Jeritan Malam (ketika keindahan menjadi sebuah ketakutan)
TS
meta.morfosis
Jeritan Malam (ketika keindahan menjadi sebuah ketakutan)
pernahkan agan merinding disuatu tempat, merasakan kehadiran seseorang yang menurut agan hanya merupakan permainan imajinasi otak belaka dan ketika sebuah karunia datang untuk memberikan agan sebuah kesempatan untuk melihat sekilas apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan semua fenomena tersebut, apakah anda akan tetap tersenyum dengan logika dan keyakinan bahwa semua hanya imajinasi otak atau berteriak dan berharap agar mata ini tetap terpejam dan semua itu hanyalah sebuah mimpi ane akan bercerita sebuah kisah yang mungkin akan merubah cara pandang agan tentang semua kejadian yang pernah menimpa agan, ketika agan membaca dan bertanya apakah ini real story ? semua kembali kepada agan untuk menilai apakah ini sebuah fiksi belaka atau real story, selamat menikmati semoga sebuah sensasi akan menemani agan dalam gelapnya malam Mohon para reader yang masih dibawah umur agar bisa memilah antara yang baik dan buruk di cerita ini, ambil yang baik dan bermanfaat..jauhi yang buruk dan menyesatkan Waktu Update : Penulis adalah seorang pekerja yang akan selalu menulis disela sela waktu luangnya, jadi untuk update bisa dilakukan kapan saja entah itu malam, pagi ataupun siang, jadi tidak ada istilah mengulur ulur waktu Peraturan membaca di thread ini : Hargai hasil karya penulis, karena menulis adalah suatu hoby dimana penulis membutuhkan pembaca dan pembaca memberikan apresiasi/kritik/masukan sebagai bentuk penghargaan karya penulis
Jangan menjiplak/mengakui hasil karya penulis, ketika ingin copy paste ke thread atau blog lain biasakan etika untuk meminta izin dan mencantumkan sumber penulisan
Penulis berharap kepada para reader untuk tidak terpengaruh atau berusaha membalas apabila ada komentar reader negatif yang berusaha membuat rusuh atau mencari sensasi karena komentar balasan adalah motivasi mereka menjadi reader negatif Line Id : meta.morfosis untuk update harap bersabar gan
Spoiler for Prologue:
Menjadi manusia normal adalah sebuah impian setiap manusia, tapi apa jadinya ketika sebuah kejadian yang menimpa anda membuat semuanya menjadi sebuah mimpi buruk, saat waktu2 yang terasa indah untuk dinikmati kini menjadi sebuah kecemasan, saat tempat tempat terindah yang kita kunjungi kini menjadi sebuah pemandangan yang penuh dengan rasa ketakutan.
Nama gw reza, gw merupakan lulusan salah satu perguruan negeri ternama disalah satu universitas negeri di Jakarta, sebuah kampus yang berada dalam suatu lingkungan asri dengan pohon pohon besar disekitarnya bahkan hampir mirip disebut dengan sebutan hutan kota, gw menyelesaikan pendidikan SI dalam waktu yang normal, dengan predikat yang lumayan hingga akhirnya sebuah panggilan kerja mengantarkan kaki gw untuk berlabuh disalah satu kota di jawa timur.
Semua terasa begitu indah, begitu sempurna, bisa dibilang yang maha kuasa memudahkan semua langkah kehidupan gw, orang tua gw yang semula tidak menyetujui gw untuk pindah kota, akhirnya menyetujuinya, walaupun dengan resiko mereka kini harus tinggal hanya berdua saja di kota bogor yang tenang. Sebenarnya orang tua gw khususnya bokap gw menginginkan agar gw bekerja di Jakarta atau setidaknya meneruskan usaha yang sudah dirintisnya selama ini, berbagai macam argumen telah mereka keluarkan untuk menggagalkan keinginan gue untuk meninggalkan Jakarta, terutama alasan umur mereka yang sudah tua, berat rasanya meninggalkan mereka bila mengingat semua alasan itu, tapi keinginan untuk mandiri membuat gw bisa mengalahkan semua rasa tidak tega itu.
Tapi semua keindahan rangkuman perjalan hidup gw kini berubah secara drastis, seiring langkah kaki gw menaiki sebuah kereta yang mengantarkan gw menuju sebuah kota di jawa timur. Sebuah kereta yang menjadi awal dimulainya rentetan kejadian yang merubah perjalanan hidup gw….
Dan percayalah ketika gw menuliskan ini semua, gw tercekam dalam rasa ketakutan, rangkaian kata yang gw tulis dengan menjentikan jari dalam barisan huruf di keyboard tidak lepas dari tatapan mata mereka, gw hanya berharap semoga malam cepat berlalu berganti menjadi siang.
Spoiler for Chapter 1 ( sebuah kabar indah tentang masa depan ):
Juli 2007, Irama langkah kaki gw bergegas cepat meninggalkan sebuah toko buku dan menuju ke stasiun kereta, kebetulan hari ini sehabis berkunjung kerumah seorang teman, gw mampir ke sebuah toko buku untuk membeli beberapa buah buku yang gw butuhkan untuk sekedar menjadi bahan bacaan peneman hari hari gw setelah lulus kuliah, disaat kesibukan mata gw mencari cari buku yang mungkin bisa menjadi bahan bacaan gw, sebuah panggilan telepon masuk, ya sebuah panggilan yang sama sekali tidak terduga dan akan menjadi awal hidup gw memasuki dunia kerja
“ hallo selamat siang, dengan bapak reza ” sebuah kalimat pembuka pembicaraan di telepon terdengar dari seorang wanita
“ benar mba, kalau boleh tau saya bicara dengan siapa ?”
“ saya indri pak, kami dari perusahaan PT. XXXXX, meminta bapak untuk hadir ke perusahaan kami untuk mengikuti proses seleksi penerimaan kerja ”
Sebuah kabar yang bagus, tapi kembali gw berpikir dan mencoba mengingat kembali surat surat lamaran yang pernah gw kirimkan, ingatan gw masih bisa mengingat perusahaan2 yang pernah gw layangkan surat lamaran kerja, dan menurut gw perusahaan ini tidak termasuk didalam daftar perusahaan yang masuk dalamlist surat lamaran kerja yang gw layangkan
“ aneh, ah masa bodo, yang penting gw jalanin aja dulu ” gumam gw, hingga akhirnya gw tertidur dikursi kereta yang mengantarkan gw ke stasiun bogor
“ wah tumben sudah rapih pagi pagi za ” tegur mamah ketika melihat gw yang sudah rapih dan mencoba menyiapkan sarapan sendiri
“ iya mah, hari ini ada panggilan kerja ”
“ Alhamdulillah za, cepat juga kamu dapat panggilan semoga diterima za ” terlihat mamah tersenyum dibalik kata katanya yang mengandung doa
“ diantar mang iwan aja za, biar tidak telat ” ucap bapak yang rupanya mencuri dengar pembicaraan kami, mang iwan merupakan supir yang bekerja dikeluarga kami
“ haduhh jangan pak, biar reza sendiri aja sekalian biar tau jalan ” jawab gw menolak tawaran itu
Setelah menyelesaikan sarapan dan pamit, segera gw pergi menuju perusahaan tempat gw akan melakukan tes pekerjaan, jam masih menunjukan pukul 7.30 sedangkan jadwal interview yang akan gw lakukan pukul 11, jadi cukuplah waktu tempuh yang akan gw habiskan untuk menuju perusahaan tersebut, dan kereta menjadi salah satu pilihan gw untuk mempersingkat jarak tempuh itu,tepat jam 10 kurang 15 akhirnya gw tiba di perusahaan tersebut, sebuah lokasi perusahaan yang terletak di Jakarta selatan
Setelah menuju ke bagian resepsionis dan memberitahukan maksud kedatangan gw, akhirnya gw dipersilahkan duduk disebuah ruang tunggu, waktu luang itu gw manfaatkan untuk mencoba membaca baca dan kembali mengingat materi kuliah yang pernah gw pelajari
“ bapak reza, mari ikut saya ” tegur seorang wanita yang mempersilahkan gw untuk mengikutinya ke salah satu ruangan tempat akan dilaksanakan interview
“ silahkan duduk pak, nanti usernya akan segera datang ” ucap wanita itu kembali sambil tersenyum dan beranjak pergi
Ada rasa tegang ketika pertama kali melaksanakan proses penerimaan kerja, ditambah gw masih terasa asing dengan perusahaan ini, hingga akhirnya rasa tegang itu sirna seiring sosok yang gw lihat memasuki ruangan
“ lohh mas kamil..?” ucap gw heran melihat sosok yang tersenyum dihadapan gw, mas kamil merupakan senior gw yang telah lulus satu tahun lebih cepat dari gw
“ kaget ya za ?”
“ iyalah mas, soalnya seingat gw, gw belum pernah melamar ke perusahaan ini ” kembali mas kamil tersenyum mendengar jawaban gw
Hingga akhirnya mas kamil menceritakan tentang sejarah dan bergerak dalam bidang apa perusahaan tempat kerjanya itu bergerak, kebetulan dia sudah memegang posisi penting didalam perusahaan tersebut dan merekomendasikan gw untuk mengisi sebuah tempat dalam departemennya yang kebetulan kosong
“ bagaimana za ?” tampak mata mas kamil mencoba memperhatikan gw
“ ternyata diluar Jakarta ya mas, sepertinya gw harus bicara sama kedua orang tua gw dulu ”
“ lu udah dewasa za, lelaki dewasa harus bisa punya keputusan sendiri ”
“ jangan sampai kesempatan yang sudah didepan mata lu sia siakan karena keraguan lu ” terang mas kamil kembali, sambil berupaya menumbuhkan rasa semangat gw
“ kalau lu berminat, sekarang jg gw minta bagian hrd mengurus surat kontraknya, karena gw memang lagi butuh cepat ” lama gw berpikir mencoba menimbang semua omongan mas kamil, antara keinginan bekerja dan restu dari orang tua, setelah gw berpikir lama akhirnya gw memutuskan untuk menerimanya, pasti orang tua gw akan menyetujui ini, niat yang baik untuk sebuah pekerjaan yang baik pasti akan disetujui
“ baik mas, saya terima ” sebuah senyum sumringah terlihat dari wajah mas kamil
“ gitu dong za, baik gw ke bagian hrd dulu untuk mengurus semua surat2nya ” ucap mas kamil sambil menepuk bahu gw dan pergi meninggalkan gw
Setelah semua surat surat kontrak telah gw tanda tangani, mas kamil segera menerangkan tentang pekerjaan yang akan gw lakukan dan proses training terlebih dahulu yang akan gw lakukan setibanya gw di kantor cabang
“ lu di training dulu selama seminggu za, tenang aja gw yakin lu bisa ” ucap mas kamil antusias
“ insha allah mas, jadi kapan gw berangkat ”
“ seminggu dari sekarang za, lu persiapin dah semuanya, jangan lupa izin sama orang tua lu ”
“ siap mas, terima kasih atas bantuannya ”
Dan akhirnya gw meninggalkan perusahaan tersebut dengan langkah kemenangan, seperti layaknya orang yang pulang dari pertempuran, gw diterima kerja dan gw akan memberitahukan kabar gembira ini kepada orang tua gw dan tidak lupa kepada wulan yang telah menjadi pacar gw selama kuliah
“ mah, saya diterima kerja ” ucap gw sesampainya dirumah dan menyampaikan kabar gembira ini kepada bapak dan mamah yang sedang bersantai diruang tamu
“ Alhamdulillah za..” jawab mamah sambil memeluk gw
“ selamat za, selamat jadi lelaki dewasa ” ucap bapak sambil tertawa dan memberikan selamat
Kegembiraan itu tidakberlangsung lama, ketika gw menerangkan tentang penempatan kerja gw
“ memangnya tidak bisa meminta posisi dijakarta za, bapak sama mamahmu ini sudah tua, kenapa tidak di jakarta aja, atau kamu nerusin usaha bapak ” ucap bapak sambil tangannya mencoba mengelap2 keris yang terlihat sudah tua, memeang bapak adalah pengkoleksi keris2 tua, bahkan bukan cuma keris saja, asalkan itu bernilai seni dan peninggalan masa lalu pasti dikoleksinya
Setelah gw menerangkan tentang keinginan gw untuk mandiri, dan alasan masa depan yang bagus di pekerjaan ini, akhirnya bapak dan mamah mengijinkan gw untuk pergi keluar kota dan menerima perkerjaan ini
“ kapan kamu berangkat za ” ucap bapak mencoba mencari keterangan
“ minggu depan pak, mohon restunya pak, mah ”
“ iya za, bapak sama mamah restuin yang penting kamu bisa jaga diri, dan bawa diri disana ” ucap mamah kembali memeluk gw disela sela isak tangisnya.
Seminggu sudah berlalu dan tiba harinya keberangkatan gw, dengan diantar oleh mang iwan dan wulan, segera gw menuju ke stasiun kereta yang akan mengantarkan gw ke jawa bagian timur, sepanjang jalan terlihat wajah wulan yang agak berat melepas kepergian gw,hingga akhirnya kamipun tiba distasiun kereta
“ jangan lupa kasih kabar ” ucap wulan sebelum melepas gw menaiki kereta
“ doain aku, semoga aku cepat nikahi kamu dan kamu bisa ikut sama aku kesana ” ucap gw sambil memeluk wulan kemudian melepaskannya dalam balutan air matanya, dan akhirnya pijakan kaki gw mantap menaiki kereta
“ selamat tinggal Jakarta…selamat datang pekerjaan baru..semoga cepat sukses ” doa gw didalam hati Next Chapter : sebuah perjalanan dan celoteh seorang kakek tua Heran rasanya mendengar ocehan kakek tua ini, antara sebuah misteri atau sakit jiwa yang menimpa kakek ini, hingga akhirnya gw berlabuh di kantor cabang yang mengharuskan gw untuk menempati sebuah mess tua
Spoiler for Chapter 20 sebuah pembuktian (8) (terungkapnya sejarah mess):
Lama dia terdiam tanpa ada tanda tanda mau menjawab, gw sudah memberi isyarat kepada yang lain untuk bersiap2, hingga akhirnya mbah wodo mengucapkan sesuatu
“ tempat ini tempat pesugihan.... ngalap berkah, selain itu kalian bisa menambah aura kecantikan dan ketampanan serta awet muda dengan segala daya pikatnya “ mendengar keterangan dari mbah wodo, serentak kami saling berpandangan, dalam sorot mata takjub dan penuh ketidak percayaan
“ busettt..ternyata benar dugaan gw, kalau hesti…” gw memberikan isyarat agar indra tidak meneruskan ucapannya, biar bagaimanapun orang yang berhadapan kami adalah orang pintar yang notabene adalah orang yang menuntun hesti melakukan semua ritual mistis ini, andai kami menghakimi hesti didepan mukanya, sama saja seperti kami memberikan tamparan di wajahnya, ingin rasanya gw mengucapkan kalimat sanggahan bahwa semua ini omong kosong tapi kembali lagi gw coba untuk mengurungkannya
“ maaf mbah, sekali lagi saya minta maaf..bisakah mbah memperlihatkan pada kami prosesi ritualnya “ tanya gw dengan santun
“ kalian pikir ini tempat untuk main2? “ terlihat mbah wodo menatap kami dengan sorot mata tajam
“ disini bukan ajang coba2…setiap pengorbanan itu ada nilainya “
“ lebih baik kalian pergi !, disini bukan tempat kalian…”
“ sebentar mbah…” ucap gw mencoba menahan kemarahan mbah wodo
“ apa yang harus saya penuhi untuk bisa mengetahui atau setidaknya membuktikan bahwa yang mbah omongkan benar adanya “
“ kamu yakin dik reza ? “
“ yakin mbah…” jawab gw ditengah keraguan antara rasa keingintahuan dan rasa takut
“ kamu siap memenuhi persyaratannya ?”
“ siap mbahh… “
“ zaaa..jangan gila..” ucap minto dan indra hampir serempak, ada raut kekhawatiran yang terpancar dari wajah mereka
“ tolong dipikir2 lagi pak reza…” kali ini mas dikin mencoba memberikan nasihat
“ hanya ini jalan kita mengetahui apa yang dilakukan hesti ditempat ini..dan membuktikan kebenaran orang tua ini “ bisik gw kepada indra, terlihat indra menganggukan kepalanya tapi dari wajahnya terlihat rasa keberatan dengan keputusan yang gw ambil
“ mari ikut saya ke dalam dik reza “ ucap mbah wodo mempersilahkan gw untuk memasuki rumahnya lalu menuju ke sebuah ruangan, sepertinya ruangan ini adalah ruangan tempat orang ini melakukan ritualnya, terasa kental sekali nuansa mistisnya dengan pernak pernik yang terlihat janggal, asap kecil dari sebuah tungku kecil diatas meja menebarkan aroma wangi diseluruh ruangan, kini mbah wodo mempersilahkan gw duduk bersila kami saling berpandangan dengan sebuah meja bulat yang memisahkan kami, terlihat dia seperti merapalkan sesuatu, entah itu sebuah rapalan ataukah dia sedang berbicara dengan sesuatu yang tidak terlihat oleh mata gw
“ dik reza, untuk mahar ritual ini akan memakan biaya yang tidak sedikit, apakah masih mau melanjutkan “
Gw lama terdiam untuk memaknai sesuatu, inilah yang menjadi rahasia mengapa gw bersikeras membawa ransel yang terlihat penuh dengan isinya, disaat gw terbaring sakit setelah peristiwa pembuktian yang berakhir dengan penyepakan sesajen oleh kaki gw, entah mengapa gw bermimpi dan mimpi tersebut seolah terlihat nyata, seorang lelaki seperti layaknya pembesar kerajaan dari zaman dahulu lengkap dengan pakaian kebesarannya terlihat gagah menghampiri gw yang sedang terduduk meratapi rasa sakit dikaki ini, tutur katanya yang halus bahkan terbilang bijaksana mengalir berbarengan dengan sentuhan telapak tangannya dibagian kaki yang terasa sakit, ucapan yang keluar dari mulutnya begitu terngiang di telinga ini, sebuah ucapan yang tidak gw mengerti akan maksud dan maknanya
“ ketika kaki kamu kembali bisa melangkah, berjalanlah ke arah yang akan menuntunmu menemukan arti pencarianmu selama ini, ambilah beberapa lembar kertas yang akan memberikanmu sebuah kebenaran” terlihat dia menuliskan beberapa buah aksara kuno ditanah yang entah mengapa gw bisa mengartikannya, sebuah tulisan yang bermakna sebuah nilai dalam jumlah tertentu, sebuah nilai yang terasa sangat besar untuk menguras persediaan yang ada ditabungan gw, setelah terbangun dan mendapati kaki gw sudah sembuh, lama gw berpikir dengan arti semua itu, sempat gw bimbang untuk mengambil langkah apa yang akan gw ambil dikarenakan gw berpikir apakah proses kesembuhan ini karena pengobatan haji mustofa ataukah karena mimpi yang gw alami, akhirnya keputusan gw bulat untuk mencoba mengikuti mimpi tersebut, toh tidak ada ruginya andaikan mimpi ini hanyalah sebuah kembang tidur, gw bisa menabungkan kembali uang yang gw ambil
“ bagaimana dik reza…bila enggak ada, kamu bisa kembali lagi kesini lain waktu? ” sungguh pintar sekali orang tua ini memberikan gw pilihan diantara rasa penasaran dan keingintahuan gw, segera gw berdiri dan berlalu keluar untuk mengambil ransel yang gw letakan diluar
“ zaaaa “ terdengar ada keinginan minto untuk menahan gw kembali kedalam
“ apapun yang terjadi, tolong jangan tinggalin gw..” ucap gw berharap kesetiaan mereka
“ zaaaaa !! “ seiring panggilan yang kembali terdengar, langkah kaki ini begitu terasa berat untuk berbalik arah dan menyatakan mundur dari semua ini, tapi kini panggilan yang kembali terdengar, bagaikan sebuah penyemangat hati untuk menyibak sebuah misteri
“ ini mbah, tolong dihitung kembali…sebenarnya mahar apa yang saya beli hingga saya harus mengeluarkan uang sebesar ini ?”
Terdengar penjelasan dari mbah wodo bahwa mahar itu adalah seperti mas kimpoi, untuk bendanya mungkin sangat terlihat sederhana, bahkan nyaris membuat gw untuk berkata bahwa ini semua gila…sebuah penipuan, bagaimana mungkin gw harus membeli bunga dan dua ember air semahal ini…sebuah harga yang fantastis untuk sebuah harga mobil bekas, ingin rasanya gw membatalkan semua proses ini tapi ketika mengingat kembali semua kejadian kejadian aneh yang diliputi misteri, tidak ada kata lain gw harus melanjutkan ini semua
“ mungkin menurut kamu ini semua mahal, tapi percayalah..untuk mendapatkan semua materi ritual ini tidak semudah yang kamu pikirkan..dan hasil yang akan capai melebihi semua nilai ini....” sepertinya mbah wodo sudah membaca apa yang ada dalam pikiran gw
Setelah berbicara panjang lebar tentang apa saja yang harus gw lakukan dalam prosesi ini, terlihat mbah wodo memanggil mbah bendol, seolah sudah mengerti dengan apa yang akan dikatakan mbah wodo, mbah bendol terlihat pergi dan kembali lagi dengan membawa sehelai kain tanpa jahitan
“ apa ini mbah…? “ tanya gw kepada mbah wodo begitu menerima kain, sejenak gw memperhatikan kain itu, ini sangat tidak terasa asing, bahkan sudah beberapa kali gw lihat, kain ini…. kain ini……
“ itu memang kain kafan…apakah kamu takut? “ malu rasanya untuk mengakui rasa takut yang kini mulai gw rasakan
“ mari ikut saya…” tampak mbah bendol mengajak gw ke sebuah ruangan untuk berganti pakaian dengan sehelai kain kafan yang tadi diberikannya, kini pakaian yang gw kenakan sudah berganti dengan kain kafan lusuh yang membalut tubuh tanpa sehelai benang ini, kembali mbah bendol memberikan gw sehelai kain hitam yang harus gw kenakan untuk menutupi mata ini, kini pandangan gw benar2 terasa gelap, terasa tangan mbah bendol menuntun gw untuk berjalan
“ zaaaa.. lu mau kemana ?” suara khas yang keluar dari mulut indra begitu mudah gw kenali, rupanya kini mbah bendol sudah menuntun gw keluar rumah
“ udah za, hentikan semua ini…sumpah za, perasaan gw benar2 enggak enak “ sebuah tangan terasa mengguncang2kan bahu ini, rupanya minto kembali berupaya mengurungkan langkah gw
“ kalian tenang saja, tetap tunggu gw disini..” gw tetap melanjutkan melangkah tanpa bisa menatap raut wajah kekhawatiran yang mereka rasakan
“ jangan lepaskan pegangan saya…kalau kamu enggak ingin celaka “ ucap mbah bendol memperingatkan gw sambil tetap mencengkram pergelangan tangan
Aneh…sangat aneh…telapak kaki tanpa beralaskan apapun ini seperti berjalan tanpa rintangan, logikanya ketika kita berjalan tanpa mengenakan apapun pasti akan merasakan sakit karena kerikil atau apapun, sedangkan ini… gw berjalan disebuah tempat yang lebih tepat gw sebut hutan, dimana tanaman kecil yang tajam dengan duri2 yang menghiasinya siap untuk menggores kaki ini, tapi semua tidak gw rasakan…semua terasa sangat mudah.. hingga akhirnya langkah kaki ini terhenti, terdengar mbah bendol meminta gw melepaskan ikatan yang menutupi mata gw, entah dimana sekarang gw berada…hati gw mengatakan ini perjalanan ini terasa sangat jauh..walaupun gw merasakannya sangat mudah dan cepat, kini gw berada di suatu tempat dimana pohon2 besar begitu mendominasi diantara kegelapan, tampak terlihat sebuah sendang kecil dengan sebuah bilik kecil berada ditepiannya
“ kamu pergi ke sana…ada dua ember yang sudah saya persiapkan, silahkan kamu gunakan air di ember dimana terdapat bunga didalamnya..kamu pergunakan itu untuk mandi “ kegelapan malam yang mencekam, tempat yang terasa asing..mandi dengan mempergunakan air yang bercampur bunga, cukuplah sudah untuk membuat nyali besar gw runtuh
“ apakah mbah wodo dan mbah bendol akan menemani ?” terlihat sebuah senyum dengan makna mentertawakan ketakutan yang gw rasakan, seolah olah mereka berkata.dimana reza yang berani itu…yang selalu berpikir dengan rasional..yang selalu memandang hal yang ghoib dengan sebelah mata…
“ kamu sendirian…bila waktunya tiba, nanti saya akan kesana “ ucap mbah wodo seraya mengajak mbah bendol pergi meninggalkan gw dan hilang dalam kegelapan malam
Dengan langkah gemetar gw berjalan menuju bilik yang berada di tepian sendang, entah mengapa gw merasakan seperti ada yang mengawasi disetiap langkah ini, ketika memasuki bilik…tepat apa yang dikatakan mbah wodo, dibilik ini sudah tersedia dua buah ember air dengan salah satunya sudah tercampur bunga yang menimbulkan aroma wangi, sebuah gayung batok kelapa dengan gagang panjang sepertinya memang sudah dipersiapkan untuk gw mandi
Diguyuran air yang pertama, gw sama sekali tidak merasakan keanehan dan keganjilan selain dinginnya air dan aroma wangi yang ditimbulkan oleh bunga, memang sempat terdengar ditelinga ini sebuah suara yang memecah kesunyian malam..sebuah suara yang lebih cenderung ditimbulkan oleh seekor hewan dibandingkan manusia, terdengar melengking dengan durasi yang lumayan panjang, hingga guyuran kedua, ketiga dan selanjutnya..suara itu kembali terdengar seiring guyuran yang gw lakukan, entah suara dari hewan apa, tapi yang pasti suara ini seperti mengikuti setiap guyuran yang gw lakukan, dan itu cukup untuk membuat gw mengadahkan kepala menatap lebatnya dedaunan dalam kegelapan malam, bukannya sumber suara yang gw dapati…tapi rasa ketakutan yang gw rasakan semakin bertambah hingga memaksa pandangan ini berpaling dari gelapnya malam
“ aneh…ini aneh…” ucap gw pelan sambil mencoba menciduk air dengan gayung untuk guyuran yang terakhir, sebelum sempat gayung ini menyentuh air, gw melihat diantara air yang terlihat beriak kini muncul sebuah gambaran samar..sangat samar.. gw bisa melihat gambaran itu seperti silih berganti memunculkan sketsa wajah… sketsa sketsa itu begitu familiar dimata ini…bahkan gambarannya yang samar tidak cukup untuk menipu mata gw… untuk mengenalinya..
“ ini…enggak mungkin…enggak mungkin…!! “ teriak gw sambil mengurungkan cidukan yang akan gw lakukan, kedua tangan gw kini menggenggam erat ember dikedua sisinya dan berupaya menggoyang2kannya..hingga akhirnya sketsa sketsa itu memudar seiring riak air yang muncul
“ apa maksud semua ini…ini sama sekali enggak nyata..bagaimana bisa sketsa itu muncul dicidukan gw untuk yang terakhir kalinya…” ucap gw dengan seribu tanda tanya besar
Next Chapter : sebuah pembuktian (9) (terungkapnya sejarah mess)