- Beranda
- Stories from the Heart
Aku pergi sebentar, boleh?
...
TS
201192
Aku pergi sebentar, boleh?

Quote:
INDEX:
SATU : Ve !!!
DUA : Kak Tama
TIGA : Diam
EMPAT : Coklat
LIMA : Break Up Lexa !
ENAM : Boleh Aku Bertanya Sesuatu?
TUJUH : Tadaima
DELAPAN : Gadis Coklat
SEMBILAN : Api Cemburu
SEPULUH : Bad Day
SEBELAS : Terbongkar !!!
DUA BELAS : Revenge
TIGA BELAS : Flashback
EMPAT BELAS : Nyaman
LIMA BELAS : PUTUS
ENAM BELAS : Perkenalan
TUJUH BELAS : Akhirnya
DELAPAN BELAS : Jarak
SEMBILAN BELAS : Mayumi Baskara
DUA PULUH : Suci atau Shinta ?
DUA PULUH SATU : It's Final Choise
DUA PULUH DUA : Itu Nyata
DUA PULUH TIGA : Kecerobohan Mayu
DUA PULUH EMPAT : Terlalu berharap
Quote:
Polling
0 suara
LANJUT ??
Diubah oleh 201192 25-10-2017 22:54
anasabila memberi reputasi
1
89.5K
500
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
201192
#2
SATU : Ve !!!
"Kak, ini bunga mawar buat kakak".
Lalu disusul siulan dan berbagai teriakan khas remaja masa kini. "cieeeeeeeeeeee" , lontaran kalimat itu terjadi karena adanya prosesi penyerahan bunga mawar dari seorang siswi baru kepada sang ketua OSIS. Tama.
Tanpa ia sadari, ada sepasang mata yang mengawasinya tak jauh dari keriuhan pagi ini di hari pertama acara MOS SMA Garuda Bangsa.
***
PLAK!!!!
" pramuria !!! Gila, ga nyangka gue anak baru jaman sekarang berani maen nyosor aja, sekali lagi lu macem-macem sama Tama, abis riwayat lo di sekolah ini! "
Rembesan air mata turun tak tertahan dari kelopak matanya kini. Punggungnya merapat ke tembok, sambil menutup muka dengan kedua tangannya ia menangis tanpa suara. Baru saja satu hari sekolah, masalah sudah menghinggapinya. Setelah kakak kelas yang melabraknya di toilet sekolah siang ini keluar, ia menuju ke wastafel untuk mencuci mukanya yang lusuh, matanya sembab. Sembari menahan isakan tangisnya, ia melihat ke cermin wastafel, Ve memegangi pipinya yang semula putih mulus, kini ada semburat kemerahan disana, bekas telapak tangan kakak kelasnya.
***
"Pagi mah, Ve langsung berangkat sekolah ya" . Selorohnya sambil mengecup pipi mamahnya dan mengambil sepotong roti tawar beroleskan selai coklat favoritenya. Mamahnya hanya tersenyum melihat polah anak gadisnya yang kini mulai tumbuh menjadi remaja yang energic.
"Duduk dulu Ve". Suara tegas itu muncul dari balik koran yang sedang dibaca papah. Tanpa protes Venus langsung duduk di meja makan, baerbaur dengan mamah dan papah. Ia tak mau pagi hari pertamanya belajar terkena ceramah papahnya.
Setelah menghabiskan roti dan meneguk habis susu paginya, Ve segera mencium tangan Mamah dan Papahnya, Ve ga mau Senin pagi pertama upacaranya di SMA telat.
***
Muka Ve mulai terlihat pucat, rupanya mentari pagi ini sedang semangat, sampai Ve yang berada di barisan belakang pun terkena imbasnya, ditambah dengan pidato "amanat pembina upacara" yang disampaikan kepala sekolah pagi ini yang mungkin masih berlangsung sekitar 15 menit lagi.
SREKKKK
"Misiii, minggir sebentar dong"
Seorang pemuda tinggi berbadan tegap menyeruak dari sisi belakang barisan. Kini ia berdiri tepat berbaris di depan Ve. Ve dapat melihat sekilas di dasi pemuda itu ada garis strip 3,yang menandakan ia adalah siswa kelas tiga, "Kak, maaf, ini barisan kelas satu" ujar Ve pelan.
Yang tak kurang dari 3 menit kemudian terdengar kasak kusuk dari beberapa guru di belakang barisan yang bertugas sebagai keamanan upacara berdiskusi dengan satpam sekolah, kedengeran dari percakapannya mereka sedang mencari siswa yang mengikuti upacara, ditambah siswa yang terlambat itu terlihat memanjat pagar sekolah yang sudah ditutup sebelumnya.
"Venus Syafitri, Lo boleh minta satu permintaan dari gue, tapi tolong jangan bergerak sejengkal pun sekarang" ujar pemuda yang berdiri di depannya tanpa menoleh sedikitpun.
"Darimana dia tahu nama lengkap aku?" tanya Ve dalam hati. . .
Seolah melihat keraguan Ve yang berada di belakangnya, pemuda itu langsung berkata pelan "seisi sekolah tahu kok tentang siswi baru yang berani ngasih mawar ke Tama itu elo".
Venus pun terdiam sambil menunduk. Ada rasa aneh saat Ve berdiri dekat dengan pemuda ini, siapa dia? perlahan tercium cologne yang membuat Ve nyaman berdiri di posisi ini, apalagi sinar matahari terhalang oleh pemuda "buronan guru" ini yang berdiri didepannya.
***
"VE !!!"
Sambil menutup telinganya Venus menoleh malas ke Tiara, teman sebangkunya yang meneriakkan namanya secara histeris di depan pintu kelas di ujung istirahat. "Apa Ra? ga usah teriak gitu bisa kan?aku mau istirahat sebentar". "Ve buruan nyumpet, tadi gue denger kak Lexa nyariin lo, dia sekarang mau ke kelas kita!!".
Seketika Ve terkesiap, mukanya memucat, ia langsung ingat insiden hari pertamanya di sekolah ini. Tamparan dan ancaman Lexa, Lexa Larasati, anak kepala yayasan, yang sekaligus menjabat sebagai kakak kelasnya yang menyandang gelar "ratu sekolah" ini. Semua ini terjadi seminggu yang lalu, gara-gara pemainan senior konyol di acara MOS, saat itu Ve mendapatkan perintah untuk menyerahkan bunga mawar ke ketua OSIS, Tama. Yang tanpa ia tahu, Tama adalah orang yang Lexa klaim "miliknya dan tak ada yang boleh mendekatinya".
"Terus aku mesti gimana Ra?" Ve mulai panik. Sekilas Ve melihat sosok pemuda yang tadi berdiri di depannya saat upacara tadi melintas lewat depan kelasnya, dengan pikirannya yang panik Ve langsung memanggil pemuda itu sambil setengah berteriak"Kak!!". Ve berhasil, pemuda itu menoleh, lalu berjalan memasuki kelasnya, dengan serta merta duduk di hadapan Ve. "Eh, Lo lagi, makasih ya tadi udah nolongin gue pas upacara, ada apa ni manggil gue?jangan bilang lo kangen sama gue" Hahahahaha... sambil alisnya terangkat sebelah memandang Ve yang terlihat mulai pucat.
Perasaan aneh ini datang lagi, apalagi dengan tatapan mata tajamnya yang sekarang tepat di depan mataku
"Mikir apa sih aku" sambil menggelengkan kepalanya Ve mencoba mengusir imaji anehnya terhadap kakak kelas didepannya ini yang bahkan belum ia ketahui namanya "Kak, perjanjian tadi masih berlaku kan?" tanya Ve hati-hati.
"Oh iya! karena lo udah nolongin gue tadi, sekarang sebut 1 permintaan lo"
"Kakak bisa tolongin bales lindungin aku ga kaya tadi pas upacara?"
"Lo juga emang dicariin guru?lo bikin ulah apa?
"Ga kak, aku ga dicariin guru"
"Terus gue mesti lindungin lu kali ini dari siapa?demit?"
"Dari..."
BRAKKK
Pintu kelas Ve terbuka dengan keras, pertama muncul Shinta, teman setia Lexa yang selalu menjadi ekor kemanapun Lexa pergi. Disusul teriakan "MANA VENUS?!!"
"Oke, gue ngerti maksud lo sekarang Ve, masalah ini gue yang urus, kita impas ya, seneng bekerja sama sama lo" sambil tersenyum, pemuda yang Ve panggil "kak" itu beranjak mendekati Lexa.
"Hai Lex, pas banget lo dateng, ayo temenin gue makan ke kantin, laper gue" langsung sambil menyambar tangan Lexa keluar dari kelas Ve...
"Kok kamu ada disini?nemenin kamu makan?hayuuu"
........Ve memandang Lexa yang langsung berubah lembut itu dengan tatapan aneh. "Dia bisa jinak dengan pemuda itu" pikir Ve.
Lalu setelah keributan kecil di depan pintu kelas Ve reda. "Ve, kok lo bisa kenal dengan dia?" ujar Tiara yang mendekati Venus. Tentu saja maksudnya adalah kakak kelas yang Ve mintain bantuan tadi.
"Tadi pagi aku udah jetemu pas upacara, ya sekarang gantian aku mintain bantuan, tadi pagi kan aku udah bantuin dia" ujar Ve lega karena teror Lexa sudah berakhir, ya setidaknya untuk hari ini.
Tiara masih mematung di samping Ve sambil menatap lekat ke wajah Ve
"Ra, kamu ga kenapa-kenapa kan?"
"Lo Ve yang kenapa-napa, kepala lo kayanya konslet deh"
Ve semakin bingung dengan sikap teman sebangkunya ini, "Maksud kamu apa Ra?"
Jangan bilang lo gatau yang barusan lo mintain tolong buat jinakkin kak Lexa itu siapa?!!
"Aku ga tau Ra, emang dia siapa?"
"Ve, dia kan. . . . ."
Lalu disusul siulan dan berbagai teriakan khas remaja masa kini. "cieeeeeeeeeeee" , lontaran kalimat itu terjadi karena adanya prosesi penyerahan bunga mawar dari seorang siswi baru kepada sang ketua OSIS. Tama.
Tanpa ia sadari, ada sepasang mata yang mengawasinya tak jauh dari keriuhan pagi ini di hari pertama acara MOS SMA Garuda Bangsa.
***
PLAK!!!!
" pramuria !!! Gila, ga nyangka gue anak baru jaman sekarang berani maen nyosor aja, sekali lagi lu macem-macem sama Tama, abis riwayat lo di sekolah ini! "
Rembesan air mata turun tak tertahan dari kelopak matanya kini. Punggungnya merapat ke tembok, sambil menutup muka dengan kedua tangannya ia menangis tanpa suara. Baru saja satu hari sekolah, masalah sudah menghinggapinya. Setelah kakak kelas yang melabraknya di toilet sekolah siang ini keluar, ia menuju ke wastafel untuk mencuci mukanya yang lusuh, matanya sembab. Sembari menahan isakan tangisnya, ia melihat ke cermin wastafel, Ve memegangi pipinya yang semula putih mulus, kini ada semburat kemerahan disana, bekas telapak tangan kakak kelasnya.
***
"Pagi mah, Ve langsung berangkat sekolah ya" . Selorohnya sambil mengecup pipi mamahnya dan mengambil sepotong roti tawar beroleskan selai coklat favoritenya. Mamahnya hanya tersenyum melihat polah anak gadisnya yang kini mulai tumbuh menjadi remaja yang energic.
"Duduk dulu Ve". Suara tegas itu muncul dari balik koran yang sedang dibaca papah. Tanpa protes Venus langsung duduk di meja makan, baerbaur dengan mamah dan papah. Ia tak mau pagi hari pertamanya belajar terkena ceramah papahnya.
Setelah menghabiskan roti dan meneguk habis susu paginya, Ve segera mencium tangan Mamah dan Papahnya, Ve ga mau Senin pagi pertama upacaranya di SMA telat.
***
Muka Ve mulai terlihat pucat, rupanya mentari pagi ini sedang semangat, sampai Ve yang berada di barisan belakang pun terkena imbasnya, ditambah dengan pidato "amanat pembina upacara" yang disampaikan kepala sekolah pagi ini yang mungkin masih berlangsung sekitar 15 menit lagi.
SREKKKK
"Misiii, minggir sebentar dong"
Seorang pemuda tinggi berbadan tegap menyeruak dari sisi belakang barisan. Kini ia berdiri tepat berbaris di depan Ve. Ve dapat melihat sekilas di dasi pemuda itu ada garis strip 3,yang menandakan ia adalah siswa kelas tiga, "Kak, maaf, ini barisan kelas satu" ujar Ve pelan.
Yang tak kurang dari 3 menit kemudian terdengar kasak kusuk dari beberapa guru di belakang barisan yang bertugas sebagai keamanan upacara berdiskusi dengan satpam sekolah, kedengeran dari percakapannya mereka sedang mencari siswa yang mengikuti upacara, ditambah siswa yang terlambat itu terlihat memanjat pagar sekolah yang sudah ditutup sebelumnya.
"Venus Syafitri, Lo boleh minta satu permintaan dari gue, tapi tolong jangan bergerak sejengkal pun sekarang" ujar pemuda yang berdiri di depannya tanpa menoleh sedikitpun.
"Darimana dia tahu nama lengkap aku?" tanya Ve dalam hati. . .
Seolah melihat keraguan Ve yang berada di belakangnya, pemuda itu langsung berkata pelan "seisi sekolah tahu kok tentang siswi baru yang berani ngasih mawar ke Tama itu elo".
Venus pun terdiam sambil menunduk. Ada rasa aneh saat Ve berdiri dekat dengan pemuda ini, siapa dia? perlahan tercium cologne yang membuat Ve nyaman berdiri di posisi ini, apalagi sinar matahari terhalang oleh pemuda "buronan guru" ini yang berdiri didepannya.
***
"VE !!!"
Sambil menutup telinganya Venus menoleh malas ke Tiara, teman sebangkunya yang meneriakkan namanya secara histeris di depan pintu kelas di ujung istirahat. "Apa Ra? ga usah teriak gitu bisa kan?aku mau istirahat sebentar". "Ve buruan nyumpet, tadi gue denger kak Lexa nyariin lo, dia sekarang mau ke kelas kita!!".
Seketika Ve terkesiap, mukanya memucat, ia langsung ingat insiden hari pertamanya di sekolah ini. Tamparan dan ancaman Lexa, Lexa Larasati, anak kepala yayasan, yang sekaligus menjabat sebagai kakak kelasnya yang menyandang gelar "ratu sekolah" ini. Semua ini terjadi seminggu yang lalu, gara-gara pemainan senior konyol di acara MOS, saat itu Ve mendapatkan perintah untuk menyerahkan bunga mawar ke ketua OSIS, Tama. Yang tanpa ia tahu, Tama adalah orang yang Lexa klaim "miliknya dan tak ada yang boleh mendekatinya".
"Terus aku mesti gimana Ra?" Ve mulai panik. Sekilas Ve melihat sosok pemuda yang tadi berdiri di depannya saat upacara tadi melintas lewat depan kelasnya, dengan pikirannya yang panik Ve langsung memanggil pemuda itu sambil setengah berteriak"Kak!!". Ve berhasil, pemuda itu menoleh, lalu berjalan memasuki kelasnya, dengan serta merta duduk di hadapan Ve. "Eh, Lo lagi, makasih ya tadi udah nolongin gue pas upacara, ada apa ni manggil gue?jangan bilang lo kangen sama gue" Hahahahaha... sambil alisnya terangkat sebelah memandang Ve yang terlihat mulai pucat.
Perasaan aneh ini datang lagi, apalagi dengan tatapan mata tajamnya yang sekarang tepat di depan mataku
"Mikir apa sih aku" sambil menggelengkan kepalanya Ve mencoba mengusir imaji anehnya terhadap kakak kelas didepannya ini yang bahkan belum ia ketahui namanya "Kak, perjanjian tadi masih berlaku kan?" tanya Ve hati-hati.
"Oh iya! karena lo udah nolongin gue tadi, sekarang sebut 1 permintaan lo"
"Kakak bisa tolongin bales lindungin aku ga kaya tadi pas upacara?"
"Lo juga emang dicariin guru?lo bikin ulah apa?
"Ga kak, aku ga dicariin guru"
"Terus gue mesti lindungin lu kali ini dari siapa?demit?"
"Dari..."
BRAKKK
Pintu kelas Ve terbuka dengan keras, pertama muncul Shinta, teman setia Lexa yang selalu menjadi ekor kemanapun Lexa pergi. Disusul teriakan "MANA VENUS?!!"
"Oke, gue ngerti maksud lo sekarang Ve, masalah ini gue yang urus, kita impas ya, seneng bekerja sama sama lo" sambil tersenyum, pemuda yang Ve panggil "kak" itu beranjak mendekati Lexa.
"Hai Lex, pas banget lo dateng, ayo temenin gue makan ke kantin, laper gue" langsung sambil menyambar tangan Lexa keluar dari kelas Ve...
"Kok kamu ada disini?nemenin kamu makan?hayuuu"
........Ve memandang Lexa yang langsung berubah lembut itu dengan tatapan aneh. "Dia bisa jinak dengan pemuda itu" pikir Ve.
Lalu setelah keributan kecil di depan pintu kelas Ve reda. "Ve, kok lo bisa kenal dengan dia?" ujar Tiara yang mendekati Venus. Tentu saja maksudnya adalah kakak kelas yang Ve mintain bantuan tadi.
"Tadi pagi aku udah jetemu pas upacara, ya sekarang gantian aku mintain bantuan, tadi pagi kan aku udah bantuin dia" ujar Ve lega karena teror Lexa sudah berakhir, ya setidaknya untuk hari ini.
Tiara masih mematung di samping Ve sambil menatap lekat ke wajah Ve
"Ra, kamu ga kenapa-kenapa kan?"
"Lo Ve yang kenapa-napa, kepala lo kayanya konslet deh"
Ve semakin bingung dengan sikap teman sebangkunya ini, "Maksud kamu apa Ra?"
Jangan bilang lo gatau yang barusan lo mintain tolong buat jinakkin kak Lexa itu siapa?!!
"Aku ga tau Ra, emang dia siapa?"
"Ve, dia kan. . . . ."
0
