Jeritan Malam (ketika keindahan menjadi sebuah ketakutan)
TS
meta.morfosis
Jeritan Malam (ketika keindahan menjadi sebuah ketakutan)
pernahkan agan merinding disuatu tempat, merasakan kehadiran seseorang yang menurut agan hanya merupakan permainan imajinasi otak belaka dan ketika sebuah karunia datang untuk memberikan agan sebuah kesempatan untuk melihat sekilas apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan semua fenomena tersebut, apakah anda akan tetap tersenyum dengan logika dan keyakinan bahwa semua hanya imajinasi otak atau berteriak dan berharap agar mata ini tetap terpejam dan semua itu hanyalah sebuah mimpi ane akan bercerita sebuah kisah yang mungkin akan merubah cara pandang agan tentang semua kejadian yang pernah menimpa agan, ketika agan membaca dan bertanya apakah ini real story ? semua kembali kepada agan untuk menilai apakah ini sebuah fiksi belaka atau real story, selamat menikmati semoga sebuah sensasi akan menemani agan dalam gelapnya malam Mohon para reader yang masih dibawah umur agar bisa memilah antara yang baik dan buruk di cerita ini, ambil yang baik dan bermanfaat..jauhi yang buruk dan menyesatkan Waktu Update : Penulis adalah seorang pekerja yang akan selalu menulis disela sela waktu luangnya, jadi untuk update bisa dilakukan kapan saja entah itu malam, pagi ataupun siang, jadi tidak ada istilah mengulur ulur waktu Peraturan membaca di thread ini : Hargai hasil karya penulis, karena menulis adalah suatu hoby dimana penulis membutuhkan pembaca dan pembaca memberikan apresiasi/kritik/masukan sebagai bentuk penghargaan karya penulis
Jangan menjiplak/mengakui hasil karya penulis, ketika ingin copy paste ke thread atau blog lain biasakan etika untuk meminta izin dan mencantumkan sumber penulisan
Penulis berharap kepada para reader untuk tidak terpengaruh atau berusaha membalas apabila ada komentar reader negatif yang berusaha membuat rusuh atau mencari sensasi karena komentar balasan adalah motivasi mereka menjadi reader negatif Line Id : meta.morfosis untuk update harap bersabar gan
Spoiler for Prologue:
Menjadi manusia normal adalah sebuah impian setiap manusia, tapi apa jadinya ketika sebuah kejadian yang menimpa anda membuat semuanya menjadi sebuah mimpi buruk, saat waktu2 yang terasa indah untuk dinikmati kini menjadi sebuah kecemasan, saat tempat tempat terindah yang kita kunjungi kini menjadi sebuah pemandangan yang penuh dengan rasa ketakutan.
Nama gw reza, gw merupakan lulusan salah satu perguruan negeri ternama disalah satu universitas negeri di Jakarta, sebuah kampus yang berada dalam suatu lingkungan asri dengan pohon pohon besar disekitarnya bahkan hampir mirip disebut dengan sebutan hutan kota, gw menyelesaikan pendidikan SI dalam waktu yang normal, dengan predikat yang lumayan hingga akhirnya sebuah panggilan kerja mengantarkan kaki gw untuk berlabuh disalah satu kota di jawa timur.
Semua terasa begitu indah, begitu sempurna, bisa dibilang yang maha kuasa memudahkan semua langkah kehidupan gw, orang tua gw yang semula tidak menyetujui gw untuk pindah kota, akhirnya menyetujuinya, walaupun dengan resiko mereka kini harus tinggal hanya berdua saja di kota bogor yang tenang. Sebenarnya orang tua gw khususnya bokap gw menginginkan agar gw bekerja di Jakarta atau setidaknya meneruskan usaha yang sudah dirintisnya selama ini, berbagai macam argumen telah mereka keluarkan untuk menggagalkan keinginan gue untuk meninggalkan Jakarta, terutama alasan umur mereka yang sudah tua, berat rasanya meninggalkan mereka bila mengingat semua alasan itu, tapi keinginan untuk mandiri membuat gw bisa mengalahkan semua rasa tidak tega itu.
Tapi semua keindahan rangkuman perjalan hidup gw kini berubah secara drastis, seiring langkah kaki gw menaiki sebuah kereta yang mengantarkan gw menuju sebuah kota di jawa timur. Sebuah kereta yang menjadi awal dimulainya rentetan kejadian yang merubah perjalanan hidup gw….
Dan percayalah ketika gw menuliskan ini semua, gw tercekam dalam rasa ketakutan, rangkaian kata yang gw tulis dengan menjentikan jari dalam barisan huruf di keyboard tidak lepas dari tatapan mata mereka, gw hanya berharap semoga malam cepat berlalu berganti menjadi siang.
Spoiler for Chapter 1 ( sebuah kabar indah tentang masa depan ):
Juli 2007, Irama langkah kaki gw bergegas cepat meninggalkan sebuah toko buku dan menuju ke stasiun kereta, kebetulan hari ini sehabis berkunjung kerumah seorang teman, gw mampir ke sebuah toko buku untuk membeli beberapa buah buku yang gw butuhkan untuk sekedar menjadi bahan bacaan peneman hari hari gw setelah lulus kuliah, disaat kesibukan mata gw mencari cari buku yang mungkin bisa menjadi bahan bacaan gw, sebuah panggilan telepon masuk, ya sebuah panggilan yang sama sekali tidak terduga dan akan menjadi awal hidup gw memasuki dunia kerja
“ hallo selamat siang, dengan bapak reza ” sebuah kalimat pembuka pembicaraan di telepon terdengar dari seorang wanita
“ benar mba, kalau boleh tau saya bicara dengan siapa ?”
“ saya indri pak, kami dari perusahaan PT. XXXXX, meminta bapak untuk hadir ke perusahaan kami untuk mengikuti proses seleksi penerimaan kerja ”
Sebuah kabar yang bagus, tapi kembali gw berpikir dan mencoba mengingat kembali surat surat lamaran yang pernah gw kirimkan, ingatan gw masih bisa mengingat perusahaan2 yang pernah gw layangkan surat lamaran kerja, dan menurut gw perusahaan ini tidak termasuk didalam daftar perusahaan yang masuk dalamlist surat lamaran kerja yang gw layangkan
“ aneh, ah masa bodo, yang penting gw jalanin aja dulu ” gumam gw, hingga akhirnya gw tertidur dikursi kereta yang mengantarkan gw ke stasiun bogor
“ wah tumben sudah rapih pagi pagi za ” tegur mamah ketika melihat gw yang sudah rapih dan mencoba menyiapkan sarapan sendiri
“ iya mah, hari ini ada panggilan kerja ”
“ Alhamdulillah za, cepat juga kamu dapat panggilan semoga diterima za ” terlihat mamah tersenyum dibalik kata katanya yang mengandung doa
“ diantar mang iwan aja za, biar tidak telat ” ucap bapak yang rupanya mencuri dengar pembicaraan kami, mang iwan merupakan supir yang bekerja dikeluarga kami
“ haduhh jangan pak, biar reza sendiri aja sekalian biar tau jalan ” jawab gw menolak tawaran itu
Setelah menyelesaikan sarapan dan pamit, segera gw pergi menuju perusahaan tempat gw akan melakukan tes pekerjaan, jam masih menunjukan pukul 7.30 sedangkan jadwal interview yang akan gw lakukan pukul 11, jadi cukuplah waktu tempuh yang akan gw habiskan untuk menuju perusahaan tersebut, dan kereta menjadi salah satu pilihan gw untuk mempersingkat jarak tempuh itu,tepat jam 10 kurang 15 akhirnya gw tiba di perusahaan tersebut, sebuah lokasi perusahaan yang terletak di Jakarta selatan
Setelah menuju ke bagian resepsionis dan memberitahukan maksud kedatangan gw, akhirnya gw dipersilahkan duduk disebuah ruang tunggu, waktu luang itu gw manfaatkan untuk mencoba membaca baca dan kembali mengingat materi kuliah yang pernah gw pelajari
“ bapak reza, mari ikut saya ” tegur seorang wanita yang mempersilahkan gw untuk mengikutinya ke salah satu ruangan tempat akan dilaksanakan interview
“ silahkan duduk pak, nanti usernya akan segera datang ” ucap wanita itu kembali sambil tersenyum dan beranjak pergi
Ada rasa tegang ketika pertama kali melaksanakan proses penerimaan kerja, ditambah gw masih terasa asing dengan perusahaan ini, hingga akhirnya rasa tegang itu sirna seiring sosok yang gw lihat memasuki ruangan
“ lohh mas kamil..?” ucap gw heran melihat sosok yang tersenyum dihadapan gw, mas kamil merupakan senior gw yang telah lulus satu tahun lebih cepat dari gw
“ kaget ya za ?”
“ iyalah mas, soalnya seingat gw, gw belum pernah melamar ke perusahaan ini ” kembali mas kamil tersenyum mendengar jawaban gw
Hingga akhirnya mas kamil menceritakan tentang sejarah dan bergerak dalam bidang apa perusahaan tempat kerjanya itu bergerak, kebetulan dia sudah memegang posisi penting didalam perusahaan tersebut dan merekomendasikan gw untuk mengisi sebuah tempat dalam departemennya yang kebetulan kosong
“ bagaimana za ?” tampak mata mas kamil mencoba memperhatikan gw
“ ternyata diluar Jakarta ya mas, sepertinya gw harus bicara sama kedua orang tua gw dulu ”
“ lu udah dewasa za, lelaki dewasa harus bisa punya keputusan sendiri ”
“ jangan sampai kesempatan yang sudah didepan mata lu sia siakan karena keraguan lu ” terang mas kamil kembali, sambil berupaya menumbuhkan rasa semangat gw
“ kalau lu berminat, sekarang jg gw minta bagian hrd mengurus surat kontraknya, karena gw memang lagi butuh cepat ” lama gw berpikir mencoba menimbang semua omongan mas kamil, antara keinginan bekerja dan restu dari orang tua, setelah gw berpikir lama akhirnya gw memutuskan untuk menerimanya, pasti orang tua gw akan menyetujui ini, niat yang baik untuk sebuah pekerjaan yang baik pasti akan disetujui
“ baik mas, saya terima ” sebuah senyum sumringah terlihat dari wajah mas kamil
“ gitu dong za, baik gw ke bagian hrd dulu untuk mengurus semua surat2nya ” ucap mas kamil sambil menepuk bahu gw dan pergi meninggalkan gw
Setelah semua surat surat kontrak telah gw tanda tangani, mas kamil segera menerangkan tentang pekerjaan yang akan gw lakukan dan proses training terlebih dahulu yang akan gw lakukan setibanya gw di kantor cabang
“ lu di training dulu selama seminggu za, tenang aja gw yakin lu bisa ” ucap mas kamil antusias
“ insha allah mas, jadi kapan gw berangkat ”
“ seminggu dari sekarang za, lu persiapin dah semuanya, jangan lupa izin sama orang tua lu ”
“ siap mas, terima kasih atas bantuannya ”
Dan akhirnya gw meninggalkan perusahaan tersebut dengan langkah kemenangan, seperti layaknya orang yang pulang dari pertempuran, gw diterima kerja dan gw akan memberitahukan kabar gembira ini kepada orang tua gw dan tidak lupa kepada wulan yang telah menjadi pacar gw selama kuliah
“ mah, saya diterima kerja ” ucap gw sesampainya dirumah dan menyampaikan kabar gembira ini kepada bapak dan mamah yang sedang bersantai diruang tamu
“ Alhamdulillah za..” jawab mamah sambil memeluk gw
“ selamat za, selamat jadi lelaki dewasa ” ucap bapak sambil tertawa dan memberikan selamat
Kegembiraan itu tidakberlangsung lama, ketika gw menerangkan tentang penempatan kerja gw
“ memangnya tidak bisa meminta posisi dijakarta za, bapak sama mamahmu ini sudah tua, kenapa tidak di jakarta aja, atau kamu nerusin usaha bapak ” ucap bapak sambil tangannya mencoba mengelap2 keris yang terlihat sudah tua, memeang bapak adalah pengkoleksi keris2 tua, bahkan bukan cuma keris saja, asalkan itu bernilai seni dan peninggalan masa lalu pasti dikoleksinya
Setelah gw menerangkan tentang keinginan gw untuk mandiri, dan alasan masa depan yang bagus di pekerjaan ini, akhirnya bapak dan mamah mengijinkan gw untuk pergi keluar kota dan menerima perkerjaan ini
“ kapan kamu berangkat za ” ucap bapak mencoba mencari keterangan
“ minggu depan pak, mohon restunya pak, mah ”
“ iya za, bapak sama mamah restuin yang penting kamu bisa jaga diri, dan bawa diri disana ” ucap mamah kembali memeluk gw disela sela isak tangisnya.
Seminggu sudah berlalu dan tiba harinya keberangkatan gw, dengan diantar oleh mang iwan dan wulan, segera gw menuju ke stasiun kereta yang akan mengantarkan gw ke jawa bagian timur, sepanjang jalan terlihat wajah wulan yang agak berat melepas kepergian gw,hingga akhirnya kamipun tiba distasiun kereta
“ jangan lupa kasih kabar ” ucap wulan sebelum melepas gw menaiki kereta
“ doain aku, semoga aku cepat nikahi kamu dan kamu bisa ikut sama aku kesana ” ucap gw sambil memeluk wulan kemudian melepaskannya dalam balutan air matanya, dan akhirnya pijakan kaki gw mantap menaiki kereta
“ selamat tinggal Jakarta…selamat datang pekerjaan baru..semoga cepat sukses ” doa gw didalam hati Next Chapter : sebuah perjalanan dan celoteh seorang kakek tua Heran rasanya mendengar ocehan kakek tua ini, antara sebuah misteri atau sakit jiwa yang menimpa kakek ini, hingga akhirnya gw berlabuh di kantor cabang yang mengharuskan gw untuk menempati sebuah mess tua
Spoiler for Chapter 7 hari ke 5 di mess (ketika akal sehat gw terinjak2 petuah orang pintar):
Setelah memasuki rumah, segera gw menuju kamar dan mengganti celana yang tadi dipinjamkan indra, bila mengingat semua kejadian tadi rasa malu kembali menghinggapi diri gw, haruskah gw menjilat semua perkataan gw yang tidak mempercayai hal hal ghoib, haruskah gw kehilangan semua kepercayaan diri dan keyakinan gw bahwa semua kejadian itu adalah fenomena alam yang bisa dijelaskan oleh segudang ilmu pengetahuan yang sudah gw pelajari
Lama gw terdiam didalam kamar dengan semua rasa malu ini, sejujurnya diantara rasa takut ini masih ada sebuah ketidak percayaan dan rasa penasaran akan hal yang terjadi, sedangkan diluar kamar sana, samar samar terdengar percakapan antara dikin,minto dan indra yang sepertinya sedang menghubungkan semua kejadian ini dengan perbuatan yang pernah gw perbuat, sebuah kejadian dimana gw menendang sesajen yang dihidangkan dikamar minto, sebuah sajian yang konon dihidangkan untuk penghuni rumah ini
“ brengsek !!!” kutuk gw akan semua kejadian ini
“ wanita yang berayun ayun di pohon besar itu, suara panggilan dari seorang laki laki dengan nada seraknya, sosok mas dikin didapur, suara rantai yang ditarik hingga pukulan2 di dinding dan jendela kamar, apakah ini dilakukan oleh mahluk atau seseorang yang sama ?”
kembali gw berpikir akan semua kejadian itu, hingga akhirnya gw teringat dengan suara itu, ya suara geraman yang munculnya hampir berbarengan dengan semua kejadian itu, dan akhirnya suara itu mengantarkan gw untuk berpikir ulang kebelakang saat perjumpaan gw dengan seorang kakek2 tua dikereta yang selalu berbicara tentang harimau putih yang selalu menyertai gw
“ harimau…” gw tertegun sejenak
“ apakah ini ada hubungannya dengan sebuah keris atau kujang yang gw temukan di tas ” kembali gw teringat dengan sebuah keris/kujang yang sengaja gw simpan didalam lemari dibawah tumpukan baju, setelah mengambil benda tersebut kembali gw membuka dan memperhatikan benda kecil yang terlihat unik dan tua
“ benarkah benda ini mewakili keberadaan harimau putih itu “
Bullshit…, ini hanya sebuah benda tua yang sengaja diselipkan oleh orang tua gw, mungkin mereka beralasan benda ini sewaktu waktu bisa gw jual disaat gw sedang kekurangan uang, karena gw yakin bahwa benda tua yang dikoleksi orang tua gw adalah benda2 yang mempunyai harga karena nilai sejarah dan keunikannya, kembali logika sehat gw menyangkal akan keberadaan mahluk astral yang berhubungan dengan benda ini, setelah puas memperhatikan benda tersebut akhirnya gw meletakan kembali benda tersebut didalam lemari dan melangkahkan kaki kekluar kamar, tampak dikin,minto dan indra masih tampak didepan pintu kamar indra dan memperhatikan gw
“ sudah jam 3 pagi “ ucap gw kepada diri sendiri ketika melihat jam yang tergantung di dinding ruang tengah, ada keinginan untuk meminta tolong kepada indra,dikin dan minto untuk mengantarkan gw ke kamar mandi untuk melanjutkan buang air besar yang belum terselesaikan secara sempurna atau hanya sekedar menyiram sebagian kotoran yang telah gw keluarkan, tapi kembali rasa malu menghalangi semua keinginan itu, gw harus menunjukan bahwa gw masih mempunyai keyakinan akan semua perkataan yang telah gw ucapkan
“ mau kemana za ?” tanya minto melihat gw melangkahkan kaki menuju pintu kaca yang memisahkan dapur dan ruang tengah
“ kamar mandi “ jawab gw dengan penuh keyakinan
“ yakin lu, perlu kami anterin apa enggak ?” tanya minto kembali
“ enggak to, lihat tuh sudah jam 3 pagi, sudah hampir pagi, masa gw takut ” jawab gw tersenyum dan meneruskan langkah kaki ini, entah mengapa disaat gw membuka pintu kaca dan mulai memasuki lorong pendek menuju dapur dan kamar mandi, sebuah hawa dingin kembali menerpa gw, ada rasa tidak suka dihati gw melihat beberapa buah lukisan wajah wajah yang tergantung dilorong dan dapur, lukisan wajah wajah orang tua zaman dahulu lengkap dengan pakaian tradisional dan belangkon dikepalanya, entah siapa mereka tapi yang pasti semua lukisan itu terlihat sudah usang dan lama sesuai dengan bentuk bangunan ini, ada keinginan untuk menolehkan tatapan ini ke lukisan2 itu lebih lama dan memperhatikannnya lebih seksama akan tetapi hawa dingin yang menyambut gw, telah memaksa gw mengurungkan niat itu, diantara rasa keberanian yang kembali gw tanamkan ini, rasa takut yang sebelumnya gw alami akhirnya kembali menghinggapi, gw langkahkan kaki secara tergesa2 melewati lorong, dapur dan akhirnya gw kembali terpaku di depan pintu kamar mandi, jantung gw berdegup kencang, hingga nadanya seakan terdengar ditelinga ini
“ gw harus berani..berani “ ucap gw pelan memompa rasa keberanian, segera gw dorong pintu kamar mandi yang kini tertutup, pintu kamar mandi yang telah menjadi korban keganasan tendangan gw karena rasa takut kini kembali menjadi pembatas antara rasa keberanian dan takut gw dengan sesuatu yang akan gw saksikan dibaliknya, perlahan demi perlahan pintu itu gw dorong seiring adrenalin gw yang terlontar keluar, hingga akhirnya pintu terbuka sempurna
“ sstttttttt “ sebuah suara diiringi hembusan angin lembut yang keluar dari arah kamar mandi segera menerpa wajah gw, angin lembut yang mengantarkan sebuah desisan suara halus wanita ditelinga gw dan aroma bau bangkai yang membuat mual perut ini, gw bisa memastikan ini bukanlah hawa bau kotoran gw, tapi ini merupakan bau busuk daging atau bangkai, ingin rasanya gw kembali berteriak dan memanggil indra,minto,dikin untuk segera menolong gw yang kembali diliputi rasa ketakutan
“ gw enggak takut…enggak takut “ ucap gw didalam hati sambil memejamkan mata, andai gw kembali berteriak dan berlari ketakutan, bisa dipastikan hancur sudah harga diri dan keberanian gw, hingga akhirnya perlahan lahan aroma bau itu menghilang, kembali gw buka mata dan mendapati ruangan kamar mandi yang kosong, mata gw menatap ke segala penjuru kamar mandi sebelum memutuskan masuk dan menyiram kotoran yang belum sempat gw siram, ada rasa lega ketika berhasil menyelesaikan itu semua, kini keberanian gw timbul kembali dan yang pasti gw masih bisa membuktikan kepada indra, minto dan dikin bahwa gw masih berani dan akan menjelaskan semua fenomena ini
Sombong, angkuh, terlalu percaya diri, itulah yang gw rasakan saat ini, rasanya tidak sabar untuk melangkahkan kaki ke arah mereka untuk menjelaskan ini semua dengan rasa bangga, hingga akhirnya tatapan mata gw terhenti pada sebuah lukisan yang terpajang di lorong ruangan, lukisan seorang pria jawa tua dengan kumis lebat dan belangkon dikepalanya, seperti seseorang dari zaman dahulu, mungkin zaman colonial dimana pakaian ini menggambarkan kedudukannya yang terhormat, lama gw terpesona dengan kewibawaannya, hingga akhirnya semua pesona itu menjadi pudar dan berganti dengan pemandangan menyeramkan, pemandangan yang sulit dijelaskan dengan akal sehat, dimana keadaan gw sudah sangat sadar, tidak terpengaruh oleh rasa ngantuk, dan mata gw bisa menyaksikan secara sempurna akan apa apa yang terjadi, tampak mata lukisan itu seperti memerah, mata lukisan yang sebelumnya terlihat seperti tatapan mata orang normal kini terlihat seperti membelalakan matanya, tatapan mata itu menatap dalam ke arah pandangan gw dan seakan mengatakan “ ini wilayah gw, ini kekuasaan gw, lu harus pergi atau mati ditempat ini “
Tubuh gw bergetar hebat, keringat dingin yang keluar dan bulu kuduk yang berdiri tidak bisa gw rasakan lagi, tubuh ini terasa kaku untuk digerakan, hingga kahirnya setelah lama terdiam dengan posisi yang sangat tidak nyaman tersebut, mulut gw yang sebelumnya terasa terkunci akhirnya bisa digerakan, entah mengapa disaat ini keinginan gw untuk menjerit dan menangis terasa begitu kuat, mungkinkah ini efek rasa takut gw yang sudah begitu mendalam dan tidak bisa terkontrol lagi
“ tolongin gw..tolongin gw…” hanya itu yang bisa gw teriakan diantara tangisan yang sudah bisa tertahan lagi, hingga akhirnya minto,indra dan dikin berlari ke arah gw dengan rasa panic, ada rasa lega menyaksikan kehadiran mereka, hingga akhirnya badan ini terasa lemas untuk berdiri, gw pingsan dilorong itu dan tidak bisa menyaksikan apa yang setelah itu mereka lakukan untuk menolong gw
“ sukur, akhirnya lu sadar juga za “ terlihat wajah indra diantara dua buah kelopak mata gw yang mulai terbuka, entah berapa lama gw pingsan, sekarang gw mendapati tubuh gw sudah terbaring di ranjang kamar gw, tubuh ini terasa lelah sekali seperti orang yang habis melakukan olahraga berat
“ jam berapa ndra, lohh lu enggak kerja ?” tanya gw kepada indra
“ hampir jam 10 pagi za, enggak, gw sama minto khawatir sama lu “ mendengar indra mengucapkan nama minto, mata gw segera mencari keberadaan minto
“ mintonya mana ?”
“ ada diruang tengah za, lagi tidur, tampaknya dia ngantuk berat karena kurang tidur “ jawab indra sambil melangkahkan kaki keluar kamar dan kembali lagi dengan segelas air teh hangat dan roti dipiring kecil
“ makan dulu za, biar badan lu segaran “ ucap indra menarik bangku kecil dan duduk disebelah gw
“ gw pingsan ya ndra, seharusnya kalau gw pingsan lu tinggal kerja, nanti gw juga sadar sendiri, tapi sebelumnya thanks ya sudah nolongin gw “
“ kalau cuma pingsan biasa, udah gw tinggal lu za, tapi lu bukan cuma pingsan, tapi bikin khawatir kami semua ” jawab indra, sambil mengeluarkan sebatang rokok dan mulai membakarnya, mendengar jawaban indra timbul pertanyaan gw sebegitu parahnya kah gw pingsannya, sebelum gw mengajukan pertanyaan indra sudah menjawab semua rasa penasaran gw, rupanya dia sudah begitu mengerti tentang sifat gw yang akan selalu bertanya sebab dan musabab semua peristiwa
Keluarlah keterangan dari mulut indra yang menerangkan setelah gw pingsan, mereka mengangkat gw menuju kamar, tetapi setelah mereka meletakan gw di ranjang kamar dan akan meninggalkan gw, mulailah gw berlaku aneh, gw mulai menggeram dan menatap tajam ke semua arah, hingga akhirnya gw berlaku aneh dengan bertingkah laku seperti layaknya seekor binatang, tangan gw mencengkram dan mengacak2 acak sprei yang menyelimuti kasur, tidak ada seorangpun yang berani menenangkan gw, mereka semua diliputi rasa ketakutan hingga akhirnya gw pun terjatuh lemas kembali
“ gw berlaku seperti apa ndra “ tanya gw mencoba meyakinkan apa yang gw pikirkan
“ lu berlaku seperti macan za, ngeri gw lihatnya “jawabnya dengan mimik seperti orang ketakutan, tidak berapa lama terlihat mas dikin sudah hadir dipintu kamar
“ gimana mas?kapan mau datangnya?” tanya indra kepada mas dikin
“ katanya habis magrib pak “ jawab mas dikin, kemudian berlalu pergi
“ siapa ndra?” tanya gw penasaran
“ orang pintar za, kami mau minta tolong supaya ini tempat bisa dinetralisir “
“ aduhhh ndra …” sebelum gw coba melanjutkan omongan gw, kembali indra memotong pembicaraan gw
“ diam lu za, gw heran sama lu masih enggak ada kapok2nya, masih aja ngeyel “ ucap indra menceramahi gw
“ iya iya, gw mau lihat tuh orang pintar mau ngapain “ gw hanya tersenyum dan mencoba mengalah, setelah beberapa lama kami terlibat perbincangan, terdengar suara azan jumat dikejauhan, tampak minto sudah bangun dan bergegas merapihkan diri untuk sholat jumat
“ kalian enggak sholat “ tanyanya kepada gw dan indra
“ gw enggak dulu to, tuh indra aja “ jawab gw kepada minto, entah mengapa di umur yang beranjak dari dewasa menjadi tua gw masih bermalas malasan melaksanakan ibadah
“ gw juga enggak dulu deh to, badan gw rasanya lagi enggak enak, gw sholat zuhur aja “ terang indra menolak ajakan minto, hingga akhirnya minto beranjak pergi
Next Chapter : hari ke 5 (2) di mess (ketika akal sehat gw terinjak2 petuah orang pintar)