Kaskus

Story

Pengaturan

Mode Malambeta
Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • Poetry
  • After THE CRIMSON FALL, Here Lies THE RED MOON...

BeelzebulbAvatar border
TS
Beelzebulb
After THE CRIMSON FALL, Here Lies THE RED MOON...
After THE CRIMSON FALL, Here Lies THE RED MOON...

Greetings, mortals...

Its a pleasure to meet you all again...

Now, the stories continue... I'll show you from the very beginning of my poetries...emoticon-Malu (S)

THE CRIMSON FALL


KARTE 1


DILEMA JIWA

Darah... Darah... Darah...
Melapisi segala sudut akal sehatku...
Merah... Merah... Merah...
Menghantui segala peluh kesalku...
Jangan pernah menggangguku!
Hilanglah dari keberadaanku!
...
Tragedi... Tragedi... Tragedi...
Tanpa kehendak, merasuki hati....
Dilema... Dilema... Dilema...
Dengan sangkur, menghancurkan sukma...
Terkutuk, pergi dari sisiku!!
Musnahlah dari pikiranku!!
...
Darah... Darah... Darah...
Dengan kata-kata laknat menghasut egoku...
Merah... Merah... Merah...
Warnanya kelam mengaburkan pandanganku...
Tak kan bisa berdiri lagi...
Aku mati...
...
Mati... Mati... Mati...

(Tamappi, 09-Oktober-2006)



HANYA

Sejuknya angin di kerinduan hati ini
Menangkap segala bentuk penderitaan hidup ini
Walau raga terus menuntut untuk mati
Akalku takkan pernah mengakui
Walau hasrat ini menuntut untuk mati
Jiwaku menolak ratapan ini...
...
Mengisi hari dengan bahagia
Kucoba lepas dari semua dosa
Kuingin memusnahkan semua mantra
Akan kuhancurkan kutukan fana
Walau aku tak kuasa menahan semua
Tapi ini jalan hidupku sebagai manusia.
...
Semakin lama ku berusaha
Semakin sering ku bertanya
Apakah ini semua inginku?
Apakah ini jalan hidupku?
Tak seorang pun tahu apa jawabnya
Hanya raga dan sukma...
Hanya...

(Tamappi, 18 November 2006)



NONSENSE DI KALA SENJA

Disini ku duduk menatap langit
Teh dan cerutu menemaniku...
Hati dan pikiran menampakkan kenangan pahit
Tak ada yang bisa ku lakukan kecuali duduk membisu...
...
Merah warna senja menampakkan kelamnya
Inikah wajah asli Civil Society...
Meringkuk, membusuk, dan akhirnya mati
Tak ada yang bisa kulakukan lagi...
Kecuali memandang awan tanpa makna...
...
Semakin memikirkan hidup ini,
Semakin ku terhenyak oleh mimpi...
Hati ini panas akan dendam
Jiwa ini mengutuk semua yang kejam
Lalu apa yang akan kulakukan?
Tak ada lagi, tuan...

Tak ada lagi...
Tinggalkan aku sendiri...

(Tamappi, 19 November 2006)



SEMUA TENTANG AKU DAN DIRIKU


Disaat ku sendiri...
Kau hadir di hati ini...
Entah apa dan siapa,
Kutahu engkau ada...
...
Kau dan aku adalah satu,
Jiwa kita saling menyatu,
Walau kau dan aku adalah sama, sayangku...
Ku tak ingin singgah di dalam sanubarimu...
...
Aku ini tak punya tekad,
Aku ini manusia laknat!
Semua orang menyebutku bejat,
Anjingpun mengataiku bangsad!
...
Tapi, ku tahu kau pun tahu...
Kau tidak lebih baik dariku...
Tidak juga aku,
Kasihku...
...
Kita ini teman, musuhku...
Kita ini saudara, budakku...
Bukan aku, juga bukan kau,
Yang harus kita takuti, belahan jiwaku...
Tapi diri kita, diantara kita berdua,
Yang memiliki sifat berbeda...
...
Kini kau mengerti,
Akan semua yang terjadi...
Jangan lagi kau menggangguku,
Aku ingin tidur........................
.................... diriku...............

(Tamappi, 22 November 2006)



AKHIR DUNIA

Langit merah memecah angkara
Apakah Tuhan telah murka?
Ataukah ini hanya prediksi sementara?
Yang hilang datang diantara keabadian yang fana...

Aku gemetar dalam diam
Aphrodite menginjak hatiku yang kelam
Hati ini penuh dendam
Tak ada satupun janji yang ku genggam...

Satu makhluk datang menghampiriku
Menggantikanku dalam tawanan sang kalbu
Ku berlari bersama angin menuju istanaku
Banjir, gempa, gunung berapi... seakan bersekutu untuk membunuhku

Perjalanan ini berakhir di istanaku
Berkat angin, ku masih dapat meramu hidupku
Tapi kutahu, ini bukan akhir dari bencana
Ini permulaan dari akhir dunia...

(Tamappi, 09 Februari 2007)



M.E.M.O.R.I.E.S

Serulingku berbunyi
...
Mereka semua gembira
Bersamaku mereka tertawa
Diantara dua pusara membahana
Mereka tersenyum ceria

Serulingku berbunyi
...
Dia menghampiriku...
Orang itu hancurkan kutukan hatiku
Dia mengerti aku...
Membawa cinta tuk dicintai olehku
Dialah arti cinta
Dari semua makna cinta
Aku terpasung dalam hatinya
Begitu juga dia...

Serulingku berbunyi
...
Dia hilang, pergi...
Karena aku yang bodoh ini
Saat ini ku sendiri
Tanpa terasa, hatiku beku oleh mimpi
Kegelapan menyelimutiku
Ku hanya bisa diam oleh sendu
Orang bodoh ini...

Serulingku tak berbunyi lagi
...
Sudah cukup ingatan ini
Biar aku terus meratapi
Hingga mati menghampiri
Orang bodoh ini...

(Tamappi, 12 Februari 2007)


... to be continued to the next karte...

Diubah oleh Beelzebulb 18-02-2018 16:51
0
20K
159
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Poetry
Poetry
KASKUS Official
6.2KThread6.2KAnggota
Tampilkan semua post
BeelzebulbAvatar border
TS
Beelzebulb
#58
KARTE 13
AND THE WIND BLOWS...

Kadang yang terjadi tidak selalu sesuai ekspektasi kita
Yang kemudian membuat kita lelah dan menyerah
Bukan karena kalah,
Tapi keadaan yang mengharuskan kita menerima semua...

Tangisan itu tidak percuma,
Bukan berarti dunia telah tiada

Seperti mendengar suara Eros di kejauhan,
Dimana dia meminta kita menerjang cinta roman picisan
Atau ketika Orpheus hanya bisa pasrah,
Ketika Eurydice sekali lagi hilang, tanpa jejak, kembali tanah...

Santailah sejenak di sudut kafe itu,
Dengan secangkir kopi sambil mendengarkan lagu jazz sendu
Apakah yang kau tunggu?

Semoga di saat dunia sudah tidak memiliki langit yang membentang luas,
Dirimu masih punya hati tuk bersandar, lepas
Diriku, kamu, yang terbang bagai Sylphid, bebas...

(Tamappi, 30 Juli 2015)



KAU DAN AKU

Butuh berapa bulan sabit yang harus kubunuh,
Agar langit dalam dirimu memerah dan memberikan jejaknya untukku berlabuh
Dan kau tetap saja memeluk masa lalu dengan teguh
emoticon-Moon
Kadang niat sudah terbentuk dari sejak aku bertemu denganmu
Tapi jalan yang senantiasa membuat cerita kau dan aku semakin lama semakin tak menentu
emoticon-Moon
Mungkin kata tak sejujur rasa
Tapi aku takkan bisa memaksa
emoticon-Moon
Walau manis dimulutku, hanya akan membuatmu sakit dan termangu
Maka ku katup mulut ini
Hilangkan semua mantra palsu...
emoticon-Moon
Biarkan hujan menemani romantisme sunyi,
Yang takkan pernah hilang dihapus air yang turun berulang kali
emoticon-Moon
Aku mau ketika tetesan hujan terakhir menyapa pagi
Kau dan aku merasakan sebuah puisi
Yang terbentuk oleh hati, cinta karena hati, dan berakhir oleh hati...
emoticon-Moon
Kita boleh mati sendiri,
Tapi kisah ini harus abadi
Sampai diantara kita tak ada yang menemani...

(Tamappi, 31 Juli 2015)



LIFE'S TURNING POINT

One cup of Chai latte tea,
Sesuai rekomendasi, hot dengan ukuran grande
One Cheese bagel and One Smoked beef panini
Tidak, tidak usah tambah sorbet dan parfait...
~
Menyenangkan bukan?
Jika hidup bisa kita tentukan semudah itu
Bergerak pelan, maju perlahan-lahan...
Ke arah masa depan itu satu-satu...
~
Asal kau tahu,
Hidup itu adalah hasil dari ratusan pilihan pada tiap titik balik yang telah kau lalui
Mungkin kau anggap angin lalu
Tapi pilihanmu yang dahulu lah yang membuatmu masih bernapas hari ini!
~
Apakah kau Ahasveros, yang nantinya akan menaklukkan sebuah negeri tapi tanpa cinta?
Atau mungkin Helios, yang melihat segala, menerangi dunia dan membenci para pendusta?
Persetan dengan penghalang, terjang dan hancurkan saja dengan tubuh sekeras Talos!
Jika kau mau, kau bisa berlari dan merajang segalanya senaif dan seidealis Melos...
~
Kalau aku bilang, aku bisa membawamu kembali
Kembali ke titik penentuan itu
Apa kau mau mencoba sekali?
~
Walaupun aku tak bisa janji,
Jika kau tidak akan mati...
Atau yang lebih keji,
Kau takkan bisa menemukanku lagi...
~
Bukan, bukan kau yang sedih...
... Tapi aku yang nanti...
Yang sudah melewati jutaan titik penentuan hanya untuk bertemu kau, kekasih...
~
... Dan aku tetap sepi...

(Tamappi, 03 Agustus 2015)



THE MOON
AND
THE JELLYFISH


Bagaikan bayangan bulan
Yang menyentuh permukaan air dengan elegan
Dirimu menoreh cinta penuh perasaan,
Seperti disentuh ubur-ubur bulan...

Yang diam mendekam,
Berendam air garam
Sesaat hati penuh luka,
Ketika kasihmu berbalut duka...

Disini aku tetap Purnama,
Walau kau mendamba ribuan bulan sabit warna senja
Aku akan tetap apa adanya
Sampai pagi membunuh kita yg tak sama...

Aku sih sudah biasa…
Kamu bagaiimana?
Apa memang aku terlalu menduga-duga?
Dan kamu tak perlu aku untuk selalu ada disana?

Aku yang nyaman hanya menjadi bayangan
Diatas permukaan laut yang menawan
Dan kau tetap berada di dasar sana
Dimana kesendirian membuatmu tak tergapai kata

Walau cinta itu ada,
Kita memang takkan pernah bersama…

(Tamappi, 8 Agustus 2015)



BLOODY ROMANCE

Ah,
Disinilah kita akhirnya kembali berjumpa
Hanya berdua di tengah taman kota
Tanpa ada yang berani mengusik kita
Atau sekedar ingin tahu saja...

Jam sembilan lewat empat puluh lima
Sudah lima belas menit sejak kita bertegur sapa
Tidak ada satupun diantara dua mulut ini yang terucap kata
Dan malam semakin larut saja...

Saat ini, sebelum kita saling enggan bertemu,
Aku tegaskan bahwa hanya dirimulah aku setia menunggu
Lalu kau terdiam membisu,
Anggukkan kepala dan senyumanmu itu sudah cukup buatku
Kecupan hangatpun mendarat di bibirku
Sesaat aku yakin bahwa kau selamanya untukku...

Entah mengapa,
Kau jadi tidak pernah lagi bicara
Seperti saat kita dahulu kala
Tiga bulan lebih lamanya kau gantungkan aku begitu saja...
Kemudian kau mengajakku bertemu
Hari ini, malam ini... Ada apa denganmu?

Sudah cukup kesunyian ini,
Diammu benar-benar membuatku geli
Ku mulai saja pembicaraan daripada makin sepi...
"Hei... Apa yang mau kau bi-"

Perih...
Perut ini terasa panas mendidih
Tetesan darah jatuh berulang kali
Di tempat kau menghujamkan pisau itu pada perut ini...

"Maafkan aku,
Aku tak sanggup lagi menahan rasa cemburu!
Bukan berarti aku tak mempercayaimu,
Tapi karena aku terlalu mencintaimu!"

"Sejak kau pergi, menjauh untuk mengejar mimpimu
Aku menjadi tak menentu...
Aku tak bisa lagi menahan sendu
Paling tidak kau akan abadi di ingatanku...
Dan tak satupun yang akan memilikimu selain aku!
Maafkan aku..."

Kau pun menangis kencang
Hingga mengaburkan sinar rembulan yang menyala terang
Atau mungkin saja nyawaku tinggal satu senti,
Sedikit lagi aku akan mati...

"Ya...
Mungkin ini tak seperti menenggak Cantarella
Paling tidak hasilnya sama saja
Mungkin ini yang terbaik untuk kita
Tak lagi ada yang dapat memisahkan ini cinta
Dan aku bisa mengasihimu selama-lamanya..."


Ketika kau cabut pisau yang menghujam perutku
Aku langsung mendekapmu,
Mencium bibir manismu sebelum aku mencapai akhir...
... terasa anyir...

Mata inipun menjadi pilu
Dan sebelum aku menutup mata terakhirku,
Aku sempat melihatmu menekan pisau itu di leher cantikmu
Tercetak senyum pada bibir merahmu...

Ah,
Aku menunggumu, sayangku...

(Tamappi, 13 Agustus 2015)



BELA NEGARA

Sumantri, titisan Batara Wisnu
Yang rela kehilangan cintanya demi membela Maespati tanpa ragu

Kumbakarna, adik dari Rahwana
Begitu setia membela kakaknya dalam menggempur pasukan Rama

Adipati Karna, anak asuh sang kusir kuda
Tetap teguh dalam keadilannya dan menerjang padang Kurusetra di bawah panji-panji Kurawa

Lalu aku,
Yang masih saja malu
Malu untuk membela negaraku...

Karena aku tak mau seperti mereka
Mati membela negara yang jelas salah
Disiasati busuknya Maespati, Alengka, dan Astina

Kesetiaan dan kebenaran memang tak pernah sejajar
Dimana keduanya tetap akan membuatku bergetar
Bimbang, keringat dingin, teromabng-ambing, menggelepar diatas belangkar

Aku gila atasmu, Indonesia...
Apakah kau memang pantas aku bela?

(Tamappi, 16 Agustus 2015)


NEXT KARTE...
0
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.