Aku, Kau, Dia, dan Dirinya – Part 1

Kayuhan demi kayuhan akhirnya mengantarkan kami di depan gerbang Octa. Kami menuntun sepeda ini kedalam garasi.


Deg, hatiku berdebar. Aku sempat salah tingkah dengan perlakuan Octa. Inikah jatuh cinta? Secepat inikah rasa itu ada? Atau ini hanya perasaan suka?


2 minggu berlalu, Octa mulai terbiasa mengendarai sepeda ke sekolah dengan ku. Ia berujar jika kini ia lebih fresh dari sebelumnya. Ia menjadi ketagihan mengendarai sepeda. Hari ini hari minggu, malam tadi Octa mengajakku untuk menemaninya bersepeda. Aku mengiyakan ajakan itu. Octa mengajakku bersepedah di salah satu area olahraga ternama di kota Bandung.





Pagi ini aku mengenakan jersey away Portugal, celana training yang senada dengan warna jersey, serta sepatu New Balance Minimus. Sepatu ini memang salah satu sepatu favoritku. Meski hanya memiliki design huruf N tetapi bagiku sepatu ini cukup simple. Sedangkan Octa, ia memakai t-shirt adidas panjang warna hitam dengan garis putih, celana training adidas dengan warna yang senada, serta sepatu Nike Air Max kombinasi hitam dengan merah. Octa terlihat berbeda dengan biasanya, ia terkesan sporty. Jujur saja lebih menyukai perempuan yang menyukai olahraga, dari pada menghambur – hamburkan uang untuk sekedar jalan – jalan di mall.

Kami mengayuh sepeda, mengikuti jalur. Sudah 6 putaran.

Kami memarkirkan sepeda. Octa langsung duduk menyelonjorkan kakinya, wajahnya cukup lelah. Aku lantas mengambil air minum lalu memberikan kepadanya. Ia langsung meminum air tersebut.


Aku menyenderkan badan di pohon besar yang menjulang tinggi. Aku mengadahkan kepalaku melihat ranting dan dedaunan. Tanpa disadari Octa berada di sampingku, ia menyenderkan kepalanya kebahuku. Octa, apa yang kamu lakukan? Ujarku sendiri dalam hati. Aku salah tingkah. Octa hanya tersenyum melihat wajahku yang mulai memerah.