Kaskus

Story

natashyaaAvatar border
TS
natashyaa
I Am (NOT) Your Sister
Dear Warga SFTH.

Sebelumnya ijinkan gue untuk menulis sepenggal kisah hidup gue di SFTH. Cerita ini bersumber dari pengalaman pribadi yang gue modifikasi sedemikian rupa sehingga membentuk cerita karangan gue sendiri. Cerita ini ditulis dengan dua sudut pandang berbeda dari kedua tokohnya.
So... langsung saja.


I Am (NOT) Your Sister

Big thanks to quatzlcoatlfor cover emoticon-Smilie

Quote:
Diubah oleh natashyaa 20-01-2018 23:32
imamarbaiAvatar border
pulaukapokAvatar border
itkgidAvatar border
itkgid dan 8 lainnya memberi reputasi
9
464K
3K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
natashyaaAvatar border
TS
natashyaa
#1174
F Part 44
“Sekarang mau kamu itu apa?” Tanya ibu di kamarnya.
“Mau apa sih?” Balas gue.
“Iya, mau kamu. Ibu harus bagaimana sekarang.” Katanya lagi.
“Maksudnya apa sih..”
“Apa ibu harus cerai lagi, agar kamu bahagia?”
“Plis deh bu. Aku capek, baru pulang sekolah ditanyain ginian.”
Gue kemudian memalingkan badan dan berjalan menuju pintu keluar.
“Eh.. eh.. mau kemana. Kamu belum jawab pertanyaan ibu.”
“Eh.. Bu, aku tuh terserah, ibu mau cerai kek, nikah lagi kek, atau ibu mau nikah berapa kali juga itu mah terserah ibu. Yang jelas aku dari dulu enggak bahagia hidup disini.” Kata gue sejelas-jelasnya.
“Felisha!” Teriak ibu.
“Apa?” Kata gue dengan nada seperti menantang.
“Panggilin Ani saja kesini.”
“Iyee.” Gue menutup pintu kamar ibu.

Apalah artinya jika ibu cerai dengan si Burhan sekarang ini, lagian ibu juga konyol alesan nikah lagi agar mereka berdua (Ani dan Burhan) bisa menamni gue. No no no! Gue hidup sendiri juga gak masalah, karena dari kecil juga selalu sendiri. Yang ada mereka itu jadi beban bagi hidup gue. hey Ibu, jika ibu cerai lagi, itu justru akan memperparah kondisi ibu sendiri. Dasar ibu payah.

Gue mengambil sebungkus mie indomie goreng dan memasaknya. Gue lapar dan mie adalah cara instan untuk menyelesaikan kelaparan gue sehabis pulang sekolah.

“Ni dipanggil ibu tuh di kamarnya.” Untung saja gue gak repot-repot ke atas ke kamarnya. Si Ani datang sendirinya. Gue pun menyantap mie goreng sambil menonton televisi.

Dredd..Dredd..Dreddd…

Hp cina yang gue taruh di depan meja kaca yang berada di depan gue tiba-tiba bergetar bagai vibrator. Karena merasa terganggu dengan bunyi apalagi bentuk hp tersebut, gue singkirkan dengan kaki gue. Gue kibas tuh hp dengan kaki kanan gue dan …gedebum.. Hp itu terjatuh dengan keras ke lantai. Bagian-bagian hp itu berserakan, Waduh!

Gue langsung menaruh mangkuk mie di meja. Gue ambil dulu bagian-bagian hp yang terlepas, seperti batre, dan kasing yang…patah. Duh. Gusti. Sial. Gue sekarang kebingungan. Hp butut gue dan cuman satu-satunya sekarang rusak pastinya. Entah gue harus bilang gue jagoan atau gimana, tapi tadi gak ada niatan sama sekali untuk ngerusak hp ini. Iya, gue tau ini hp cina dan gue benci. Tapi, ini satu-satu alat komunikasi yang gue punya sekarang ini. Walau begitu juga hp itu pernah menemani malam gue dengan radio nya. Jika ibu tau lagi ini hp butut pemberiannya rusak, gue mungkin tidak akan pernah mendapatkan lagi hp baru.

Ketika gue selesai makan mie dan hendak ke dapur buat menaruh mangkuk, gue bertemu dengan seseorang yang berbeda namun tampak familiar. Dia seorang gadis berambut panjang dengan hidung mungil dan masih mengenakan seragam SMA sama kayak gue. Dia cantik dengan riasan yang ada di wajahnya. Gue kira gue bertemu kembaran gue.

“Hahahaha..Badut..” Ucapan yang terlontar dari mulut gue. Ucapan yang bermaksud untuk menutupi rasa kagum gue kepada Ani yang terlihat cantik natural kali ini. Sial ternyata si ibu mendandaninya tadi di kamar. Ya, harus gue akui dia cantik. Emang sih dia itu dasarnya cantik, tapi setelah di poles lagi dia tambah cantik. Pantes saja si Bram suka.

“Heh.. mau kemana kamu?” Tanya gue kepada dia yang nampak tergesa-gesa.
“Itu di luar ada yang mijit bel.”
“Oh…”
Iya juga sih gue baru sadar dari tadi ada yang mijitin bel tapi gue gak denger. Mungkin karena kecantikan Ani tiba-tiba kedua kuping gue gak berfungsi.

Setelah menaruh mangkuk di wastafel gue kembali ke kamar gue buat ganti baju. Rencananya sih gue sore ini mau pergi ke rumah Stella. Larangan ibu yang gak boleh pergi main, sudah gak berlaku lagi buat gue, karena gue pasti bakal melanggarnya.

***

“Heh.. Dakocan tadi ada siapa?” Tanya gue kepada Ani yang sedang tiduran di sofa sambil main hp. Gue dari atas tadi denger si Ani ngobrol cukup lama dengan tamu tadi. Tapi gue gak tau mereka ngomongin apaan karena suaranya tidak terlalu jelas.
“Temen kak.” Jawab dia yang fokus main hp.
“Dakocan mau ikut gak?” Tanya gue dengan nada mengejek.
“Ikut kemana kak.”
“Kemana aja deh, jalan-jalan, daripada bosen.”
“Kan dilarang main sama ibu selama seminggu.”
“Udah gak berlaku lagi. Sekarang Felisha’s Rules.”
“Felisha’s Rules?” Tanya dia nampak bingung.
“Yap, lo harus ikutin semua perkataan gue.”
“Tapi ibu gak marah kan?” Kata dia.
“Ngak lah, wong ibu seneng kalau kamu nurut sama gue.”
“Oh begitu ya.. yauda bentar aku ganti baju dulu kak.”
“Iyaaa. Cepetan gih.”

Gue pun pergi ke garasi untuk memanaskan mobil. Lalu setelah mengeluarkan mobil dari garasi. Ani pun segera keluar dari rumah. Gue sedang duduk di luar menunggunya.

“Nih.. Aturan pertama, mulai saat ini lu gue panggil Dakocan.” Kata gue kepadanya.
“Kenapa mesti dakocan sih kak?” Dia keberatan.
“Tidak ada protes.” Gue menggerakan telunjuk gue menandakan tidak ada protes bagi dia.
“Kedua.. nih uang 300 ribu buat jajan..” Gue ngasih 3 lembar uang seratus ribuan. Gue ingat tempo hari bapaknya ngasih uang ke gue pas malem-malem.
“Wah ini buat aku kak?” Sumpah tampang dia kayak anak kecil polos banget.
“Iyaa… yaudah yuk pergi.”

***

Rencana awalnya sih gue mau pergi ke rumah Stella, tapi entah kenapa gue belokin jadi ke mall. Mentang-mentang gue lagi ada duit, gue pengen belanja dan main.

“Dakocan.. main permainan dulu yuk..” Ajak gue ke Ani di sebuah arena games/permainan.
“Main apa kak?”
“DDR..”
“DDR? Apa tuh.”
“Idih masa gak tau..Dance Dance Revolution, noh tuh.” Kata gue sambil menunjuk mesin permainannya.
“Oh yang itu, aku gak bisa kak.”
“Eitss..eitss.. inget Felisha’s Rules. Lo harus ikutin perkataan gue.”
“Lah licik lah..” Kata dia sepertinya sebel.
“Hayu..”

Gue kemudian membeli koinnya dan kemudian main DDR duel sama Ani. Kebetulan saja waktu itu lagi gak ada yang mainin mesin DDR dan kita gak perlu nunggu. Gue udah lama sih gak main DDR, dulu gue sering main sama temen-temen gue.

“Tuh kan gak bisa kak aku mah. Aku kalah.”
“Ah payah lo Ni..”
“Yauda ganti main yang lain aja.”
“Basket yuk kak.”
“Emangnya bisa?”
“Bisa lah. Aku pasti menang kali ini.”
“Aeh aeh nantangin?.”
“Enya..” Kata dia sombong banget.

Faktanya emang gue kalah pas main game basket. Gilak, jago juga si Ani, punya bakat main basket kayaknya dia. Kenapa gak ikutan eskul basket aja di sekolah biar ketemu si Ilham, terus pacarin deh. Gue kalah 10 angka ama dia.

“Ayo main apalagi kak?” Tanya dia yang tiba-tiba bersemangat.
“Udah ah. Udah males main gue..”
“Yeyyy.. apa gara-gara kalah?” Kata dia.
“Eh enak saja, gue sengaja mengalah tadi biar lo semangat sore ini.”
“Ah yang bener, yauda tanding ulang.”
“Ngak ah capek… makan aja yuk.”
“Yuk..” Jawab dia.

Sebenarnya gue mengajak main Ani sore hari ini buat ngeluapin perasaan gue setelah ngobrol sama ibu tadi siang hari. Entah kenapa gue kepikiran terus. Ibu memang sudah bersikap dan berusaha sebaik mungkin untuk membahagiakan gue. Gue pun sebenarnya tau tujuan ibu baik, tapi entah kenapa ego gue yang selalu menjadi penghalang dari kebaikan-kebaikan yang datang kepada diri gue. Apa emang gue sendiri yang tidak begitu pandai bersyukur?

“Listen to me Dakocan.! Others Felisha’s Rules.” Kata gue kepada Ani yang sedang duduk berhadapan di sebuah restoran seafood lantai dasar BIP.
“Lo jangan berbohong kepada gue.”
“Iya, kak. Aku jarang bohong kepada kakak kok.”
“Okey…” Gue menghela nafas.
“Tadi si Egi ngapain ke rumah?” Tanya gue serius dan dia tampak kaget mendengar pertanyaan gue. Gue bisa lihat dari ekspresi mukanya.
“…..”
Tamu yang dirahasiakan Ani itu adalah Egi. Gue tau karena gue tadi ngintip dari atas. Jelas gue gak mudah dibohongi, karena gue sendiri pun tukang bohong. Masa dikibulin sama amatiran kayak si Ani sih.
Diubah oleh natashyaa 01-09-2015 21:59
itkgid
itkgid memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.