- Beranda
- Stories from the Heart
Aku pergi sebentar, boleh?
...
TS
201192
Aku pergi sebentar, boleh?

Quote:
INDEX:
SATU : Ve !!!
DUA : Kak Tama
TIGA : Diam
EMPAT : Coklat
LIMA : Break Up Lexa !
ENAM : Boleh Aku Bertanya Sesuatu?
TUJUH : Tadaima
DELAPAN : Gadis Coklat
SEMBILAN : Api Cemburu
SEPULUH : Bad Day
SEBELAS : Terbongkar !!!
DUA BELAS : Revenge
TIGA BELAS : Flashback
EMPAT BELAS : Nyaman
LIMA BELAS : PUTUS
ENAM BELAS : Perkenalan
TUJUH BELAS : Akhirnya
DELAPAN BELAS : Jarak
SEMBILAN BELAS : Mayumi Baskara
DUA PULUH : Suci atau Shinta ?
DUA PULUH SATU : It's Final Choise
DUA PULUH DUA : Itu Nyata
DUA PULUH TIGA : Kecerobohan Mayu
DUA PULUH EMPAT : Terlalu berharap
Quote:
Polling
0 suara
LANJUT ??
Diubah oleh 201192 25-10-2017 22:54
anasabila memberi reputasi
1
89.6K
500
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
201192
#27
EMPAT : COKLAT
Setibanya di gerbang rumah Ryu, Ve yang masih shock atas kejadian sepulang sekolah tadi tidak langsung turun dari boncengan motor Ryu, ditambah dengan gaya pembalap yang diperagakan Ryu. Ve merasa nyawanya masih tertinggal di belakang sana.
"Nona Venus Syafitri, kita udah sampe ni, tolong turun sebentar dong, bukain pager sebentar"
"EH...." Venus tersadar dari lamunannya... "Ada apa kak?Kita dimana sekarang?"
Ryu hanya menggelengkan kepalanya, sambil membuka helmnya, ia berbalik dan menyentil kening Venus pelan *PLETUK.
"Awww...Apaan sih kak, sakit tahu, ini kita ada dimana sih?" sambil menelus keningnya Venus terheran dengan manusia yang kini ada di depannya ini.
"Yauda jangan banyak tanya, lo buruan turun, bukain pager dulu sana", sambil mengambil ancang-ancang menyentil kening Venus sekali lagi.
Dan rupanya ancaman itu berhasil, Venus turun dari boncengan belakang motor Ryu dan membukakan pagar rumah Ryu. Anehnya ketika Ryu memarkirkan motornya, ia tak melihat Venus.
Ryu pun keluar pagar, dan ternyata benar, Venus masih menunggu diluar pagar rumah asing yang belum pernah disinggahinya ini.
"Woi ayo masuk, ngapain lo bengong di depan pager? mau lo jadi santapan anjing liar sekitar sini?"
Venus bergidik, melihat keadaan sekeliling rumah ini memang ditumbuhi beberapa pohon bambu Jepang yang rimbun, sehingga keadaa rumah yang sebenarnya masuk hitungan mewah ini tak terlalu mencolok. Akhirnya Venus mengikuti langkah Ryu masuk ke dalam pagar.
"Kak, makasih yaa......" ucapan Venus terpotong dengan sambutan hangat wanita paruh baya yang datang keluar untuk menyambut mereka berdua.
"Okaeri Ryu-Kun"
"Aku pulang" sahut Ryu ke wanita paruh baya itu, Venus taksir usianya sekitar 40 tahun. Refleks Venus pun mendekati wanita itu seraya mencium tangannya.
"Selamat siang Tante" sapa Venus ramah.
"Selamat siang" wanita itu membalas sambil senm melihat kedatangan Ryu yang bersama Venus.
Lalu Ryu terliahat bercakap menggunakan bahasa Jepang yang Venus tidak mengerti dengan wanita itu.
"Yauda sana, bilas badan lo, lengket kan abis mandi jus jeruk barusan. Lo ikut aja sama bibi"
Dengan sedikit ekspresi heran, Venus mengikuti langkah wanita yang Ryu panggil bibi ini hingga sampai ke sebuah kamar yang cukup luas. Kamar ini minimalist dengan dominasi warna coklat muda di setiap dindingnya,sebuah spring bed single, 1 unit PC, meja belajar yang tertata rapih dengan hiasan wall sticker bermotif kepingan salju tampak di atas meja belajar. Sungguh harmoni tata ruangan ini. Tak mungkin ini kamar tamu. Tetapi sebelum Venus bertanya lebih jauh, "bibi" yang tadi mengantarnya sudah berada di ambang pintu hendak meninggalkannya. Sebelum meninggalkan Venus sendirian di kamar, "bibi" mengucapkan sebuah pesan.
"Silahkan membersihkan diri dan terbiasa lah dengan kamar ini"
Lalu pintu tertutup.
Venus yang memiringkan kepalanya, ia heran dengan perlakuan semua anggota rumah ini. Begitu membingungkan.
Akhirnya Venus beranjak ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar itu setelah ia meraba rambutnya yang terasa lengket. Setelah membilas badannya, Venus bingung, karena semua pakaiannya basah terkena jus jeruk "hadiah" dari Lexa. Masih sambil memakai handuk, tiba-tiba intercom telepon kamar itu berdering
KRIIIIING...KRIIIIING...
Semula Venus ragu untuk mengangkat telepon itu, ia takut itu adalah telepon untuk keluarga Ryu. Tapi ternyata dering telepon itu terus berbunyi, yang menggerakkan tangan Venus untuk mengangkatnya.
"Lo pingsan atau mandi sih, lama amat angkat telepon doang" sambut Ryu di ujung telepon.
"Eh, Kakak toh, maaf kak, aku kira ini telepon untuk keluarga rumah ini, makannya aku ga berani angkat".
"Pantesan, dari tadi gue telepon ga lo angkat, tadinya mau gue samperin ke kamar, mau gue dobrak".
"Eh!! Jangan Kak! lagian...."
"Lagian apa Venus Syafitri?"
"Mmmmm,,,Anu kak, itu . . . ."
"Hah? Anu? itu? lu kesambet ya ?ngomong yang jelas bisa?atau sekarang mau gue dobrak pintu kamar lo?"
"JANGAN! Aku belum pake baju kak!"
"WAH BAGUS DONG! KESEMPATAN BERARTI" sambut Ryu dengan antusias.
"KAKAAAAAAK, Ga lucu ah becandanya, Aku mulai kedinginan nih, aku ga bawa baju ganti kak" terdengar sangat pelan jawaban Ve di telepon.
"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA" Ryu malah terbahak di ujung telepon sana.
"Yauda, dengerin perintah gue, sekarang lo liat ada lemari di samping meja belajar, di samping meja rias, masih ada ga itu lemari?" tanya Ryu.
Ve pun mengedarkan pandangannya ke arah yang di maksud Ryu.
"Iya ada kak" balas Ve.
"Yauda, lo pilih aja bebas pakaian yang ada didalem lemari itu, lagian kayanya ukurannya pas sama badan lo, kalo udah gue tunggu di ruang tamu ya, buruan"
KLIK, telepon ditutup tanpa terlebih dahulu mendengar jawaban Venus yang kebingungan.
Semula Venus berpikir akan mengenakan setelan baju milik Ryu."Yaudalah gapapa, daripada ga ada" ujar Venus. Hingga selanjutnya, Venus pun melangkahkan kakinya menuju lemari yang Ryu maksud. Pelan ia membuka pintu lemari tersebut.
CKLIK...
"Loh kok wangi dalam lemari ini ga asing yah, tapi ini bukan wangi mint yang sering Kak Ryu tebar kalo lagi ada di deket aku". Gumam Ve.
Lalu yang terjadi selanjutnya adalah keheranan Venus yang mendapati berbagai macam stelan pakaian wanita, mulai dari dress, rok, pita, sampai barang "pribadi wanita" yang meliputi daleman wanita, semua tersusun rapih di dalam lemari. Wanginya, bukan.....ini bukan wangi mint, ini adalah wangi kesukaan Ve, wangi COKLAT!
"Apa kak Ryu memiliki saudara perempuan?tapi aku ga liat siapapun dirumah ini perempuan yang sebaya denganku, lagian Kak Ryu harusnya ga segampang ini menyuruhku memilih pakaian wanita jika ada adik perempuannya disini, atau mungkin Kak Ryu memiliki kepribadian ganda?!Hiiiiiiiiiiiiiii" Venus langsung menggelengkan kepalanya untuk menghapus kemungkinan terakhir yang ada dalam benaknya terhadap Ryu.
Hingga akhirnya Venus mengambil setelan pakaian dalam yang ajaibnya pas di tubuhnya serta sepasang dungarees skirt dipadu dengan kaos didalamnya.
Setelah merasa nyaman dengan yang ia kenakan, Ve keluar kamar. Entah kenapa walau tidak sampai setengah jam, rasanya berat untuk meniggalkan ruangan itu.
Ternyata di depan kamar sudah menunggu bibi yang tadi mengantarnya. "Sudah non?ayo kita ke ruang tamu, Ryu-kun sudah menunggu"
"Selera lo bagus juga ternyata tentang fashion, lo boleh ambil itu kalo lo mau" sambut Ryu di tengah ruang tamu.
"Gausah kak, nanti aku kembaliin kalo udah aku cuci dirumah"
"Oh yauda kalo gitu, yang penting sini dulu lo, temenin gue makan cemilan, udah jam 3 sore ni, waktunya makan cemilan, Bi tolong bawain tadi pesenan saya ya", Ryu menengok ke bibi yang baru mengantar Ve ke hadapannya.
Tak lama kemudian bibi membawakan dua porsi pancake, satu pancake madu+mint untuk Ryu dan pancake coklat untuk Ve. Tentu Ve girang dengan suguhan ini.
"Kok lo bisa terlibat masalah si sama Lexa?" disela acara makan itu Ryu bertanya pada Venus.
"Ini gara-gara dulu aku disuruh kasih mawar pas acara MOS ke Kak Tama", entah kenapa Venus enggan menyebutkan alasan kalau Lexa pun marah karena Ryu terlihat satu meja saat dikantin dengannya.
Selanjutnya acara makan diliputi keheningan.
***
*BRUUUUMMM
Motor Ryu terhenti di pinggir jalan.
"Udah ya Kak, sampe sini aja, aku takut kena marah papah, nanti Kak Ryu juga kena loh, lagian rumahku deket situ kok" tunjuk Ve ke rumah berpagar ungu itu.
"Gue cowo, ya terserah bokap lo nti mau ngomong apa, yang jelas gue harus mastiin lu selamet sampe depan rumah". Sambil mengunyah permen karet mintnya Ryu membantah Venus.
"Tapi kak, aku pulang telat, pake baju bebas tanpa pulang dulu, pasti papah marah, aku juga yakin deh Kak Ryu ga bakal mau kena ceramah papah".
"Let's see" sambil Ryu mendorong motornya ke arah rumah yang semula ditunjuk Venus. Venus pun mengikutinya dengan langkah gontai "mati aku" pikir Ve.
Benar dugaan Ve, papahnya yang tidak bekerja di hari Sabtu itu sudah menunggu penjelasannya di depan pintu rumah dengan tangan terlipat di depan dada.
"Sore om" Ryu melepas helm yang dikenakannya dan langsung berjalan menuju papah Venus, sementara Venus hanya terdiam menunduk di tempat yang sama, dekat pagar rumah.
Reaksi berbeda ditunjukkan papah Venus.
"Eh kamu, udah lama kita ga ketemu" sambut papah Venus hangat.
"Iya om , udah agak lama juga ya, oiya om, ini saya anter Venus, tadi dia abis belajar kelompok di sekolah sampe sore gini, kebetulan saya melihatnya ketika pulang, jadi saya ajak bareng"
Papah Venus mengalihkan pandangannya ke anak gadisnya. Venus masih menunduk.
"Yauda masuk dulu, mau minum apa kamu?" Kembali perhatiannya tertuju pada Ryu.
"Wah ga usah om, saya masih ada acara sebentar lagi, saya cuma mau nganter Venus aja kok kesini, sekalian ketemu om, udah lama ga ketemu."
"Wah makasih banget ya kamu mau repot-repot nganter anak om, yauda Ve, masuk sana, bantuin mamah kamu siapin makan malem"
"Saya pulang dulu om, permisi"
***
"Nona Venus Syafitri, kita udah sampe ni, tolong turun sebentar dong, bukain pager sebentar"
"EH...." Venus tersadar dari lamunannya... "Ada apa kak?Kita dimana sekarang?"
Ryu hanya menggelengkan kepalanya, sambil membuka helmnya, ia berbalik dan menyentil kening Venus pelan *PLETUK.
"Awww...Apaan sih kak, sakit tahu, ini kita ada dimana sih?" sambil menelus keningnya Venus terheran dengan manusia yang kini ada di depannya ini.
"Yauda jangan banyak tanya, lo buruan turun, bukain pager dulu sana", sambil mengambil ancang-ancang menyentil kening Venus sekali lagi.
Dan rupanya ancaman itu berhasil, Venus turun dari boncengan belakang motor Ryu dan membukakan pagar rumah Ryu. Anehnya ketika Ryu memarkirkan motornya, ia tak melihat Venus.
Ryu pun keluar pagar, dan ternyata benar, Venus masih menunggu diluar pagar rumah asing yang belum pernah disinggahinya ini.
"Woi ayo masuk, ngapain lo bengong di depan pager? mau lo jadi santapan anjing liar sekitar sini?"
Venus bergidik, melihat keadaan sekeliling rumah ini memang ditumbuhi beberapa pohon bambu Jepang yang rimbun, sehingga keadaa rumah yang sebenarnya masuk hitungan mewah ini tak terlalu mencolok. Akhirnya Venus mengikuti langkah Ryu masuk ke dalam pagar.
"Kak, makasih yaa......" ucapan Venus terpotong dengan sambutan hangat wanita paruh baya yang datang keluar untuk menyambut mereka berdua.
"Okaeri Ryu-Kun"
"Aku pulang" sahut Ryu ke wanita paruh baya itu, Venus taksir usianya sekitar 40 tahun. Refleks Venus pun mendekati wanita itu seraya mencium tangannya.
"Selamat siang Tante" sapa Venus ramah.
"Selamat siang" wanita itu membalas sambil senm melihat kedatangan Ryu yang bersama Venus.
Lalu Ryu terliahat bercakap menggunakan bahasa Jepang yang Venus tidak mengerti dengan wanita itu.
"Yauda sana, bilas badan lo, lengket kan abis mandi jus jeruk barusan. Lo ikut aja sama bibi"
Dengan sedikit ekspresi heran, Venus mengikuti langkah wanita yang Ryu panggil bibi ini hingga sampai ke sebuah kamar yang cukup luas. Kamar ini minimalist dengan dominasi warna coklat muda di setiap dindingnya,sebuah spring bed single, 1 unit PC, meja belajar yang tertata rapih dengan hiasan wall sticker bermotif kepingan salju tampak di atas meja belajar. Sungguh harmoni tata ruangan ini. Tak mungkin ini kamar tamu. Tetapi sebelum Venus bertanya lebih jauh, "bibi" yang tadi mengantarnya sudah berada di ambang pintu hendak meninggalkannya. Sebelum meninggalkan Venus sendirian di kamar, "bibi" mengucapkan sebuah pesan.
"Silahkan membersihkan diri dan terbiasa lah dengan kamar ini"
Lalu pintu tertutup.
Venus yang memiringkan kepalanya, ia heran dengan perlakuan semua anggota rumah ini. Begitu membingungkan.
Akhirnya Venus beranjak ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar itu setelah ia meraba rambutnya yang terasa lengket. Setelah membilas badannya, Venus bingung, karena semua pakaiannya basah terkena jus jeruk "hadiah" dari Lexa. Masih sambil memakai handuk, tiba-tiba intercom telepon kamar itu berdering
KRIIIIING...KRIIIIING...
Semula Venus ragu untuk mengangkat telepon itu, ia takut itu adalah telepon untuk keluarga Ryu. Tapi ternyata dering telepon itu terus berbunyi, yang menggerakkan tangan Venus untuk mengangkatnya.
"Lo pingsan atau mandi sih, lama amat angkat telepon doang" sambut Ryu di ujung telepon.
"Eh, Kakak toh, maaf kak, aku kira ini telepon untuk keluarga rumah ini, makannya aku ga berani angkat".
"Pantesan, dari tadi gue telepon ga lo angkat, tadinya mau gue samperin ke kamar, mau gue dobrak".
"Eh!! Jangan Kak! lagian...."
"Lagian apa Venus Syafitri?"
"Mmmmm,,,Anu kak, itu . . . ."
"Hah? Anu? itu? lu kesambet ya ?ngomong yang jelas bisa?atau sekarang mau gue dobrak pintu kamar lo?"
"JANGAN! Aku belum pake baju kak!"
"WAH BAGUS DONG! KESEMPATAN BERARTI" sambut Ryu dengan antusias.
"KAKAAAAAAK, Ga lucu ah becandanya, Aku mulai kedinginan nih, aku ga bawa baju ganti kak" terdengar sangat pelan jawaban Ve di telepon.
"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA" Ryu malah terbahak di ujung telepon sana.
"Yauda, dengerin perintah gue, sekarang lo liat ada lemari di samping meja belajar, di samping meja rias, masih ada ga itu lemari?" tanya Ryu.
Ve pun mengedarkan pandangannya ke arah yang di maksud Ryu.
"Iya ada kak" balas Ve.
"Yauda, lo pilih aja bebas pakaian yang ada didalem lemari itu, lagian kayanya ukurannya pas sama badan lo, kalo udah gue tunggu di ruang tamu ya, buruan"
KLIK, telepon ditutup tanpa terlebih dahulu mendengar jawaban Venus yang kebingungan.
Semula Venus berpikir akan mengenakan setelan baju milik Ryu."Yaudalah gapapa, daripada ga ada" ujar Venus. Hingga selanjutnya, Venus pun melangkahkan kakinya menuju lemari yang Ryu maksud. Pelan ia membuka pintu lemari tersebut.
CKLIK...
"Loh kok wangi dalam lemari ini ga asing yah, tapi ini bukan wangi mint yang sering Kak Ryu tebar kalo lagi ada di deket aku". Gumam Ve.
Lalu yang terjadi selanjutnya adalah keheranan Venus yang mendapati berbagai macam stelan pakaian wanita, mulai dari dress, rok, pita, sampai barang "pribadi wanita" yang meliputi daleman wanita, semua tersusun rapih di dalam lemari. Wanginya, bukan.....ini bukan wangi mint, ini adalah wangi kesukaan Ve, wangi COKLAT!
"Apa kak Ryu memiliki saudara perempuan?tapi aku ga liat siapapun dirumah ini perempuan yang sebaya denganku, lagian Kak Ryu harusnya ga segampang ini menyuruhku memilih pakaian wanita jika ada adik perempuannya disini, atau mungkin Kak Ryu memiliki kepribadian ganda?!Hiiiiiiiiiiiiiii" Venus langsung menggelengkan kepalanya untuk menghapus kemungkinan terakhir yang ada dalam benaknya terhadap Ryu.
Hingga akhirnya Venus mengambil setelan pakaian dalam yang ajaibnya pas di tubuhnya serta sepasang dungarees skirt dipadu dengan kaos didalamnya.
Setelah merasa nyaman dengan yang ia kenakan, Ve keluar kamar. Entah kenapa walau tidak sampai setengah jam, rasanya berat untuk meniggalkan ruangan itu.
Ternyata di depan kamar sudah menunggu bibi yang tadi mengantarnya. "Sudah non?ayo kita ke ruang tamu, Ryu-kun sudah menunggu"
"Selera lo bagus juga ternyata tentang fashion, lo boleh ambil itu kalo lo mau" sambut Ryu di tengah ruang tamu.
"Gausah kak, nanti aku kembaliin kalo udah aku cuci dirumah"
"Oh yauda kalo gitu, yang penting sini dulu lo, temenin gue makan cemilan, udah jam 3 sore ni, waktunya makan cemilan, Bi tolong bawain tadi pesenan saya ya", Ryu menengok ke bibi yang baru mengantar Ve ke hadapannya.
Tak lama kemudian bibi membawakan dua porsi pancake, satu pancake madu+mint untuk Ryu dan pancake coklat untuk Ve. Tentu Ve girang dengan suguhan ini.
"Kok lo bisa terlibat masalah si sama Lexa?" disela acara makan itu Ryu bertanya pada Venus.
"Ini gara-gara dulu aku disuruh kasih mawar pas acara MOS ke Kak Tama", entah kenapa Venus enggan menyebutkan alasan kalau Lexa pun marah karena Ryu terlihat satu meja saat dikantin dengannya.
Selanjutnya acara makan diliputi keheningan.
***
*BRUUUUMMM
Motor Ryu terhenti di pinggir jalan.
"Udah ya Kak, sampe sini aja, aku takut kena marah papah, nanti Kak Ryu juga kena loh, lagian rumahku deket situ kok" tunjuk Ve ke rumah berpagar ungu itu.
"Gue cowo, ya terserah bokap lo nti mau ngomong apa, yang jelas gue harus mastiin lu selamet sampe depan rumah". Sambil mengunyah permen karet mintnya Ryu membantah Venus.
"Tapi kak, aku pulang telat, pake baju bebas tanpa pulang dulu, pasti papah marah, aku juga yakin deh Kak Ryu ga bakal mau kena ceramah papah".
"Let's see" sambil Ryu mendorong motornya ke arah rumah yang semula ditunjuk Venus. Venus pun mengikutinya dengan langkah gontai "mati aku" pikir Ve.
Benar dugaan Ve, papahnya yang tidak bekerja di hari Sabtu itu sudah menunggu penjelasannya di depan pintu rumah dengan tangan terlipat di depan dada.
"Sore om" Ryu melepas helm yang dikenakannya dan langsung berjalan menuju papah Venus, sementara Venus hanya terdiam menunduk di tempat yang sama, dekat pagar rumah.
Reaksi berbeda ditunjukkan papah Venus.
"Eh kamu, udah lama kita ga ketemu" sambut papah Venus hangat.
"Iya om , udah agak lama juga ya, oiya om, ini saya anter Venus, tadi dia abis belajar kelompok di sekolah sampe sore gini, kebetulan saya melihatnya ketika pulang, jadi saya ajak bareng"
Papah Venus mengalihkan pandangannya ke anak gadisnya. Venus masih menunduk.
"Yauda masuk dulu, mau minum apa kamu?" Kembali perhatiannya tertuju pada Ryu.
"Wah ga usah om, saya masih ada acara sebentar lagi, saya cuma mau nganter Venus aja kok kesini, sekalian ketemu om, udah lama ga ketemu."
"Wah makasih banget ya kamu mau repot-repot nganter anak om, yauda Ve, masuk sana, bantuin mamah kamu siapin makan malem"
"Saya pulang dulu om, permisi"
***
Diubah oleh 201192 16-08-2015 03:36
0
