natashyaaAvatar border
TS
natashyaa
I Am (NOT) Your Sister
Dear Warga SFTH.

Sebelumnya ijinkan gue untuk menulis sepenggal kisah hidup gue di SFTH. Cerita ini bersumber dari pengalaman pribadi yang gue modifikasi sedemikian rupa sehingga membentuk cerita karangan gue sendiri. Cerita ini ditulis dengan dua sudut pandang berbeda dari kedua tokohnya.
So... langsung saja.




Big thanks to quatzlcoatlfor cover emoticon-Smilie

Quote:
Diubah oleh natashyaa 20-01-2018 16:32
tukangdjagal
makola
imamarbai
imamarbai dan 6 lainnya memberi reputasi
7
461.8K
3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Tampilkan semua post
natashyaaAvatar border
TS
natashyaa
#1234
F Part 45
“Jawab kak!” Ani setengah berteriak di dalam mobil.
“Ngomong apa sih?!” Kata gue tegas. Gue lalu menepikan mobil dulu ke pinggir jalan, dan berhenti.
“Kenapa kakak selalu menolak aku?” Ujar dia yang berlinang air mata. Deraian air mata Ani menghapus make up yang menempel dan mengotori wajahnya. Gue terhentak iba dan diam. Sebuah pertanyaan dan curahaan isi hati ini yang gue dengar tadi sudah gue duga pasti bakal muncul di kemudian hari. Tapi, gak gue sangka bakal secepat ini. Wajahnya yang layu dan dihiasi air mata membuat gue tak sanggup melihatnya.

“TURUN!!” Kata gue.
“OKE, Aku turun!” Teriak dia.

Gue shok melihat Ani yang langsung saja membuka pintu kiri mobil dan keluar dari mobil. Hentakan cukup kuat menutup pintu mobil. Gue hanya bisa melihat dari kaca kalau Ani berjalan menjauh dari mobil. Gue kaget, sekaget-kagetnya. Gue bilang “turun” karena tidak ingin melihat wajah kesedihan yang ia tampakan. Gue bego! Mengapa harus mengusirnya juga. Ini kedua kalinya gue mengusir Ani dan menelantarkannya di jalan.

“Arghhhh…” Gue tempelkan kepala gue ke kemudi mobil, gue pukul beberapa kali stir mobil bak orang stres sambil mencaci diri sendiri. “Felisha tolol” gumam gue dalam hati. Gue gak tau kalau Ani begitu sensitifnya sekarang. Dari awal, niat gue mengajak Ani main karena gue pengen mencoba lagi untuk lebih dekat dan mengenal dia. Tapi, apa yang gue dapatkan? Gue malah sukses membuat dirinya terluka lebih dalam. Mungkin Ani sudah habis kapasitas kesabarannya dalam menghadapi gue, dan gue akui itu manusia.

Gue manusia yang tidak begitu pandai dalam sebuah hubungan, tapi percayalah apa yang gue lakuin tadi, seperti main game, nanyain si Egi, dan ngajak foto becanda dengan pelayanan hanya salah satu bentuk pendekatan yang gue coba untuk menilai dirinya. Tapi, yang gue dapat malah malapetaka.

Sudah lima atau bahkan sepuluh menit, Ani berlalu meninggalkan mobil. Gue masih di dalam mobil dan terpaku dengan penilaian kepada diri sendiri yang tidak becus untuk mengakrabkan diri dengan seseorang. Apa yang harus gue lakukan, gue harus gimana, pertanyaan seperti itu memutari isi kepala gue.

Gue membuka pintu mobil dan gue keluar. Mata gue melihat ke segala penjuru tempat namun Ani tak gue temukan. Gue hanya melihat kendaraan yang berlalu lalang. Si Ani pergi kemana, gumam gue dalam hati. Gue kemudian menutup pintu mobil dan menguncinya lalu berlari ke arah yang tadi dituju Ani, berharap Ani tidak pergi terlalu jauh.

“Pak..pak, lihat anak perempuan tingginya segini, pakai celana jeans hitam dan kaos putih, rambut panjang..” Kata gue setiap kali menemukan seseorang di jalan. Tapi, jawaban yang gue dapatkan nihil sama sekali. “Teu teh.”, “Ngak, neng.” Dsb. Sialan, si Ani pergi kemana. Sudah cukup jauh gue pergi dari mobil tapi gue gak menemukan tanda-tanda keberadaan Ani. Di sisi jalan gue seperti orang kebingungan. Gue bingung harus pergi mencari kemana lagi. Mana mungkin si Ani bisa menghilang secepat kilat. Mana mungkin juga si Ani mengenakan jubah tembus pandang Harry Potter yang bisa saja langsung menghilang.

Ibu! Burhan! Apa yang harus gue katakan kepada mereka kalau gue langsung pergi ke rumah tanpa Ani. Masa iya gue bilang gue ngusir Ani dari mobil. Masa iya juga gue bilang gue gak tau. Udah mah gue dan Ani pergi tanpa sepengathuan ibu, belum lagi gue masih dalam percobaan hukuman ibu. Alhasil pikiran gue melayang-layang gak jelas. Gue takut kalau dia diculik. Gue takutnya dia yang tadi berjalan luntang-lantung tiba-tiba ada mobil lalu orang yang dalam mobil membawa dan menyekapnya. Disaat seperti ini pikiran negatif gue tentang kekhawatiran akan menghilangnya Ani muncul terus. Gue bahkan sempat kepikiran apa dia diculik wewe gombel!!

Ani…Ani..Ani.. merepotkan sekali sih lo!! Sekarang giliran gue yang berjalan luntang-lantung mencari elo. Setiap tempat yang gue lewati gue perhatikan tak ada satupun tanda dari wujud lo yang nampak. Gue emang salah tadi jika gue becandanya keterlaluan, gue tau selama ini selalu ada penyangkalan atau penolakan terhadap lo dan Burhan, gue minta maaf.

Sudah cukup gue berjalan, gue nyerah, gue mau pulang ke rumah, bodo amat lah ntar di rumah mau gimana. Gue udah siap nanggung konseskuensinya, orang hilang gue serahkan ke kepolisian aja. Itu niatan gue kalau Ani benar-benar menghilang.

Saat kembali menuju mobil, dari kejauhan gue lihat seorang gadis berambut panjang mengenakan baju putih dibalut cardigans hitam dan jeans serta sepatu converse hitam sedang duduk di halte menghadap ke arah jalan sambil minum teh kotak yang sedang ia pegang. Dan tepat sekali gadis itu adalah si ANI! Bangcat !!! Dengan luguya ia duduk sambil menggerakan kaki-kakinya. Gue dari tadi nyariin dia ternyata dia malah duduk dan enak-enakan minum. Gue tadi jalan mungkin hampir lebih dari dua kilo dan capek banget. Tapi kok, gue tadi lewat halte itu gak ada dia ya?

Tanpa pikir panjang gue langsung berlari dan menghampiri dia.

“Ani!!!!” Teriak gue sambil menghampirinya.
“Lo darimana sih?”
“Lo baik-baik saja kan?
“Lo gak diculik kan?”

Ujar gue nyerocos saking paniknya takut dia kenapa-kenapa.

“Kakak ngomong apa sih?” Ujar dia polos.
“Eh kamu ini, gue nyariin tadi kemana-mana taunya disini.”
“Aku lagi nunggu angkot kak, kan aku disuruh keluar dari mobil dan pulang sendiri lagi..”
“Astaga!!!” Gue kemudian merangkulnya.
“Sorry Ni,” Bisik gue.
“Maafin gue kalau becanda gue tadi keterlaluan dan bikin lo marah.”
“Yuk kita pulang aja, balik lagi ke mobil.” Lanjut gue.
Gue pun melepaskan pelukan gue dari Ani. Ani kemudian berdiri dan membuang sampah teh kotaknya ke tempat sampah.
“Bentar kak, aku mau jajan lagi. Mau beli es krim. Kakak mau gak?”
“Astaga, yaudah beliin gue konelo. Hehehe”
“Tapi gue tunggu di mobil ya Ni.”
“Oke!”

Akhirnya gue juga berhasil juga menemukan si Ani. Walau begitu ada pertanyaan besar yang hinggap di benak gue, mana bisa si Ani yang tadi di dalam mobil begitu emosional mendadak jadi polos dan lugu lagi ketika gue temukan barusan. Gue heran dengan dia. Dia begitu cepat melupakan masalah. Seolah dia tidak punya beban di hidupnya. Aneh sekali, benar-benar aneh.

“Yuk, kak. Kasian ibu di rumah sendirian.” Kata dia dalam mobil. Gue gak nyadar kalau dia udah masuk lagi ke dalam mobil. Kapan masuknya coba, apa gue tadi terlalu melamun sehingga tidak menyadari dia masuk ke mobil.
“Oke!” Gue kemudian menyalakan mesin mobil dan bersiap untuk pulang ke rumah.

***

“Euleuh….Euleuh… timana wae(darimana aja)?” Ujar ibu ketika gue dan Ani masuk ke dalam rumah.
“Mana we, pengen tau aja.” Kata gue.
“Main Bu, BIP!” Kata Ani.

Gue hanya bisa #gogodegmastaka emoticon-Ngakak

“Atuh kapan-kapan mah ajakin ibu dong kalau main teh, gayalah kalian mah.” Kata ibu yang sirik.
“Hehehehe..” Senyum kuda gue.
“Iyaaa iih, main bertiga sama ibu.” Kata Ani semangat.
“Iya..”

***
Keseokan harinya di sekolah gue diam-diam pas mau masuk abis istirahat pergi ke kelas IPA 3, kelas tetangga gue. Gue langsung aja masuk nyelonong ke kelas mereka, tentu saja gue pasti diliatin oleh penduduk IPA 3. Apa maksudnya coba warga kelas lain seenak udel masuk ke rumah mereka. Gue ke IPA 3 mau menemui seseorang.

“Hey…” Kata gue kepada seseorang yang sedang duduk membaca komik di mejanya.
“Eh.. Fe?” Kata dia setengah kaget.
“Gi.. bisa bicara diluar.” Kata gue.
“Ada apa?”
“Diluar saja jangan disini.” Kata gue.
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.