- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah Tak Sempurna
...
TS
aldiansyahdzs
Kisah Tak Sempurna
Quote:

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh.
Selamat pagi warga Kaskus di Seluruh Muka Bumi.
Terimakasih kepada Agan / Aganwati yang sudah mampir di Thread ini. Terimakasih pula untuk sesepuh dan moderator SFTH. Thread ini adalah thread pertama kali saya main kaskus . Saya berharap Thread pertama kali saya di Kaskus bisa membuat Agan / Aganwati terhibur dengan coretan sederhana saya ini.
Thread ini bercerita tentang kisah putih abu - abu seorang laki laki yang saya beri nama Erlangga. Dari pada penasaran, lebih baik langsung baca aja gan! Selamat galau eh selamat membacaaa.
NB; Kritik dan Saran sangat saya butuhkan agar saya dapat menulis lebih baik lagi.
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Keep in touch with me.
twitter: aldiansyahdzs
instagram : aldisabihat
twitter: aldiansyahdzs
instagram : aldisabihat
Diubah oleh aldiansyahdzs 17-06-2019 18:30
JabLai cOY dan 31 lainnya memberi reputasi
32
132.2K
879
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aldiansyahdzs
#70
Setelah Kepergian – Part 3
Aku menyenderkan tubuhku pada tembok. Pertandingan semifinal ini lebih lelah dari pertandingan sebelumnya. Lelah, tapi lelah ini terbayar dengan kemenangan yang membawa kelasku ke Final. Difinal kami menunggu pemenang antara kelas X TKJ 1 dengan kelas XII Mesin 1.
X TKJ 1? Sebentar sepertinya ada hal yang aku lupa. Kepalaku mencoba mengingat semua tentang X TKJ 1. Aku berfikir cukup lama. Akhirnya aku ingat. X TKJ 1 adalah kelas Octa. Octa apa kabarmu? Kemana saja? Dikelas, kami membahas pertandingan final. Aku cenderung mendengarkan apa yang akan dipersiapkan pada laga final.
“Angga tuh dicariin sama cewe tuh.” Teriak temanku.
Siapa yang mencariku?
“Hei akang. Apa kabar?” Sapanya dengan nada manjanya. Baru saja tadi aku memikirkannya kini ia ada didepanku.
“Octa? Akang baik baik aja. Ada apa Octa?” Ujarku keheranan, aku masih tak percaya jika Octa datang kekelasku.
“Hehe. Gaada apa apa. Selamat ya kang atas kemenangannya.” Ia menjabat tanganku.
“Iiiiiyaaa Octa, sama sama.” Ujarku dengan gugup.
“Kang, akang beda yah ternyata.” Ujarnya sambil melihatku keheranan.
“Beda apa Octa? Duduk yuk akang masih lemes.” Pintaku. Aku mengajak Octa duduk di depan kelasku.
“Akang beda yah, akang sekarang sama akang pas MOS beda banget.” Ujarnya.
Ku perhatikan wajah Octa. Kulitnya putih, hidungnya mancung, ia mengenakan kacamata fullframe warna hitam, dan ia membalut wajahnya dengan gaya kerudung modern.
“Kang hey kang kok malah bengong liatin aku.” Ia mungkin sadar saat aku menatapnya.
“Hehe engga kok Ta.” Ujarku malu ia menyadari saat aku menatapnya cukup lama.
“Kang, akang ternyata ramah ya sama semua orang. Aku kira saat MOS itu sifat akang yang asli.” Ujarnya yang tadi sempat terpotong.
“Akang Cuma ngejalanin peran akang saat MOS. Dan pas MOS udah beres akang balik lagi jadi diri akang.” Ujarku dengan penjelasan yang cukup mudah untuk dimengerti.
“Tetep jadi akang yang ramah ya, aku takut deh gasanggup kalo akang kayak mos lagi.” Ujarnya. Ia tersenyum dengan matanya yang menyipit. Wajahnya terlihat teduh.
“Pasti Ta.”Ujarku.
“Kang bisa bantuin Octa ngerjain tugas ga?” Tanyanya dengan raut wajah kebingungan.
“Tugas apa Ta?” Tanyaku.
“Tugas instalasi OS kang. Aku kebagian nginstal debian. “ Ujarnya.
“Mana sini Ta.” Ujarku.
Octa mengeluarkan laptop miliknya, ia lalu menyalakan laptopnya itu. Laptop miliknya adalah ASUS dengan processor ASUS i5 dan RAM 4GB. Bagiku laptop dengan spesifikasi seperti ini lebih dari cukup untuk anak SMK.
“Aku bingung kang pas dibagian partisi. Banyak banget format nya harus milih yang mana nih kang?” ia sambil menunjuk LCD laptopnya.
“Debian kan Linux ta. Buat debian itu format nya ext3 ta.” Ujarku.
Octa lalu memilih apa yang telah aku intruksikan.
“FYI ta. Debian itu harddisknya minimal harus punya 2 partisi. 1 partisi home dengan format ext 3 yang satu lagi buat swap. Kalo buat swap jangan gede gede cukup 1 sampai 2 gb aja ta.” Ujarku.
Octa menggangguk. Sepertinya ia telah mengerti dengan penjelasan pendekku mengenai tugasnya.
“Akang pinter juga ya ternyata.” Ujarnya
“Hehe engga kok, akang cuma masih inget aja sama pelajaran waktu akang kelas 1.” Ujarku dengan
“Ah bohong masa ngejelasin sampe sedetil itu.” Ia menyenggol bahuku pelan.
Aku menyenderkan tubuhku pada tembok. Pertandingan semifinal ini lebih lelah dari pertandingan sebelumnya. Lelah, tapi lelah ini terbayar dengan kemenangan yang membawa kelasku ke Final. Difinal kami menunggu pemenang antara kelas X TKJ 1 dengan kelas XII Mesin 1.
X TKJ 1? Sebentar sepertinya ada hal yang aku lupa. Kepalaku mencoba mengingat semua tentang X TKJ 1. Aku berfikir cukup lama. Akhirnya aku ingat. X TKJ 1 adalah kelas Octa. Octa apa kabarmu? Kemana saja? Dikelas, kami membahas pertandingan final. Aku cenderung mendengarkan apa yang akan dipersiapkan pada laga final.
“Angga tuh dicariin sama cewe tuh.” Teriak temanku.
Siapa yang mencariku?
“Hei akang. Apa kabar?” Sapanya dengan nada manjanya. Baru saja tadi aku memikirkannya kini ia ada didepanku.
“Octa? Akang baik baik aja. Ada apa Octa?” Ujarku keheranan, aku masih tak percaya jika Octa datang kekelasku.
“Hehe. Gaada apa apa. Selamat ya kang atas kemenangannya.” Ia menjabat tanganku.
“Iiiiiyaaa Octa, sama sama.” Ujarku dengan gugup.
“Kang, akang beda yah ternyata.” Ujarnya sambil melihatku keheranan.
“Beda apa Octa? Duduk yuk akang masih lemes.” Pintaku. Aku mengajak Octa duduk di depan kelasku.
“Akang beda yah, akang sekarang sama akang pas MOS beda banget.” Ujarnya.
Ku perhatikan wajah Octa. Kulitnya putih, hidungnya mancung, ia mengenakan kacamata fullframe warna hitam, dan ia membalut wajahnya dengan gaya kerudung modern.
“Kang hey kang kok malah bengong liatin aku.” Ia mungkin sadar saat aku menatapnya.
“Hehe engga kok Ta.” Ujarku malu ia menyadari saat aku menatapnya cukup lama.
“Kang, akang ternyata ramah ya sama semua orang. Aku kira saat MOS itu sifat akang yang asli.” Ujarnya yang tadi sempat terpotong.
“Akang Cuma ngejalanin peran akang saat MOS. Dan pas MOS udah beres akang balik lagi jadi diri akang.” Ujarku dengan penjelasan yang cukup mudah untuk dimengerti.
“Tetep jadi akang yang ramah ya, aku takut deh gasanggup kalo akang kayak mos lagi.” Ujarnya. Ia tersenyum dengan matanya yang menyipit. Wajahnya terlihat teduh.
“Pasti Ta.”Ujarku.
“Kang bisa bantuin Octa ngerjain tugas ga?” Tanyanya dengan raut wajah kebingungan.
“Tugas apa Ta?” Tanyaku.
“Tugas instalasi OS kang. Aku kebagian nginstal debian. “ Ujarnya.
“Mana sini Ta.” Ujarku.
Octa mengeluarkan laptop miliknya, ia lalu menyalakan laptopnya itu. Laptop miliknya adalah ASUS dengan processor ASUS i5 dan RAM 4GB. Bagiku laptop dengan spesifikasi seperti ini lebih dari cukup untuk anak SMK.
“Aku bingung kang pas dibagian partisi. Banyak banget format nya harus milih yang mana nih kang?” ia sambil menunjuk LCD laptopnya.
“Debian kan Linux ta. Buat debian itu format nya ext3 ta.” Ujarku.
Octa lalu memilih apa yang telah aku intruksikan.
“FYI ta. Debian itu harddisknya minimal harus punya 2 partisi. 1 partisi home dengan format ext 3 yang satu lagi buat swap. Kalo buat swap jangan gede gede cukup 1 sampai 2 gb aja ta.” Ujarku.
Octa menggangguk. Sepertinya ia telah mengerti dengan penjelasan pendekku mengenai tugasnya.
“Akang pinter juga ya ternyata.” Ujarnya
“Hehe engga kok, akang cuma masih inget aja sama pelajaran waktu akang kelas 1.” Ujarku dengan
“Ah bohong masa ngejelasin sampe sedetil itu.” Ia menyenggol bahuku pelan.
JabLai cOY dan 8 lainnya memberi reputasi
9
Tutup