- Beranda
- Stories from the Heart
Kelakuan Anak Kuliah
...
TS
pujangga1000
Kelakuan Anak Kuliah
Quote:
Quote:
Quote:
----------------------------------------------------------------------------------
========================================
========================================
pujangga1000
Diubah oleh pujangga1000 18-09-2016 20:37
hllowrld23 dan 22 lainnya memberi reputasi
21
3.9M
7.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•42.5KAnggota
Tampilkan semua post
TS
pujangga1000
#5623
Alter Ego 1
"Uda punya pacar manis gitu, masih aja suka godain cewe lain" Kata Rara
"Haah? "
"Tapi gpp sih, namanya cowo ya seperti itu" Lanjut Rara
" "
Rara tiba-tiba menyinggung soal hal ini ketika perjalanan pulang kami.
"Hati-hati loh nanti anak-anak kalau jadi suka kamu gimana?" Tanya Rara lagi
"Siapa?" Tanya gue penasaran
"Itu yang anak freelance tadi salah satunya, akrab banget sama kamu, tamunya uda pulang, dia masih nungguin kamu" Kata Rara
"Ohh biarin aja lah, cewe gak jelas gitu" Kata gue mengacuhkan
Rara merujuk kepada cewe freelance yang tadi nungguin gue pulang kerja. Uda tau kan kerjaan gue sekarang apa? Nah cewe tadi itu cuman satu dari sekian banyak "stok dagangan" gue. Tadi itu gak jelas banget. Tu cewe nungguin gue kelar gawe hingga hampir jam 4 pagi. Terus dia nanya gue bisa anterin pulang atau ngak. Ya gue jawab aja gak bisa, lagian kan taxi banyak didepan. Dia masih maksa, terus gue celutukin begini,
"Emang gak dapat tip dari tamu? Masih harus gue ongkosin buat taxi?" Kata gue
"Gak sih..." Kata si cewe
"Yauda, gue balik dulu, see ya" Kata gue sambil melambaikan tangan
Gue mereka ulang kejadian antara gue dan si cewe freelance tadi kepada Rara.
"Kejam banget" Kata Rara
"Loh? Masa iya harus aku antar pulang juga? Lama-lama jadi supir antar jemput donk, entar yang lain mau ikutan juga" Bela gue
"Cewe tadi juga punya maksud dan tujuan tertentu kali Jek sampe ngemis minta dianter pulang gitu" Cela Rara
"Halah omong kosong, aku kenal dia uda lama, baru kali ini minta dianterin pulang, kemarin-kemarin pas aku bawa motor, dia cuek aja tuh" Kata gue
"Kamu tuh kadang polos, baik, pemalu-pemalu gitu, tapi sisi lain kamu tuh sadis juga ya sebenarnya" Kata Rara
" " Gue kaget mendengar penilaian gue dimata Rara
"Ya kan?" Kata Rara sambil menaikkan sebelah alisnya
"Gak lah, aku kan uda punya pacar, jadi mencoba untuk setia " gue sengaja memberi penekanan dikata setia
"Omong kosoooooooong " Kata Rara
"Yeee.. gitu amat si kakak ipar" Canda gue
"Eh iya, menurutmu, Iren gimana?" Tanya gue
"Hm..." Rara terdiam sejenak
" " Gue melirik ke arah Rara
"Ini personal doank ya Jek" Kata Rara
"Yuhuuu"
"Aku kurang suka sama anaknya" Kata Rara
"Kenapa? " Gue kaget
"Kurang suka aja, gak tau juga karena apa" Jelas Rara
"Tapi Iren baik kok, lucu-lucu polos gitu" kata gue
"Ya makanya aku bilang ini personal doank" Kata Rara
"Okeoke" Gue mengangguk-angguk
***
Akhirnya perkuliahan semester 5 dimulai juga. Aduh uda setengah jalan ni gue kuliah. Tinggal setengahnya lagi, terus sarjana deh. Itu pun kalo gue tepat waktu. Tapi gue yakin tepat waktu kok, karena gue gak merasa ada halangan ataupun rintangan selama gue kuliah. Nilai-nilai gue aman, bahkan beyond perfect untuk ukuran jurusan gue. Kecuali kalo suatu hari tiba-tiba kiamat datang dan gue belum menyelesaikan kuliah gue. Nah ini lain cerita. Lagian jangan bego-bego banget lah. Hidup mah hidup aja, malah mikirin kiamat. Wasting time banget.
Mata kuliah yang gue ambil uda mulai penjurusan. Angkatan gue juga uda mulai kepecah-pecah, masing-masing punya pilihan sendiri-sendiri untuk spesialisasinya. Jurusan gue ada tiga spesialisasi. Salah satunya itu rame banget. Bejibun orang yang ngambil itu. Emang sih pengakuan dari kakak kelas itu kalo spesialisasi yang ini gampang buat lulus. Entar skripsinya juga selow. Dosen-dosennya baik-baik semua. Tapi gue berasa gak ada tantangannya kalo masuk spesialisasi ini. Bayangin aja ya, bahan skripsi tinggal lu copy doank dari skripsi tahun lalu terus lu ubah salah satu variabelnya, uda jadi judul baru, sidang, sarjana baru. Sampah!
Karena gue keren, cerdas, berkarisma, cadas, rendah hati, baik budi, dan lain-lainnya yang bagus-bagus, maka gue milih spesialisasi yang menurut gue menantang buat gue. Dari seratus orang satu angkatan, cuman sepuluh lebih yang milih spesialisasi yang sama seperti gue. Haiss, orang-orang sekarang gak suka tantangan. Payah!
Buru-buru gue berlari dikoridor bangunan kampus gue karena gue uda telat. Itu pun gara-gara loper koran gue telat tadi pagi. Gak afdol kalo keluar kamar itu belum baca koran
"hah.. hah.. hah " nafas gue memburu karena berlari dari lantai satu ke lantai tiga.
Gue liat pintu kelas masih terbuka, yang artinya si dosen belum datang. Gue masuk ke dalam dengan kepala agak linglung karena capek.
" "
Gue melihat sosok cewek tinggi kurus yang duduk dideretan paling pinggir depan yang memalingkan kepalanya ke arah pintu karena gue barusan masuk.
"Kampret.. Dia ngapain disini??" Gumam gue dalam hati
" "
Si cewe ini malah tersenyum ke arah gue dan mengangkat sebelah tangannya. Dari gerak bibirnya, gue dapat mendengar dia mengatakan "Hi Jek", walaupun gue tidak mendengarnya karena gue diricuhin sama teman gue yang lain.
"Woi bro! Lu ngambil ini juga" Teriak Imus
" "
Suara Imus ngalahin toa Masjid. Memenuhi seisi ruangan. Jadinya semua orang malah ngeliat gue, termasuk kakak kelas yang mungkin ngulang mata kuliah ini atau malah baru ngambil ditahun yang sama dengan gue.
"Uda semester 6, masih aja telat, cupuu lo!" Teriak Imus lagi
"Semester 5, janc*k " balas gue
" " Satu kelas tertawa dengan celaan gue barusan
Gue bergerak ke arah Imus dan meletakkan tas gue disebelah bangkunya Imus.
"Bro, ritual entar ya" Kata Imus sambil mengapitkan kedua jari dibibirnya tanda merokok
"Iyoo" Jawab gue mengiyakan
"Dikit amat ya yang ambil spesialisasi ini" Kata gue
" " Gue melihat seisi kelas
Imus mulai menyebutkan satu per satu nama dari angkatan gue dimulai dari yang duduk disudut paling pinggir didepan.
"Una..., ..., ..., ..., ..., gue sama elo" Kata Imus
"Haduh si Una ngapain juga disini" Gumam gue dalam hati
"Cuk" Tangan gue disenggol Imus
"Apa?" Kata gue
"Una sejak kapan belajar dandan, makin cakep aja tu cewek " Kata Imus
"Hmm?" Gumam gue
Iya gue baru sadar, wajahnya Una agak berbeda. Sejak kapan dia make pemerah pipi ke kampus. Walaupun tipis, gue tau kali mana muka yang ditepungin sama yang gak ditepungin.
"Menor banget" Kata gue
"Sensi lo ya? Tipis gitu dia pake, aduh si abang masih gak terima diputusin sama si eneng " ejek Imus
"Wasy**** " misuh gue
Berbarengan dengan gue mengatakan kata kasar barusan, si Dosen malah masuk ke kelas.
Kampret...
"Haah? "
"Tapi gpp sih, namanya cowo ya seperti itu" Lanjut Rara
" "
Rara tiba-tiba menyinggung soal hal ini ketika perjalanan pulang kami.
"Hati-hati loh nanti anak-anak kalau jadi suka kamu gimana?" Tanya Rara lagi
"Siapa?" Tanya gue penasaran
"Itu yang anak freelance tadi salah satunya, akrab banget sama kamu, tamunya uda pulang, dia masih nungguin kamu" Kata Rara
"Ohh biarin aja lah, cewe gak jelas gitu" Kata gue mengacuhkan
Rara merujuk kepada cewe freelance yang tadi nungguin gue pulang kerja. Uda tau kan kerjaan gue sekarang apa? Nah cewe tadi itu cuman satu dari sekian banyak "stok dagangan" gue. Tadi itu gak jelas banget. Tu cewe nungguin gue kelar gawe hingga hampir jam 4 pagi. Terus dia nanya gue bisa anterin pulang atau ngak. Ya gue jawab aja gak bisa, lagian kan taxi banyak didepan. Dia masih maksa, terus gue celutukin begini,
"Emang gak dapat tip dari tamu? Masih harus gue ongkosin buat taxi?" Kata gue
"Gak sih..." Kata si cewe
"Yauda, gue balik dulu, see ya" Kata gue sambil melambaikan tangan
Gue mereka ulang kejadian antara gue dan si cewe freelance tadi kepada Rara.
"Kejam banget" Kata Rara
"Loh? Masa iya harus aku antar pulang juga? Lama-lama jadi supir antar jemput donk, entar yang lain mau ikutan juga" Bela gue
"Cewe tadi juga punya maksud dan tujuan tertentu kali Jek sampe ngemis minta dianter pulang gitu" Cela Rara
"Halah omong kosong, aku kenal dia uda lama, baru kali ini minta dianterin pulang, kemarin-kemarin pas aku bawa motor, dia cuek aja tuh" Kata gue
"Kamu tuh kadang polos, baik, pemalu-pemalu gitu, tapi sisi lain kamu tuh sadis juga ya sebenarnya" Kata Rara
" " Gue kaget mendengar penilaian gue dimata Rara
"Ya kan?" Kata Rara sambil menaikkan sebelah alisnya
"Gak lah, aku kan uda punya pacar, jadi mencoba untuk setia " gue sengaja memberi penekanan dikata setia
"Omong kosoooooooong " Kata Rara
"Yeee.. gitu amat si kakak ipar" Canda gue
"Eh iya, menurutmu, Iren gimana?" Tanya gue
"Hm..." Rara terdiam sejenak
" " Gue melirik ke arah Rara
"Ini personal doank ya Jek" Kata Rara
"Yuhuuu"
"Aku kurang suka sama anaknya" Kata Rara
"Kenapa? " Gue kaget
"Kurang suka aja, gak tau juga karena apa" Jelas Rara
"Tapi Iren baik kok, lucu-lucu polos gitu" kata gue
"Ya makanya aku bilang ini personal doank" Kata Rara
"Okeoke" Gue mengangguk-angguk
***
Akhirnya perkuliahan semester 5 dimulai juga. Aduh uda setengah jalan ni gue kuliah. Tinggal setengahnya lagi, terus sarjana deh. Itu pun kalo gue tepat waktu. Tapi gue yakin tepat waktu kok, karena gue gak merasa ada halangan ataupun rintangan selama gue kuliah. Nilai-nilai gue aman, bahkan beyond perfect untuk ukuran jurusan gue. Kecuali kalo suatu hari tiba-tiba kiamat datang dan gue belum menyelesaikan kuliah gue. Nah ini lain cerita. Lagian jangan bego-bego banget lah. Hidup mah hidup aja, malah mikirin kiamat. Wasting time banget.
Mata kuliah yang gue ambil uda mulai penjurusan. Angkatan gue juga uda mulai kepecah-pecah, masing-masing punya pilihan sendiri-sendiri untuk spesialisasinya. Jurusan gue ada tiga spesialisasi. Salah satunya itu rame banget. Bejibun orang yang ngambil itu. Emang sih pengakuan dari kakak kelas itu kalo spesialisasi yang ini gampang buat lulus. Entar skripsinya juga selow. Dosen-dosennya baik-baik semua. Tapi gue berasa gak ada tantangannya kalo masuk spesialisasi ini. Bayangin aja ya, bahan skripsi tinggal lu copy doank dari skripsi tahun lalu terus lu ubah salah satu variabelnya, uda jadi judul baru, sidang, sarjana baru. Sampah!
Karena gue keren, cerdas, berkarisma, cadas, rendah hati, baik budi, dan lain-lainnya yang bagus-bagus, maka gue milih spesialisasi yang menurut gue menantang buat gue. Dari seratus orang satu angkatan, cuman sepuluh lebih yang milih spesialisasi yang sama seperti gue. Haiss, orang-orang sekarang gak suka tantangan. Payah!
Buru-buru gue berlari dikoridor bangunan kampus gue karena gue uda telat. Itu pun gara-gara loper koran gue telat tadi pagi. Gak afdol kalo keluar kamar itu belum baca koran
"hah.. hah.. hah " nafas gue memburu karena berlari dari lantai satu ke lantai tiga.
Gue liat pintu kelas masih terbuka, yang artinya si dosen belum datang. Gue masuk ke dalam dengan kepala agak linglung karena capek.
" "
Gue melihat sosok cewek tinggi kurus yang duduk dideretan paling pinggir depan yang memalingkan kepalanya ke arah pintu karena gue barusan masuk.
"Kampret.. Dia ngapain disini??" Gumam gue dalam hati
" "
Si cewe ini malah tersenyum ke arah gue dan mengangkat sebelah tangannya. Dari gerak bibirnya, gue dapat mendengar dia mengatakan "Hi Jek", walaupun gue tidak mendengarnya karena gue diricuhin sama teman gue yang lain.
"Woi bro! Lu ngambil ini juga" Teriak Imus
" "
Suara Imus ngalahin toa Masjid. Memenuhi seisi ruangan. Jadinya semua orang malah ngeliat gue, termasuk kakak kelas yang mungkin ngulang mata kuliah ini atau malah baru ngambil ditahun yang sama dengan gue.
"Uda semester 6, masih aja telat, cupuu lo!" Teriak Imus lagi
"Semester 5, janc*k " balas gue
" " Satu kelas tertawa dengan celaan gue barusan
Gue bergerak ke arah Imus dan meletakkan tas gue disebelah bangkunya Imus.
"Bro, ritual entar ya" Kata Imus sambil mengapitkan kedua jari dibibirnya tanda merokok
"Iyoo" Jawab gue mengiyakan
"Dikit amat ya yang ambil spesialisasi ini" Kata gue
" " Gue melihat seisi kelas
Imus mulai menyebutkan satu per satu nama dari angkatan gue dimulai dari yang duduk disudut paling pinggir didepan.
"Una..., ..., ..., ..., ..., gue sama elo" Kata Imus
"Haduh si Una ngapain juga disini" Gumam gue dalam hati
"Cuk" Tangan gue disenggol Imus
"Apa?" Kata gue
"Una sejak kapan belajar dandan, makin cakep aja tu cewek " Kata Imus
"Hmm?" Gumam gue
Iya gue baru sadar, wajahnya Una agak berbeda. Sejak kapan dia make pemerah pipi ke kampus. Walaupun tipis, gue tau kali mana muka yang ditepungin sama yang gak ditepungin.
"Menor banget" Kata gue
"Sensi lo ya? Tipis gitu dia pake, aduh si abang masih gak terima diputusin sama si eneng " ejek Imus
"Wasy**** " misuh gue
Berbarengan dengan gue mengatakan kata kasar barusan, si Dosen malah masuk ke kelas.
Kampret...
Diubah oleh pujangga1000 11-08-2015 22:32
jenggalasunyi dan 5 lainnya memberi reputasi
6