natashyaaAvatar border
TS
natashyaa
I Am (NOT) Your Sister
Dear Warga SFTH.

Sebelumnya ijinkan gue untuk menulis sepenggal kisah hidup gue di SFTH. Cerita ini bersumber dari pengalaman pribadi yang gue modifikasi sedemikian rupa sehingga membentuk cerita karangan gue sendiri. Cerita ini ditulis dengan dua sudut pandang berbeda dari kedua tokohnya.
So... langsung saja.




Big thanks to quatzlcoatlfor cover emoticon-Smilie

Quote:
Diubah oleh natashyaa 20-01-2018 16:32
tukangdjagal
makola
imamarbai
imamarbai dan 6 lainnya memberi reputasi
7
461.8K
3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Tampilkan semua post
natashyaaAvatar border
TS
natashyaa
#1133
F Part 42

Ancur! Nilai ulangan gue 6. Seumur hidup gue sekolah, baru kali gue dapet nilai 6. Gue gak percaya, gue terus menatapi secarik kertas ulangan gue di meja yang baru saja dibagiin Pak Umarto, Guru Fisika gue.

“Felisha, ada apa dengan kamu?”
“Ulangan kamu jelek kali ini. Ada apa?” Kata Pak Umar.

Gue bingung harus jawab apa, gue sendiri masih shok.

“Bapak ini serius? Bapak salah periksa kali.” Kata gue ke pak Umarto.
“Ngak, Bapak ngak salah periksa kok. Malahan Bapak periksa beberapa kali jawaban kamu. Bapak juga gak percaya kamu dapet nilai segitu.”
“Yahhhhhh Pak. Masa sih.”
“Sini Lihat.”

Pak Umarto mengambil secarik kertas lalu menuliskan jawaban-jawaban yang benar. Dan, gue hanya bisa melihat kenyataan bahwa emang jawaban-jawaban yang gue bikin kemarin salah.

“Kamu kenapa? Akhir-akhir ini Bapak perhatikan hasil belajar kamu menurun.”
“Ngak apa-apa kok Pak.”
“Kalau ada masalah cerita-cerita aja ama Bapak. Bapak siap mendengarkan..”
“Hehehe. Makasih Pak.”

Begitulah Pak Umarto, guru yang baik, tapi entah kenapa gue gak begitu suka. Gue gak suka karena menurut anak-anak, Pak Umarto itu baiknya sama anak-anak perempuan saja.

***

“Woiii..”
“Lu kenapa sih Fe, ngelamun terus.”

Seperti biasa, gue sedang nangkring bersama teman-teman gue di kantin. Tapi, hasil ulangan itu menghancurkan mood gue.
“Biasalah, baru pertama kali ngerasain nilai jelek.” Ledek Dania.
“Emang dapet berapa?” Tanya Andrea
“Fisika gue 6.” Kata gue lemas
“Yailah cuman 6 doang, gue kemarin dapet 4 aja woles-woles aja.” Kata Rani.
“Lihatin apa sih Fe..”
“Hoiii….”
“Eh.. ngak-ngak apa-apa “ Kata gue yang langsung berdiri.
“Mau kemana Fe?” Tanya Andrea.
“Gue mau ke kelas aja.”

Nilai 6 benar-benar menghancurkan hari gue, gue jadi males makan, males mikir, males ngobrol, pokoknya jika waktu itu ada perlombaan orang termalas di dunia, gue mau didaftarin deh. Gue sempat papasan sama Ani pas gue lagi jalan ke kelas, dia nyapa gue, tapi gue cuekin. Jangankan menyapa balik, natapnya juga malas.

“Hey…Hey…Gadis”

Awalnya gue mengacuhkan suara itu, tapi tangan gue langsung dipegangi dari belakang pas lagi jalan. Benar nyari masalah nih yang megangi tangan gue. Gue berbalik kebelakang, sementara tangan gue dipegang gue melototi orang yang pegang gue. Ternyata itu orang yang tadi di pos satpam belakang.

“Lepasin..” Bentak gue. Seketika itu dia melepaskan tangan gue. Gue kemudian berbalik arah lagi berniat untuk segera pergi ke kelas, namun kali ini pundak gue yang dipegangi.

“Mau lo apa sih?” Ujar gue sambil mengelakan tubuh agar tangan dia terlepas dari pundak gue. Amit-amit.

“Santai aja kali, gak usah buru-buru.” Kata dia.

“Hih…” Jelas gue masang ekspresi gak suka ke dia. Siapa coba berani pegang punda-pundak gue, kenal juga nggak. Tapi dia malah cengengesan. Gue malah tambah muak liat tampang dia yang cengengesan itu.

“Lo bener-bener gak inget ya?”
“Lo itu siapa sih?”
“Lo yakin beneran gak inget?”
“Ngak!”
“Coba deh lo inget-inget… masa lupa?”
“Siapa?”
“Gue Egi.”
“Terus?”
“Salam kenal. Ntar kita ketemu lagi.” Senyum dia

Fakk, gilak! Ganjen banget tuh orang.

***

“Bu…” Gue mengetuk pintu
“Ibuu….”

Ada hal yang pengen gue omongin ke ibu kali ini, hal yang sangat serius tentunya.

“Ya, sayang?” Ibu membuka pintu kamarnya.
Gue pun langsung masuk ke dalam kamar, lalu menutup kembali pintu kamar ibu, ibu nampak heran. Gue kemudian duduk di pinggiran kasur ibu. Ibu masih berdiri.

“Ada apa?” Tanya ibu.
“Ibu aku udah capek.”
“Capek kenapa?”
“Ibu sampai kapan sih mereka ada di rumah ini?”
“Mereka siapa?”
“Itu si Ani dan Bapaknya..”
“Kamu ini kan mereka keluarga kita..”
“Ibu dari awal aku tuh gak nganggep mereka keluarga, selama ini aku pura-pura aja, aku mencoba sebisa mungkin untuk menerima mereka demi ibu senang, tapi dari hatiku yang paling dalam tetep aku gak bisa ibuuu…” Kata gue.
“Aku sebisa mungkin mencoba untuk bergaul dengan Ani, mencoba untuk menerimanya, tapi tetap saja aku gak bisa..”
“Sayangg….” Ibu duduk disamping gue, mengelus rambut gue.
“Dengarkan ibu…”
“Dari awal juga ibu tahu, kamu pasti sulit untuk menerimanya. Tapi Felisha, cobalah untuk menerima mereka. Ibu selalu punya alasan dalam tindakan ibu. Ibu menikah Pak Burhan ini dan membawa Anaknya kesini semata-mata untuk menemani kamu jika ibu nanti sudah tidak ada. Ibu takut dalam waktu dekat ibu akan meninggalkanmu. Ibu takut kalau nanti kamu sendirian. Ibu ngak mau bikin kamu sedih.”
“IBU!! Jangan bicara begitu ! Aku yakin ibu pasti sembuh!.”
“Ohh.. sayang..” Ibu memeluk gue.
“Sabar ya sayang…”
“Kamu cobalah ya untuk menerima mereka demi ibu..”

Jujur dari hati yang paling dalam selama ini gue masih belum bisa menerimnya. Emang sejauh ini gue tampak terlihat menerima mereka, tapi sebenarnya ngak. Gue emang munafik, tapi ya itulah sebenarnya. Gue sudah berusaha, tapi yang namanya perasaan gak pernah bisa dibohongi.

***
Setelah keluar dari kamar ibu gue lihat Ani sedang menonton tv seperti biasanya. Anak ini memang hobi banget nonton.

“Hey.. kak..” Gak bosen-bosennya dia manggil gue.
“Eh.. Hey..” Gue menghampirinya dan duduk disampingnya.
“Film apa?” Tanya gue.
“Gak tau nih kak, lupa lagi. Tapi seru kok. Hehehe”
“Oh…”
“Kakak udah gak marah sama aku?”
“nggggak..Hehehe..”
“Makasih kakkk….” Dia nampak tersenyum. Gue juga senyum walau pura-pura.

***

Keesokan harinya.

“Sayang anter ibu yuk ke rumah temen ibu.” Kata ibu sehabis gue pulang sekolah.
“Kemana?
“Ke Gerlong, Temen ibu mau syukuran.”
“Yauda, aku ganti bjau dulu.”
“Ajakin Ani juga sekalian. Bilang kita mau ke rumah Bu Rahma.”
“Iya.”

Setelah ganti baju dan mengajak Ani, kita pun pergi.

***

Sesampainya di rumah temen ibu, awalnya gue pengen diem aja di mobil, males ketemu orang banyak. Biarlah si Ani yang jadi anak ibu jika para ibu-ibu nanti mengobrol. Tapi, setelah dipaksa oleh ibu, gue akhirnya ikut juga, katanya bakal lama.

“Hey.. “
“Elo?” Tanya gue kaget, yang nyapa gue barusan ternyata orang aneh yang bernama Egi kemarin.
“Hey.. kak Egi.” Sapa Ani. Gue makin kaget.
“Ani lo kenal dia?”
“Iya kak, ini kak Egi, anaknya bu Rahma. Bu Rahma temen ibu dan ayah juga.”
“Bener kan ketemu lagi?” Kata si Egi.
“Ih…” Gue ngeloyor pergi keluar dan langsung masuk ke dalam mobil. Kalau tau gini mah gue mending gak usah ikut aja. Sampai acara selesai pun gue tetap diam di dalam mobil sambil dengerin lagu di dalam mobil.

***
“Felisha, kamu darimana aja, ibu cari di dalem, pengen ibu kenalin ama temen-temen ibu.” Kata ibu pas masuk ke dalam mobil pas acaranya udah selesai.
“Hayu ah pulang.” Kata gue.
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.