Kaskus

Story

kevinadr04Avatar border
TS
kevinadr04
Claudya.
haloo.. kali ini ane mau nulis cerita baru, dan dengan gaya tulisan yang baruemoticon-Big Grinsetelah sebelumnya dengan cerita DIALOGUE (DIA, LO, GUE) yang nggak kelar, karena ada sesuatu, bukan bermasalah sama tokohnya tapi karena ane udah agak lupa cerita dan kisahnya, makanya nggak ane terusinemoticon-Ngakak (S) insyaAllah, kali ane tulis sampe kelar sambil ngisi liburan kuliah dan belajar nulis. Heheemoticon-Big Grin

PROLOG:

Spoiler for :


INDEX

Spoiler for :

Diubah oleh kevinadr04 01-10-2015 04:14
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
9.5K
61
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52.1KAnggota
Tampilkan semua post
kevinadr04Avatar border
TS
kevinadr04
#55
Never Ending Problem
Keisengan Rian kemarin membuatku harus memutar otak untuk menjalankan rencana yang sudah ku buat. Kalau dipikir-pikir Rian juga bukan orang sembarangan, dia tidak segan-segan untuk melakukan cara licik agar musuhnya kapok. Aku yang baru tahu dia kemarin sore masih terus mencari-cari informasi tentang latar belakangnya, dan ternyata ia adalah keponakan dari pemilik sekolah kami. Ternyata itulah alasan ia bisa semena-mena melakukan hal konyol di sekolah tapi tidak sampai dikeluarkan oleh sekolah.

“No, kemarin gue sempet tanya-tanya tentang Rian sama beberapa temen gue yang kelas tiga.” Ucapku sambil menaruh buku ke dalam tas gemblok kesayanganku.

“Terus, lu dapet info apa?” tanya Rhino yang tengah asik memakan chiki.

“Ternyata dia keponakan dari pemilik sekolah kita, No.” Jawabku santai masih merapikan buku tulisku.

Rhino yang kaget mendengar ucapanku tadi langsung menghentikan makannya, “ohh!! Jadi itu alasan kenapa dia buat ulah beberapa kali di sekolah kita tapi nggak di keluarin sama sekolah.”

“Yaa itu salah satunya” jawabku singkat, lalu aku mengambil chiki yang masih di pegangnya.

“Wahh.. bahaya juga nihh.” di remasnya bungkus tersebut oleh Rhino penuh kesal.

“Woyy.. Tangan gue masih di dalem bungkus nih” teriakku pada Rhino.

“Eh, sorry-sorry vin. Gue nggak tau kalo jari lu masih di dalem bungkus. Hehe” Rhino tidak menyadari kalau jariku masih ada di dalam bungkus chiki tersebut.

“Sembarangan banget lu maen remes aja.”

“Hehe. gue nggak tau, vin.”

Lagi asik-asik mengobrol dengan Rhino, kulihat dari dalam jendela kelas ada sesosok yang sangat kenal berjalan menuju kelasku dengan wajah penuh kelicikan. Ya! Tidak lain, tidak bukan, ia adalah Rian. Musuh baruku akhir-akhir ini di sekolah.

“Mau ngapain lu kesini?” tanyaku sinis, sesampainya ia di depan meja aku duduk.

“Tenang aja, gue nggak mau ngapa-ngapain lo kok.” Jawab Rian santai, kemudian ia duduk dikursi depanku menghadap ke arahku. yang kulihat dari raut wajahnya ia ada maksud terselubung.

“Terus, kalo bukan ada sesuatu, ngapain lu kesini?” aku masih sinis terhadapnya.

“Hmm.. gimana ya enaknya.” Rian menaruh jari-jarinya dibawah janggut seolah-olah tengah menyusun rencana, “Kalo gue apa-apain cewek lu gimana?” ucapnya penuh ancam.

“Mau ngapain lo!?”

Rian mengeluarkan handphone dari kantong saku seragam sekolahnya, “ini cewek lo, kan?” Rian menunjukkan handphonenya dan kulihat ada foto Claudya yang entah dia dapat dari mana.

‘Itu kann..” ucap Rhino saat pertama kali melihat layar handphone yang ditunjukkan Rian, kemudian menatap ke arahku penuh heran.

“MAU LO APAIN CEWEK GUE!!??” aku langsung menarik kerah baju sekolah Rian, “KALO SAMPE CEWEK GUE KENAPA-KENAPA, GUE ABISIN LO!!” sementara Rian masih santai dan tersenyum dengan senyuman penuh kemenangan.

“Hmm,” Rian melepaskan kedua tanganku dari kerahnya, “kita liat aja nanti.” Rian langsung meninggalkan kami berdua menuju kembali ke kelasnya.

Yang sekarang tengah aku pikirkan hanya satu, Claudya. bagaimana Rian bisa tahu kalau Claudya adalah kekasihku dan juga ia dapat foto Claudya dari mana. jangan sampai Claudya terbawa-bawa masalah kami, ia tidak ada sangkut pautnya dengan masalah ini. “Arghh!! Kenapa masalahnya makin rumit gini sih!” Aku menggebrak meja meluapkan seluruh kekesalanku.

“Dia bisa tau Claudya dari mana ya, vin?” tanya Rhino.

“Mana gue tau!” bentakku.

“Wett.. kok galak.” Ucap Rhino sambil melirik ke arahku, membuatku ingin tertawa mendengarnya.

“Gue harus lebih ngejaga Claudya nih mulai sekarang.” Aku berjalan menuju jendela kelas.

“Iya, lu harus lebih ngejaga Claudya dari sekarang.” Ucap Rhino di belakangku.

“Ngapain pake ngikutin kata-kata gue sih lu.” Aku melirik ke arah Rhino.

“Hehe.” Rhino hanya menyengir bodoh di sebelahku.


***

Keesokan harinya, aku pulang lebih dulu meninggalkan Rhino dan juga Fajar, Rhino sudah tau mengapa aku pulang lebih dulu. Karena dia juga kemarin ada di tempat saat Rian mengancamku dengan membawa-bawa nama Claudya.

“Eh, gue duluan yaa. Nanti gue balik lagi.” Aku meninggalkan mereka berdua di parkiran.

“Mau ngapain sih tuh anak buru-buru banget?” tanya Fajar penuh heran.

“Mau jemput ceweknya.” jawab Rhino kalem.

“Tumben banget itu anak, emang ada apasih?”

“Jadi, kemaren Rian ke kelas kita. Rian ngancem Kevin kalo ceweknya mau di apa-apain sama Rian, makanya tadi dia duluan pulangnya.”

“Claudya!!??” tanya Fajar.

“Iyalah. Nanya mulu dah lu, gedek banget gue.” Rhino mulai kesal ditanya terus menerus oleh Fajar.

“Yaa gue kan nggak tau.” Ucap Fajar memelas.

“Makanya kemaren masuk!” Rhino langsung meninggalkan Fajar dibelakang menghampiri motornya.

“Eh, tungguin gue.” Fajar lari menghampiri Rhino yang sudah bersiap di atas motornya.

Aku masih menunggu Claudya di depan sekolahnya, sudah hampir setengah jam aku menunggunya!

Send to Claudya : “Dy, kamu dimana sih? Aku udah nungguin kamu setengah jam loh ini di depan sekolah.”

Sambil menunggu balasan pesan dari Claudya, aku mencari warung dan pohonan untuk sekadar menyenderkan badan ini. Alih-alih berharap bisa sandaran dengan tenang, malah semut rangrang yang menyelimuti tubuhku.

“Adohh.. semprull!! Niat mau nyenderan, malah dikerubutin semut!” aku mendengus kesal.

“Jangan senderan disitu mas, itu pohon emang banyak semutnya. Haha” kata seorang tukang warung tempat aku membeli rokok tadi.

“Ngomongnya telat, bang. Gue udah dikerubutin semut baru ngomong, kamprett.”

“Haha. Mana saya tau mas mau nyenderan disitu.” abang warung tertawa puas melihat aku masih menggaruki seluruh badanku.

“Bang, ini anak-anak sekolah emang belum pada pulang yaa?” tanyaku pada abang warung sambil mengambil segelas air mineral dari dalam kulkasnya.

“Belum, mas. Daritadi saya belum ngeliat anak-anak sekolah. emang mas bukan anak sekolah ini, ya?” tanyanya.

“Bukan, bang. Haha” jawabku sambil memisahkan sedotan yang masih satu renceng.

“Terus, mas ngapain disini?” tanya abang warung bingung.

“Lagi nungguin cewek saya, dia sekolah disini. Hehe”

“Oh.”

Kringg.. Kringg.. Kringg..

“Tuh, baru bunyi bel pulang sekolahnya.” Ucap abang warung mendengar suara bel sekolah Claudya berbunyi.

“Gue juga denger, bang. Haha” jawabku singkat, “Nihh.. bang, duitnya.” Aku memberikan uang untuk membayar air mineral yang tadi kuambil.


Drrtt.. Drrtt..

Claudya : “Aku baru pulang sekolah nih.”

“Udah tau. Haha sekarang kamu ke warung tempat biasa aku jemput kamu yaa,” send to Claudya.

Claudya : “oke dehh..”


Bidadari yang daritadi sudah kutunggu akhirnya tiba juga, dia hanya senyam-senyum ketika pertama melihatku sudah ada di dekat sekolahnya saja.

“Tumben lu udah sampe aja.” ucap Claudya saat sampai di depanku.

“Busett.. kurang ajar banget ngomongnya. Gue nungguin dari badan gue nggak kenapa-kenapa sampe pada bentol di gigitin semut dibilang tumben.” Jawabku dengan nada menggerutu sambil menunjukan bentolan ditubuhku.

“Haha. Dikerubutin semut dimana luh? Emangnya lagi ngapain bisa di kerubutin semut? Haha” Claudya tertawa girang melihat badanku penuh bentol.

“Noh, di pohon itu..” Aku menunjuk pohon tempat aku bersandar tadi, “niatnya mau leha-leha di bawah pohon, malah dikerubutin semut. Sialan.” Sambungku.

“Elunya aja yang gila, semutnya yang di salahin. jelas-jelas itu pohon palem, emang banyak semutnya, malah senderan disitu. Haha” Claudya masih tertawa.

“Seneng banget dah lu ngeliat gue sengsara. Udah ayok cepetan, badan gue masih pada gatel nihh.” Aku mengajak Claudya untuk segera menuju kerumahnya.

“Haha,”

Sepanjang jalan Claudya masih tertawa melihatku masih sibuk sendiri menggaruk-garuk badan yang gatal, memang bener-bener tertawa di atas penderitaan orang lain nih anak. Hanya gara-gara takut ia di apa-apakan oleh Rian, aku sampai seperti ini. Benar-benar sial. Mungkin ini yang disebut perjuangan tingkat sial.

“Nihh.. pakein minyak kayu putih tuh badan kamu yang gatel.” Claudya memberikan botol minyak kayu yang ia ambil dari kamarnya.

“Yaa pakein, sih. Kan yang bentol di pundak, mana bisa aku make sendiri. Hazz.”

“Bikin repot aja luh.” Claudya mendegus kesal, “makanya, besok-besok jangan nyender sembarangan. Begini nih akibatnya.” Claudya mengusapkan minyak kayu putih ke punggungku.

“Yaa lagi kamu lama banget keluarnya.” Aku hanya bisa pasrah saat Claudya mengusapkan minyak kayu putih begitu banyak.

“Kan enakan keluarnya lama, kalo keluarnya cepet nggak enak.” Ucap Claudya.

“Yaa emang, kalo keluarnya cepet nggak enak. Enggak puas.” Jawabku sekenanya.

“Sebentar, ini lagi ngomogin apasih? ngomong sama kamu nggak pernah bener emang, ngeres muluu ujung-ujungnya. Haha” Claudya menoyor kepalaku.

“Yaa lagi kamu ngomongnya ambigu, yaa mendingan aku ngacoin sekalian. Haha” aku tertawa.

“Haha. Emang dasar otak lu aja, ngeres mulu pikirannya.” Claudya kembali menoyor kepalaku, “udah ah, aku mau ke dalem dulu. Kebelet pipis.” Claudya langsung berlari menuju kamar mandi.
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.