codot.1Avatar border
TS
codot.1
Passomba Tedong : Sumber Utama Falsafah Toraja


Quote:


Falsafah atau ajaran Tallu Lolona adalah keyakinan masyarakat Toraja tradisional bahwa lolo_tau(manusia), lolo_patuan (hewan/binatang), dan lolo_tananan ( tumbuhan) sama-sama diciptakan. Dalam kisah penciptaan aluk to dolo(aturan nenek moyang orang Toraja) dikatakan “ …. ditampami nene’na to lino, Datu Laukku’ ; … ditampami nene’na to burake, disanga Killi’-Killi'; … ditampami nene’na punti, disanga Datu Marorrong; nene’na tallang, disanga Kumirrik;… nene’na manuk, disanga Lua’kollong;…. nene’na tedong, disanga Manturiri; …” – diciptakanlah nenek manusia, Datu Laukku’; … diciptakanlah nenek dari wanita yang dinamai Killi’-Killi’; … diciptakanlah nene’ dari pisang, dinamai Datu Marorrong; nenek dari bamboo diberi nama Kumirrik; … diciptakanlah nenek dari ayam yang diberi nama Lua’kollong; ,,, nenek dari kerbau yang diberi nama Manturiri; ….

Arsitek aluk todolo beranggapan bahwa Pong Matua (Tuhan) menciptakan berbagai mahluk di dunia secara sendiri-sendiri dengan demikian mahluk-mahluk tersebut harus saling menghargai dan menyayangi. Bahkan orang-orang tertentu, dan beberapa jenis hewan serta beberapa jenis tanaman diciptakan secara terpisah. Masyarakat Toraja tradisional menerima dan mengamini hal ini sepenuhnya sebagai panduan dalam kehidupan. Hal ini tercermin dalam pola hidup sehari-hari masyarakat Toraja tradisional. Penulis masih ingat bagaimana nenek/kakek (baik dari almarhum Ibunda maupun almarhum ayahanda) yang lahir dan dibesarkan dalam alam Toraja tradisional sangat meyakini, menghayati, serta patuh pada ajaran Toraja tradisional. Mereka sering sekalimengingatkan kami bersaudara semasa kecil untuk memperlakukan padi/beras/nasi secara baik, tae’ na ma’din disa’biangan te mai kande saba’ napakasalle ki’ – tidak boleh menyia-nyiakan makanan karena dialah yang membesarkan kita. Ketika penggilingan padi mulai digunakan masyarakat Toraja pada akhir tahun 60an, nenek di Tonglo – Madandan (dari ayah) menceriterakan bahwa ada orang yang melihat onggokan padi lari tunggang langgang menghindari mesin penggilingan. Cukup lama ceritera ini menjadi permenungan penulis, apa kiranya yang menjadi latar belakang munculnya ceritera ini. Kelihatannyaceritera ini muncul sebagai penolakan terhadap penggilingan padi, kegiatan menggilingdianggap perlakuan yang sangat kasar dan bahkan sadis terhadap padi yang adalah sahabat manusia.


SUMBER
Diubah oleh codot.1 17-02-2015 09:33
0
4K
12
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.8KThread82.3KAnggota
Tampilkan semua post
jeanyhebatAvatar border
jeanyhebat
#10
Pengen bgt ke toraja ga pernah kesampaian
emoticon-Mewek
codot.1
codot.1 memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.