Kisah Tak Sempurna

Beranda

...

Stories from the Heart
Kisah Tak Sempurna

aldiansyahdzs

19-08-2015 08:53

Kisah Tak Sempurna

Quote:

Satuan, puluhan, ratusan, ribuan, jutaan, milyaran bahkan triliunan rintik hujan saling mengikhlaskan bahwa mereka siap jatuh dari atas langit menuju bumi. Mereka pasrah kepada awan untuk dijatuhkan dimana saja. Tidak ada penolakan sama sekali dari rintik hujan kepada sang awan.

Banyak rindu yang akan terselip diantar bulir – bulir hujan. Itu bagiku, namun entah untuk orang lain. Ada yang mungkin ingatanya kembali saat hujan turun. Ada yang mungkin sedang gusar mengutuk hujan. Dan ada pula yang berdo’a bersama hujan.

Deras.

Tidaklah sulit berpihak kepada kenyataan pahit, logika manusia dan hati kadang berbeda. Namun jika kita bisa mengaturnya, mereka akan saling bekerja satu sama lain. Logika akan berfikir dan hati akan merasa, itu pandanganku. Namun nyatanya menjalankan kedua ini memang sulit. Kadang yang seharusnya di selesaikan oleh hati malah oleh logika begitupun sebaliknya.

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh.

Selamat pagi warga Kaskus di Seluruh Muka Bumi.

Terimakasih kepada Agan / Aganwati yang sudah mampir di Thread ini. Terimakasih pula untuk sesepuh dan moderator SFTH. Thread ini adalah thread pertama kali saya main kaskus . Saya berharap Thread pertama kali saya di Kaskus bisa membuat Agan / Aganwati terhibur dengan coretan sederhana saya ini.

Thread ini bercerita tentang kisah putih abu - abu seorang laki laki yang saya beri nama Erlangga. Dari pada penasaran, lebih baik langsung baca aja gan! Selamat galau eh selamat membacaaa.

NB; Kritik dan Saran sangat saya butuhkan agar saya dapat menulis lebih baik lagi.

Quote:

FAQ Q & A

Q: Real Story atau Fiksi?
A: Cerita ini berdasarkan Real Story beberapa kejadian yang penulis lihat di tambah dengan bumbu fiksi agar cerita ini lebih hidup. Anggap saja ini cerita Fiksi.

Q: Tokoh di nama ini menggunakan nama asli?
A: Tidak, untuk tokoh saya bedakan demi menjaga privasi.

Q: Jadwal Update?
A: Satu sampai dengan tiga kali dalam seminggu.

Tambahan: Mohon maaf jika saya tidak membalas pertanyaan tentang kelanjutan ceritanya, karena jawaban dari pertanyaan tersebut akan di jawab di bab ataupun part selanjutnya. Mohon agar bisa dimaklum

Quote:

Bab I - Perkenalan Aneh

Perkenalan Aneh - Part 1
Perkenalan Aneh - Part 2
Perkenalan Aneh - Part 3
Perkenalan Aneh - Part 4
Perkenalan Aneh - Part 5
Perkenalan Aneh - Part 6
Perkenalan Aneh - Part 7
Perkenalan Aneh - Part 8
Perkenalan Aneh - Part 9

Quote:

Bab II - Sebuah Kenyataan

Sebuah Kenyataan - Part 1
Sebuah Kenyataan - Part 2
Sebuah Kenyataan - Part 3

Quote:

Bab III - Setelah Kepergian

Setelah Kepergian - Part 1
Setelah Kepergian - Part 2
Setelah Kepergian - Part 3
Setelah Kepergian - Part 4

Quote:

Bab IV - Is It The First Date?

Is It The First Date? - Part 1
Is It The First Date? - Part 2
Is It The First Date? - Part 3
Is It The First Date? - Part 4
Is It The First Date? - Part 5
Is It The First Date? - Part 6
Is It The First Date? - Part 7

Quote:

Bab V - Sepeda

Sepeda - Part 1
Sepeda - Part 2
Sepeda - Part 3
Sepeda - Part 4
Sepeda - Part 5

Quote:

Bab VI - Aku, Kau, Dia, dan Dirinya

Aku, Kau, Dia, dan Dirinya - Part 1
Aku, Kau, Dia, dan Dirinya - Part 2
Aku, Kau, Dia, dan Dirinya - Part 3
Aku, Kau, Dia, dan Dirinya - Part 4
Aku, Kau, Dia, dan Dirinya - Part 5
Aku, Kau, Dia, dan Dirinya - Part 6

Quote:

Bab VII - Sepotong Kebahagiaan dari Bagian Kesedihan

Sepotong Kebahagiaan dari Bagian Kesedihan - Part 1
Sepotong Kebahagiaan dari Bagian Kesedihan - Part 2
Sepotong Kebahagiaan dari Bagian Kesedihan - Part 3
Sepotong Kebahagiaan dari Bagian Kesedihan - Part 4
Sepotong Kebahagiaan dari Bagian Kesedihan - Part 5
Sepotong Kebahagiaan dari Bagian Kesedihan - Part 6
Sepotong Kebahagiaan dari Bagian Kesedihan - Part 7

Quote:

Bab VIII - Hujan dan Secangkir Teh

Hujan dan Secangkir Teh - Part 1
Hujan dan Secangkir Teh - Part 2
Hujan dan Secangkir Teh - Part 3
Hujan dan Secangkir Teh - Part 4
Hujan dan Secangkir Teh - Part 5
Hujan dan Secangkir Teh - Part 6

Quote:

Bab IX - Teduh

Teduh - Part 1
Teduh - Part 2
Teduh - Part 3
Teduh - Part 4
Teduh - Part 5
Teduh - Part 6

Quote:

Bab X - A Conversation

A Conversation - Part 1
A Conversation - Part 2
A Conversation - Part 3

Quote:

Bab XI - Awal yang Sebenarnya

Awal yang Sebenarnya - Part 1
Awal yang Sebenarnya - Part 2
Awal Yang Sebenarnya - Part 3

Quote:

Bab XII - Hallo Kang

Hallo Kang - Part 1
Hallo Kang - Part 2
Hallo Kang - Part 3

Quote:

Bab XIII - Badai

Badai - Part 1
Badai - Part 2
Badai - Part 3
Badai - Part 4

Quote:

Bab XIV - Terserah yang Penting Kau Tetap Bersamaku

Terserah, yang Penting Kau Tetap Bersamaku - Part 1
Terserah, yang Penting Kau Tetap Bersamaku - Part 2
Terserah, yang Penting Kau Tetap Bersamaku - Part 3

Quote:

Bab XV - Suara Dean (Sudut Pandang Dean)

Suara Dean - Part 1
Suara Dean - Part 2
Suara Dean - Part 3
Suara Dean - Part 4
Suara Dean - Part 5 // Update

Keep in touch with me.
twitter: aldiansyahdzs
instagram : aldisabihat

Diubah oleh aldiansyahdzs 17-06-2019 18:30

JabLai cOY dan 31 lainnya memberi reputasi

132.2K

Kutip

879

Balasan

Komentar yang asik ya

Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!

Stories from the Heart

32.7KThread•52KAnggota

Tampilkan semua post

aldiansyahdzs

01-09-2015 19:16

#166

Sepeda – Part 2

Siswa - sisiwi lalu lalang di area parkiran. Aku menyebarkan pandanganku mencari Octa, batang hidungnya tak terlihat sama sekali. 20 menit berlalu. Sudah 2 sms ku kirim, menanyakan ia sedang dimana.

Quote:

“Hayoh celingukan, nyari siapa A?” Octa mengagetkanku dengan menepuk bahuku dengan kedua tangannya.

“Kebiasaan ngagetin, cepetin ayo keburu sore.” Ujarku yang sedikit kesal.

“Komplek Anggrek Blok D No 4 ya mang, jangan pake ngebut.” Ujarnya, seakan – akan aku adalah tukang ojek.

“Aa bukan tukang ojek.” Ujarku skeptis.

Ayah Octa sudah menunggu kedatangan kami, ia duduk di kursi teras rumahnya. Aku dan Octa langsung menyalaminya. Octa masuk ke dalam rumah meninggalkan aku bersama ayahnya.

Quote:

“Datang juga ya akhirnya kamu kesini.” Ujar Ayah Octa membuka pembicaraan.

“Hehe iya pak, saya cuman menerima ajakan dari Bapak.” Ujarku ringan.

“Langsung aja ya. Jadi digudang ada sepeda yang ga udah lamapake. Tapi sepeda itu masih sering bapak rawat kok.” Ujarnya lalu ia menyeruput secangkir kopi. Aku bisa menganalisis sedikit dari Ayahnya Octa, ia seseorang yang tidak terlalu suka basa – basi.

“Memangnya ada kaitannya apa sepeda itu dengan saya?” Tanyaku keherenan.

“Sepeda itu sepeda tandem kapasitas dua orang. Dulu sepeda ini alat transportasi saya dan mamanya Octa pas dulu masih muda. Bapak ingin kamu nemenin Octa bawa sepeda itu”. Deg, jantungku bergetar dengan perintah Ayah Octa.

“Bapak ingin si teteh juga berolahraga A. “ Ia melanjutkan ucapannya yang sempat terpotong.

“Boleh pak, sayapun waktu kelas 1 sering menaiki sepeda sebelum pake motor pak.” Ujarku

“Temani si teteh olahraga ya kasian dia penat belajar terus.” Pinta Ayahnya.

“Oke pak siap.” Aku mengiyakan permintaan Ayah Octa.

Ayah Octa menceritakan kehidupan selama ia mengenakan seragam putih abu – abu. Ia bergabung dengan ekstrakulikuler PASKIBRA dan Klub Fotografi. Ia langganan menjadi pengibar sang merah putih saat peringatan 17 Agustus tingkat Kabupaten. Meskipun sibuk dengan kegiatan non-akademis, Ayahnya adalah bintang kelas. Selain menceritakan tentang kehidupan putih abu – abu ia menceritakan tentang kehidupan rumah tangga. Keluarganya telah dikaruniai 4 orang anak.. Anak sulungnya laki laki, ia telah menikah dan telah menangurahkan 1 orang cucu. Anak keduanya adalah perempuan, ia bekerja di salah kantor tersohor di Bandung, anak ketiganya adalah Octa, dan adiknya octa alias bungsu adalah seorang laki – laki yang baru masuk SD.

Quote:

“Dulu Octa pas waktu kecil hobi banget ngurus tanaman sama kakak – kakaknya. Octa paling semangat kalo urusan nanem ini nanem itu. Tuh Octa waktu nanem bunga A.” Ayahnya menunjukan salah satu foto yang terpajang. Di dalam foto itu Octa tersenyum saat menanam bunga. Senyumnya tak pernah berbeda hingga sekarang.

JabLai cOY dan 5 lainnya memberi reputasi

Kutip

Balas