku mau berangkat!" kataku tambah kesal, kali ini tanpa alasan. Dan memutus sambungan dengan wajah cemberut.

Aku lupa kalau disana ada Kiki dan Zara yang sedari tadi diam memperhatikanku. Ketika sadar aku melihat wajah mereka yang sedang menyimpulkan sesuatu kemudian berubah jadi cengiran.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Hati-hati yah, tante Vita nanti jemput di bandara." kata ibuku, kemudia meletakan tangannya di kepalaku dan membacakanku doa. Aku hanya mengangguk diam.

"Harus yah keterima. Gaboleh pulang kalo engga." kata papahku ketika aku berpamitan padanya. Tapi kemudian papahku mengecup dahiku. "Nada harus pulang sukses" tambahnya.

"Ihh geleh" kataku sambil mengusap-ngusap dahi.

"Eh jahat An ko gitu sama papah." kata Kiki mengingatkan sambil nyengir.

Zara memegang tangan kananku kemudian berkata, "An kita tau lo gasuka di peluk-peluk, jadi dadah. Dan hati-hati. AHHH Gue harus jd yang kedua pergi biar dianter yang lain."

Aku tertawa melihatnya. Kemudian bergantian memandang mereka "Aku berangkat oke? Dadah. Cepet nyusul. Cepet sukses dan pulang." kataku.

~~~~~~~~~~~~~

Aku berjalan cepat menuju gate terakhir menuju pesawatku. Aku tidak bisa memandang papah dan mamahku lama-lama. Karena aku bisa saja tiba-tiba menangis lagi dan bilang tidak mau pergi. Kuperlihatkan tiketku pada penjaga gate terakhir, dan segera jalan menuju jembatan.

Dan akhirnya akupun ada di dalam pesawat, 70% dari penumpangnya masihlah orang indonesia. Tapi mamah sudah memperingatkan, kemungkinan besar saat transit nanti jumlahnya menjadi sebaliknya, yaitu lebih dr 70% merupakan orang asing.

Aku duduk di kursiku yang bersebelahan dengan jendela. Sebelahku adalah seorang wanita indonesia yang mungkin berada di awal umur 30annya. Dia tersenyum sebentar padaku kemudian membaca sebuah majalah dari sandaran kursi depan.

Ketika semua penumpang dan awak kabin sudah berada pada tempatnya masing-masing, pesawatpun mulai bergerak menuju jalur lepas landas. Aku duduk dengan keringat dingin, memegang erat pegangan kursiku dan menutup mata. Laju pesawat terasa semakin cepat, semakin cepat, sampai aku merasa tidak ada lagi goncangan yang berasal dari roda pesawat dan aku pun membuka mata. Pesawat telah lepas landas.

"NorCal departure, United one three five, one thousand climbing six thousand" kudengar pilot berbica cepat dari speaker.

Dan sadarlah aku. From this momment on, there is no point of turning back. Air mata pelan-pelan mebasahi pipiku.
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.