- Beranda
- Stories from the Heart
Aku pergi sebentar, boleh?
...
TS
201192
Aku pergi sebentar, boleh?

Quote:
INDEX:
SATU : Ve !!!
DUA : Kak Tama
TIGA : Diam
EMPAT : Coklat
LIMA : Break Up Lexa !
ENAM : Boleh Aku Bertanya Sesuatu?
TUJUH : Tadaima
DELAPAN : Gadis Coklat
SEMBILAN : Api Cemburu
SEPULUH : Bad Day
SEBELAS : Terbongkar !!!
DUA BELAS : Revenge
TIGA BELAS : Flashback
EMPAT BELAS : Nyaman
LIMA BELAS : PUTUS
ENAM BELAS : Perkenalan
TUJUH BELAS : Akhirnya
DELAPAN BELAS : Jarak
SEMBILAN BELAS : Mayumi Baskara
DUA PULUH : Suci atau Shinta ?
DUA PULUH SATU : It's Final Choise
DUA PULUH DUA : Itu Nyata
DUA PULUH TIGA : Kecerobohan Mayu
DUA PULUH EMPAT : Terlalu berharap
Quote:
Polling
0 suara
LANJUT ??
Diubah oleh 201192 25-10-2017 22:54
anasabila memberi reputasi
1
89.5K
500
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
201192
#182
Sebelas : Terbongkar !!!
Venus terisak dalam tangisnya, ia tak pernah menyangka Ryu yang tega merampas kebahagiaan singkatnya.Saat ia merasakan perlindungan dan terluka oleh perlakuan yang diterimanya oleh Lexa hari ini yang merusak mentalnya untuk beranjak kembali ke Sekolah. Ia hanya dapat menangis dibawah bantal untuk meredam suara tangisnya, agar mamah dan papahnya tak mengetahui dan khuatir akan dirinya hari ini.
Venus menangis dalam sunyi.
***
"Ra, gue kok ga pernah liat lo bareng Venus lagi sih akhir-akhir ini, kalian lagi berantem ya?" Dengan santainya Ryu berjalan masuk ke dalam kelas Tiara seraya duduk disampingnya.
"Kkkak..Kak Ryu tau nama saya?" Tiara tergugup dihampiri Ryu pada saat penghujung jam istirahat, sekaligus ia merasa canggung dengan tatapan mata teman sekelasnya yang menatap lurus ke arahnya dan Ryu kini duduk di meja yang sama.
"Yaelah, Rara, gue tau lah nama lo, kan lo udah kaya magnet beda kutub sama Venus Syafitri, sohib lo..dia selalu manggil lo Ra, nama lo pasti Rara kan?!" sambil menyandarkan punggungnya Ryu berceloteh sotoy.
"mmmm. . . ." sambil mengulurkan tangan ke arah Ryu, "Nama saya Tiara kak, bukan Rara", tentu saja Tiara sedikit jengah, ia kira Ryu benar mengenalnya.
"Hehehehehe" Ryu hanya dapat menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal sambil menjabat tangan Tiara yang terjulur kearahnya.
Tiara segera melepas jabatan tangan Ryu, setelah ia sadar tatapan aneh semakin jelas terasa kearahnya, sambil menunduk ia berkata pada Ryu " Ve ga masuk sekolah kak, udah 3 hari ini dia sakit, demam tinggi, mm...maaf kak, saya permisi". Segera Tiara menghindar ketika sudut matanya melihat sekelebat bayangan Shinta melewati kelasnya, yang berarti Lexa ada di sekitar situ.
"3 Hari?? Berarti setelah Venus nampar gue dong?" Ryu malah berfikir dan terduduk di bangku Venus, ia sama sekali tak menggubris bel masuk jam pelajaran yang telah berbunyi 5 menit yang lalu.
"EHEM . . .Kamu masih betah di Sekolah ini atau memang ini alasan bolos baru kamu, Ryuga Baskara?!" tegur Pak Felix yang mengajar Sosiologi kelas Venus telah berada di bangku guru dan menyadari adanya murid yang seharusnya tak berada di kelasnya itu.
"Ehh, maaf pak...udah bel ya?hehehehehehe" Ryu segera berlari kecil beranjak dari kelas.
***
TING . . . .TONG . . . .TING . . . .TONG . . . .TING . . . .TONG . . . .
"Tha, bukain dong, si bibi kayanya lagi nyuci deh di belakang".
"Males ah" sambut Shinta yang sepulang sekolah ini berkunjung ke rumah Lexa, dan kembali membaca majalah baru sambil mengambil snack dan memasukkan ke dalam mulutnya.
"Thaaaa..buru bukain"atau....sambil melirik tajam ke arah Shinta, Lexa melancarkan serangan psikologis.
"Iiiiyaaa, gue buka deh gue buka" sungut Shinta, ia tak mau memiliki urusan negatif dengan Lexa.
Shinta pun turun dari kamar Lexa yang terletak di lantai 3 rumah mewah itu untuk membukakan pintu.
"Supir sama pembantu pada kemana sih, masa bel segini jelasnya ga kedenger" dumel Shinta.
----
"Lex, Ryu dateng" telepon singkat Shinta saat membuka pintu dan melihat Ryu di seberang pagar sedang memencet bel dengan tak sabar.
"Mati gue" ujar Shinta pelan, lalu berjalan pelan ke arah pagar dan membuka pagar untuk Ryu.
"Lama amat sih lo jalan dari pintu buat bukain pager doang, Lexa ada?" Protes Ryu yang melihat lambatnya tungkai kaki Shinta untuk berjalan ke arahnya dari mulut pintu rumah Lexa.
"Aadd..aa...Ada kok Lexa di dalem, hayu masuk dulu, biar gue panggilin Lexa" Tawar Shinta pada Ryu.
"Ga usah Tha, gue minta tolong ama lo aja teleponin dia suruh kesini cepet, gue masih ada urusan".
"Kan lo juga punya nomer Lex.."
"Udah gue apus" Potong Ryu sebelum Shinta melanjutkan kalimatnya.
"Yauda buruan, panas nih, panggilin dia" tukas Ryu pada Shinta.
Tut..tutt..tuut...tut... "Lex, Ryu mau ketemu lo sekarang disini, dia ga mau masuk rumah, katanya buru-buru ada urusan" sengaja Shinta menelepon di depan Ryu agar ia percaya.
"Udah kan, gue mau masuk dulu"
"Tunggu disini, gue mau ngomong sama lo berdua" tahan Ryu.
-----
tak lebih dari 5 menit Lexa menghampiri Ryu dan Shinta yang berdiri di depan pagar rumah.
"Kamu kenapa ga masuk dulu?" ujar Lexa lembut pada Ryu.
"Gausah, gue mau to the point aja, gue mau nanya sesuatu sama lo berdua".
"Kamu mau nanya apa?" ujar Lexa.
"Lo sama Shinta, 3 hari yang lalu, pulang sekolah sampe jam 6 sore ada dimana?"
"mmmm...3 hari yang lalu yahh....aku sama Shinta pulang sekolah langsung shopping + nyalon, tuh belanjaannya masih ada kok, kamu mau bukti?emang ada apa sih Ryu-kun?" cerocos Lexa sewajar mungkin.
"Stop, jangan pernah panggil gue dengan panggilan itu, lo ga pantes Lexa. Shinta, bener ga yang diucapin Lexa barusan?" tatapan Ryu beralih ke Shinta yang berada diantara mereka.
Shinta hanya menunduk, lalu mengangguk lemah untuk menjawab pertanyaan Ryu tanpa suara.
"Oke, gue pegang omongan lo berdua kali ini, tapi sampe gue tau ada yang ga beres, kalian berdua ga akan lolos dari gue". Setelah mendapat penjelasan Lexa yang terdengar logis namun terlihat janggal karena Shinta terlihat gugup, Ryu memacu motornya segera meninggalkan Shinta dan Lexa.
"Fyuuuhhhh" Shinta terdengar membuang nafasnya yang tertahan sedari tadi sambil menyenderkan badanya ke pilar pagar rumah Lexa.
"Lo tenang aja Tha, dia ga punya bukti apa-apa atas kita, lo ga usah parno" ujar Lexa sambil melangkahkan kembali kakinya ke dalam rumahnya, Shinta pun mengikutinya dari belakang.
***
BRUUUMMMMM.....
Ryu menghentikan motor sportnya agak jauh dari pagar rumah Venus.
"Itu kan mobil Tama, ada urusan apa ia kesini?" Ryu heran dengan adanya mobil Tama yang terparkir tepat di depan pagar rumah Venus.
Papah Venus yang sedang menyiram tanaman di depan pagar pun segera menghampiri Ryu.
"Eh, nak Ryu..ayoo masuk, kebetulan ada teman Venus juga sedang menjenguk, Tam...Tam...siapa ya ... om lupa namanya" ajaknya.
"Eh..oom, ii..yaa...om" sambil mendorong motornya ia berjalan berdampingan dengan Papah Venus menuju rumah.
"Om selesain ini dulu ya sebentar, Nak Ryu masuk aja, Venus sama temennya ada di ruang tamu kok" sambil mengambil selangnya lagi untuk melanjutkan menyiram tanamannya.
Sejenak Ryu ragu untuk masuk atau tidak, tapi dengak keadaan mototr yang telah terparkir dan papah Venus yang berada di depan pagar, pilihan masuk adalah pilihan yang tak terbaik saat ini.
Dari luar rumah Ryu dapat mendengar sayup suara Venus, namun daun pintu yang terbuka hanya memperlihatkan pemandangan Venus yang terlihat bercanda dengan Tama sambil sesekali Tama menyuapi Venus dengan bubur, Venus masih terlihat kurang sehat, tapi ia terlihat ceria di sebelah Tama.
"Apa ini?" Ryu berlari menjauh sambil memegangi dadanya yang terasa remuk dan melajukan motornya dengan segera.
Papah Venus yang melihat Ryu bertingkah aneh segera masuk ke dalam rumah dan bertanya pada Venus.
"Venus, tadi kenapa nak Ryu berlari keluar dari luar rumah?"
Srrrttttt. . . . .SSrrtttt. . . . Lagi - lagi sengatan listrik itu menjalar pada tubuh Venus, padahal Venus hanya mendengar namanya saja. Venus hanya dapat mematung, pikirannya kacau balau saat ini.
"Maaf om, benar tadi Ryu ke sini?" tanya Tama pada papah Venus.
"Iya, tadi dia diam di depan pagar, om suruh masuk, belum lama....dia malah pergi naik motor" tutur papah Ryu pada Tama.
Tama pun segera bangkit dan berpamitan pada Venus dan Papahnya untuk mengejar Ryu dengan langkah yang bergegas.
Venus dan papahnya yang mengikuti sampai ke depan pintu pagar pun hanya terlihat bingung dengan kejadian yang terjadi.
"Mbak Venus"
"Venus menoleh, eh, dek Hilman...ada apa?" Suara Venus masih terdengar serak.
"Ini mbak, Hilman lupa ngasihin ini ke mbak Venus, ini punya yang naik motor nabrak Ciko, waktu dia berhenti sebentar, ini jatoh dari jaketnya, Hilman mau kasih dari kemaren, tapi Mbak Venus ga keluar-keluar rumah" sambir langsung pergi pulang ke rumahnya kembali.
"Ini......" tangan Venus bergetar menerima benda yang tetangganya baru berikan, air matanya bergulir, namun kini ia tersenyum. Venus kini menangis dalam senyum.
Venus menangis dalam sunyi.
***
"Ra, gue kok ga pernah liat lo bareng Venus lagi sih akhir-akhir ini, kalian lagi berantem ya?" Dengan santainya Ryu berjalan masuk ke dalam kelas Tiara seraya duduk disampingnya.
"Kkkak..Kak Ryu tau nama saya?" Tiara tergugup dihampiri Ryu pada saat penghujung jam istirahat, sekaligus ia merasa canggung dengan tatapan mata teman sekelasnya yang menatap lurus ke arahnya dan Ryu kini duduk di meja yang sama.
"Yaelah, Rara, gue tau lah nama lo, kan lo udah kaya magnet beda kutub sama Venus Syafitri, sohib lo..dia selalu manggil lo Ra, nama lo pasti Rara kan?!" sambil menyandarkan punggungnya Ryu berceloteh sotoy.
"mmmm. . . ." sambil mengulurkan tangan ke arah Ryu, "Nama saya Tiara kak, bukan Rara", tentu saja Tiara sedikit jengah, ia kira Ryu benar mengenalnya.
"Hehehehehe" Ryu hanya dapat menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal sambil menjabat tangan Tiara yang terjulur kearahnya.
Tiara segera melepas jabatan tangan Ryu, setelah ia sadar tatapan aneh semakin jelas terasa kearahnya, sambil menunduk ia berkata pada Ryu " Ve ga masuk sekolah kak, udah 3 hari ini dia sakit, demam tinggi, mm...maaf kak, saya permisi". Segera Tiara menghindar ketika sudut matanya melihat sekelebat bayangan Shinta melewati kelasnya, yang berarti Lexa ada di sekitar situ.
"3 Hari?? Berarti setelah Venus nampar gue dong?" Ryu malah berfikir dan terduduk di bangku Venus, ia sama sekali tak menggubris bel masuk jam pelajaran yang telah berbunyi 5 menit yang lalu.
"EHEM . . .Kamu masih betah di Sekolah ini atau memang ini alasan bolos baru kamu, Ryuga Baskara?!" tegur Pak Felix yang mengajar Sosiologi kelas Venus telah berada di bangku guru dan menyadari adanya murid yang seharusnya tak berada di kelasnya itu.
"Ehh, maaf pak...udah bel ya?hehehehehehe" Ryu segera berlari kecil beranjak dari kelas.
***
TING . . . .TONG . . . .TING . . . .TONG . . . .TING . . . .TONG . . . .
"Tha, bukain dong, si bibi kayanya lagi nyuci deh di belakang".
"Males ah" sambut Shinta yang sepulang sekolah ini berkunjung ke rumah Lexa, dan kembali membaca majalah baru sambil mengambil snack dan memasukkan ke dalam mulutnya.
"Thaaaa..buru bukain"atau....sambil melirik tajam ke arah Shinta, Lexa melancarkan serangan psikologis.
"Iiiiyaaa, gue buka deh gue buka" sungut Shinta, ia tak mau memiliki urusan negatif dengan Lexa.
Shinta pun turun dari kamar Lexa yang terletak di lantai 3 rumah mewah itu untuk membukakan pintu.
"Supir sama pembantu pada kemana sih, masa bel segini jelasnya ga kedenger" dumel Shinta.
----
"Lex, Ryu dateng" telepon singkat Shinta saat membuka pintu dan melihat Ryu di seberang pagar sedang memencet bel dengan tak sabar.
"Mati gue" ujar Shinta pelan, lalu berjalan pelan ke arah pagar dan membuka pagar untuk Ryu.
"Lama amat sih lo jalan dari pintu buat bukain pager doang, Lexa ada?" Protes Ryu yang melihat lambatnya tungkai kaki Shinta untuk berjalan ke arahnya dari mulut pintu rumah Lexa.
"Aadd..aa...Ada kok Lexa di dalem, hayu masuk dulu, biar gue panggilin Lexa" Tawar Shinta pada Ryu.
"Ga usah Tha, gue minta tolong ama lo aja teleponin dia suruh kesini cepet, gue masih ada urusan".
"Kan lo juga punya nomer Lex.."
"Udah gue apus" Potong Ryu sebelum Shinta melanjutkan kalimatnya.
"Yauda buruan, panas nih, panggilin dia" tukas Ryu pada Shinta.
Tut..tutt..tuut...tut... "Lex, Ryu mau ketemu lo sekarang disini, dia ga mau masuk rumah, katanya buru-buru ada urusan" sengaja Shinta menelepon di depan Ryu agar ia percaya.
"Udah kan, gue mau masuk dulu"
"Tunggu disini, gue mau ngomong sama lo berdua" tahan Ryu.
-----
tak lebih dari 5 menit Lexa menghampiri Ryu dan Shinta yang berdiri di depan pagar rumah.
"Kamu kenapa ga masuk dulu?" ujar Lexa lembut pada Ryu.
"Gausah, gue mau to the point aja, gue mau nanya sesuatu sama lo berdua".
"Kamu mau nanya apa?" ujar Lexa.
"Lo sama Shinta, 3 hari yang lalu, pulang sekolah sampe jam 6 sore ada dimana?"
"mmmm...3 hari yang lalu yahh....aku sama Shinta pulang sekolah langsung shopping + nyalon, tuh belanjaannya masih ada kok, kamu mau bukti?emang ada apa sih Ryu-kun?" cerocos Lexa sewajar mungkin.
"Stop, jangan pernah panggil gue dengan panggilan itu, lo ga pantes Lexa. Shinta, bener ga yang diucapin Lexa barusan?" tatapan Ryu beralih ke Shinta yang berada diantara mereka.
Shinta hanya menunduk, lalu mengangguk lemah untuk menjawab pertanyaan Ryu tanpa suara.
"Oke, gue pegang omongan lo berdua kali ini, tapi sampe gue tau ada yang ga beres, kalian berdua ga akan lolos dari gue". Setelah mendapat penjelasan Lexa yang terdengar logis namun terlihat janggal karena Shinta terlihat gugup, Ryu memacu motornya segera meninggalkan Shinta dan Lexa.
"Fyuuuhhhh" Shinta terdengar membuang nafasnya yang tertahan sedari tadi sambil menyenderkan badanya ke pilar pagar rumah Lexa.
"Lo tenang aja Tha, dia ga punya bukti apa-apa atas kita, lo ga usah parno" ujar Lexa sambil melangkahkan kembali kakinya ke dalam rumahnya, Shinta pun mengikutinya dari belakang.
***
BRUUUMMMMM.....
Ryu menghentikan motor sportnya agak jauh dari pagar rumah Venus.
"Itu kan mobil Tama, ada urusan apa ia kesini?" Ryu heran dengan adanya mobil Tama yang terparkir tepat di depan pagar rumah Venus.
Papah Venus yang sedang menyiram tanaman di depan pagar pun segera menghampiri Ryu.
"Eh, nak Ryu..ayoo masuk, kebetulan ada teman Venus juga sedang menjenguk, Tam...Tam...siapa ya ... om lupa namanya" ajaknya.
"Eh..oom, ii..yaa...om" sambil mendorong motornya ia berjalan berdampingan dengan Papah Venus menuju rumah.
"Om selesain ini dulu ya sebentar, Nak Ryu masuk aja, Venus sama temennya ada di ruang tamu kok" sambil mengambil selangnya lagi untuk melanjutkan menyiram tanamannya.
Sejenak Ryu ragu untuk masuk atau tidak, tapi dengak keadaan mototr yang telah terparkir dan papah Venus yang berada di depan pagar, pilihan masuk adalah pilihan yang tak terbaik saat ini.
Dari luar rumah Ryu dapat mendengar sayup suara Venus, namun daun pintu yang terbuka hanya memperlihatkan pemandangan Venus yang terlihat bercanda dengan Tama sambil sesekali Tama menyuapi Venus dengan bubur, Venus masih terlihat kurang sehat, tapi ia terlihat ceria di sebelah Tama.
"Apa ini?" Ryu berlari menjauh sambil memegangi dadanya yang terasa remuk dan melajukan motornya dengan segera.
Papah Venus yang melihat Ryu bertingkah aneh segera masuk ke dalam rumah dan bertanya pada Venus.
"Venus, tadi kenapa nak Ryu berlari keluar dari luar rumah?"
Srrrttttt. . . . .SSrrtttt. . . . Lagi - lagi sengatan listrik itu menjalar pada tubuh Venus, padahal Venus hanya mendengar namanya saja. Venus hanya dapat mematung, pikirannya kacau balau saat ini.
"Maaf om, benar tadi Ryu ke sini?" tanya Tama pada papah Venus.
"Iya, tadi dia diam di depan pagar, om suruh masuk, belum lama....dia malah pergi naik motor" tutur papah Ryu pada Tama.
Tama pun segera bangkit dan berpamitan pada Venus dan Papahnya untuk mengejar Ryu dengan langkah yang bergegas.
Venus dan papahnya yang mengikuti sampai ke depan pintu pagar pun hanya terlihat bingung dengan kejadian yang terjadi.
"Mbak Venus"
"Venus menoleh, eh, dek Hilman...ada apa?" Suara Venus masih terdengar serak.
"Ini mbak, Hilman lupa ngasihin ini ke mbak Venus, ini punya yang naik motor nabrak Ciko, waktu dia berhenti sebentar, ini jatoh dari jaketnya, Hilman mau kasih dari kemaren, tapi Mbak Venus ga keluar-keluar rumah" sambir langsung pergi pulang ke rumahnya kembali.
"Ini......" tangan Venus bergetar menerima benda yang tetangganya baru berikan, air matanya bergulir, namun kini ia tersenyum. Venus kini menangis dalam senyum.
0
