- Beranda
- Stories from the Heart
Kelakuan Anak Kuliah
...
TS
pujangga1000
Kelakuan Anak Kuliah
Quote:
Quote:
Quote:
----------------------------------------------------------------------------------
========================================
pujangga1000
Diubah oleh pujangga1000 19-09-2016 03:37
yusrillllll dan 23 lainnya memberi reputasi
22
3.9M
7.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
pujangga1000
#5512
Selamat datang kedalam keluarga 1
Baru kali ini gue melihat ada orang yang naik pesawat tapi gak bawa koper. Orang itu adalah Iren. 
Dia cuman bawa tas punggung yang isinya novel, kunci, sama termos air minum.
"Ngapain koper?" tanya Iren
"Emang kamu gak bawa baju pulang ke rumah?" tanya gue balik
"Baju dirumah lebih bagus dari baju dikost
"
"Oleh-oleh?" Tanya gue lagi
"Makanan dipadang lebih enak ayaaam
"
Cuman Iren yang bisa!
Setelah itu kami berjalan menuju parkiran mobil.
"Kamu bawa mobil siapa?"
"Mobil abang ku" jawab gue
"Kamu punya abang?
" Iren tampak kaget
"Yuup" Jawab gue sambil mengangguk
"Tit.. tit.." suara central lock mobil bang Din yang gue buka
"Kok kamu gak pernah kenalin ke aku?" Tanya Iren
"Aba...." belum selesai gue ngomong
"Kamu bukannya anak tunggal???!
" Iren memotong kalimat gue dan menatap gue dengan matanya yang bulat
"
"
"Makanya dengerin dulu kodok bawel.."
".. Abang angkat kok.." jelas gue
"Abang angkat gimana? Emang uda berapa lama kenal?" Tanya Iren lagi
"Sejak aku pindah ke Jogja lah, awalnya teman kostan doank" Kata gue
"Ih, kamu kok sembarangan gitu jadiin orang yang baru dikenal jadi abang angkat" Kata Iren dengan curiga
"Orangnya baik kok, nanti aku kenalin" Kata gue
Kenalin?
Kalau bang Din tau Iren adalah pacar gue. Dia pasti ngomong macem-macem. Yang ada ujung-ujungnya entar Iren malah digodain bang Din. Apalagi ditambah Iren yang agak-agak polos gimana gitu. Bisa berabeh kalau mereka berdua ketemu.
"Hmmm" Iren sedikit bergumam
"
" Gue melihat kearah Iren sambil membayar biaya parkir di pintu keluar
"Kenapa tuan putri?"
"Capek.."
Kata Iren sambil merebahkan badannya dan memundurkan kursi sedikit kebelakang.
"Tidur lah" Kata gue sambil mengacak-acak rambut Iren yang duduk tepat disebalah gue
"Huum" Iren mengangguk sambil menutup mata
"Nanti kalau uda sampai, aku misscall biar bangun
" Canda gue
Tiba-tiba sebelah tangan Iren langsung sigap menangkap bagian samping dari pinggang gue dan mencubitnya.
"Masih aja digodain
"
"Ampun! Ampun!" Jerit gue
Mobil sudah gue pacu hingga pertigaan fly over ayam goreng Suharti, gue melirik jam yang ada di dashboard depan. Kayaknya sekaligus jemput Rara deh, uda telat soalnya. Gak enak juga kalau gue gak jemput dia. Secara bang Din minjem mobilnya biar gue bisa antar jemput Rara, eh kepercayaannya malah gue pake buat jemput Iren.
Gue sms Rara kalau gue lagi otw ke tempat dia.
"Dok, aku jemput orang dulu ya, uda agak telat soalnya" Kata gue sambil menggoyang-goyangkan kaki Iren
"Hemmm, siapa?" tanya Iren
"Pacarnya abangku, mesti anter dia ke tempat gawean" Kata gue
"Oh yauda" kata Iren
"Sip.. lanjut tidur gih" kata gue
"Huum"
Beberapa menit kemudian
"Dok.." panggil gue
"ya?" sahut Iren sambil memalingkan wajahnya ke gue
Terlihat wajahnya yang lesu dan benar-benar kelihatan capek
"Loh? Katanya mau tidur, kok belum tidur?
"
"Ihhhhh
"
Sekali lagi pinggang gue dicubit lagi, tapi kali ini dengan gerakan memutar. Gue kembali berteriak sekeras-kerasnya karena emang sakitnya gak nanggung cuy! Sakti ni tangannya Iren..
Gue memacu mobil sendirian ditemani suara menderu dari mesin mobil. Ketika sudah sampai didepan rumah Rara, gue sms ke doi kalo gue uda depan.
Sembari menunggu Rara, gue membangunkan Iren
"Dok.." Kata gue sambil menggoyang-goyangkan badan Iren
"Hemm" Sahut Iren setengah sadar
Ternyata Iren benar-benar tidur. Lucu deh wajahnya
"Bangun deh bentar, orangnya yang dijemput uda mau datang" Kata gue
"Ohh, aku pindah belakang ya?" Katanya sambil membuka pintu dengan mata yang setengah tertutup
"Gak usah" Gue menahan bahunya
"Aku mau kalian kenalan aja" Lanjut gue
"Ohh oke" sahut Iren lagi
Setelah beberapa menit, tampak sosok Rara sedang menutup gembok pintu rumahnya.
"Itu orangnya yam?" Tunjuk Iren dengan jarinya kearah Rara
"Yuup" Kata gue mengiyakan
"Loh? Dia kerja apa? Kok bajunya kayak gitu?" Kata Iren dengan curiga
Ahh.. Apa mungkin karena gue sudah terbiasa melihat Rara setiap gue antar jemput doi. Ya mau gimana kan ya, namanya juga dia kerja ditempat karoke. Pakaiannya juga harus mendukung? Tau sendirilah maksud gue. Tentu hal ini menjadi tidak biasa buat Iren. Apalagi dengan baju seperti itu, imej seorang wanita juga bakal jauh dari namanya baik-baik..
"sstt.. jangan nanya macem-macem ya, nanti aku ceritain" Kata gue memperingati Iren
Gue takut aja Iren bertanya sembrono ke Rara dan malah menyakiti hati Rara. Personal Iren yang polos sangat memungkinkan dia untuk bertanya hal-hal aneh ketika dia sembarangan. Disisi lain, tidak ada tau background Rara kecuali orang-orang yang dekat dengan dia
"ceklek" Suara pintu terbuka dibelakang
"Hai Ra, sori ya lama" Kata gue berusaha ramah
"Gpp, ini pacar kamu ya?" Kata Rara merujuk ke Iren
"Kenalin, namanya Iren" Kata gue ke Rara
"Iren"
"Rara"
Mereka berdua berjabat tangan
"Mba Rara ya tadi?" Tanya Iren memastikan
"Iya, jangan pakai mba ya, jadi tua banget" Kata Rara sambil tersenyum ramah
"Aku gak sopan donk kalau gak pakai mba, kan mba nya juga lebih tua dari aku hehe" kata Iren
"Jeki juga manggilnya gak pakai mba kok" Kata Rara
Iya juga ya, gue uda kebiasaan sih manggil nama langsung. Tapi seharusnya gue manggilnya pakai "mba" juga. Kan secara Rara juga jauh lebih tua dari gue. Dia seumuran istri paman gue loh..
"hahahaha" gue cuman tertawa bodoh
"Gimana perjalanannya? Lancar?" Tanya Rara
"Lancar kok mba, cuman tadi delay agak lama aja" jawab Iren
"Ohh gitu.." Balas Rara
Selanjutnya...
Hening..
Diam..
Tak ada suara..
Gue beberapa kali membuka pembicaraan dengan Rara atau Iren. Tapi cuman balas sekali dua kali, setelah itu kita diam lagi. Rara juga terdengar sekali membuka pembicaraan dengan Iren, tapi Iren cuman menjawab seperlunya. Iren lebih banyak diam. Mungkin dia capek, tapi entahlah..
Setelah sampai ke tempat gawe, Rara pun turun dari mobil..
Gue memutar mobil ke arah ring road agar lebih cepat menuju kostan Iren, karena tampaknya Iren sudah sangat lelah..
Tapi tiba-tiba Iren melihat terus kearah gue tanpa mengalihkan pandangan..
"
" Gue melirik Iren
Iren masih melihat gue tanpa mengucapkan sesuatu
"Kenapa dok?
" Tanya gue akhirnya karena risih juga diliatin lama gitu
"Katanya mau cerita?"

Dia cuman bawa tas punggung yang isinya novel, kunci, sama termos air minum.
"Ngapain koper?" tanya Iren
"Emang kamu gak bawa baju pulang ke rumah?" tanya gue balik
"Baju dirumah lebih bagus dari baju dikost
" "Oleh-oleh?" Tanya gue lagi
"Makanan dipadang lebih enak ayaaam
"Cuman Iren yang bisa!
Setelah itu kami berjalan menuju parkiran mobil.
"Kamu bawa mobil siapa?"
"Mobil abang ku" jawab gue
"Kamu punya abang?
" Iren tampak kaget"Yuup" Jawab gue sambil mengangguk
"Tit.. tit.." suara central lock mobil bang Din yang gue buka
"Kok kamu gak pernah kenalin ke aku?" Tanya Iren
"Aba...." belum selesai gue ngomong
"Kamu bukannya anak tunggal???!
" Iren memotong kalimat gue dan menatap gue dengan matanya yang bulat"
""Makanya dengerin dulu kodok bawel.."
".. Abang angkat kok.." jelas gue
"Abang angkat gimana? Emang uda berapa lama kenal?" Tanya Iren lagi
"Sejak aku pindah ke Jogja lah, awalnya teman kostan doank" Kata gue
"Ih, kamu kok sembarangan gitu jadiin orang yang baru dikenal jadi abang angkat" Kata Iren dengan curiga
"Orangnya baik kok, nanti aku kenalin" Kata gue
Kenalin?
Kalau bang Din tau Iren adalah pacar gue. Dia pasti ngomong macem-macem. Yang ada ujung-ujungnya entar Iren malah digodain bang Din. Apalagi ditambah Iren yang agak-agak polos gimana gitu. Bisa berabeh kalau mereka berdua ketemu.
"Hmmm" Iren sedikit bergumam
"
" Gue melihat kearah Iren sambil membayar biaya parkir di pintu keluar"Kenapa tuan putri?"
"Capek.."
Kata Iren sambil merebahkan badannya dan memundurkan kursi sedikit kebelakang.
"Tidur lah" Kata gue sambil mengacak-acak rambut Iren yang duduk tepat disebalah gue
"Huum" Iren mengangguk sambil menutup mata
"Nanti kalau uda sampai, aku misscall biar bangun
" Canda gueTiba-tiba sebelah tangan Iren langsung sigap menangkap bagian samping dari pinggang gue dan mencubitnya.
"Masih aja digodain
""Ampun! Ampun!" Jerit gue
Mobil sudah gue pacu hingga pertigaan fly over ayam goreng Suharti, gue melirik jam yang ada di dashboard depan. Kayaknya sekaligus jemput Rara deh, uda telat soalnya. Gak enak juga kalau gue gak jemput dia. Secara bang Din minjem mobilnya biar gue bisa antar jemput Rara, eh kepercayaannya malah gue pake buat jemput Iren.
Gue sms Rara kalau gue lagi otw ke tempat dia.
"Dok, aku jemput orang dulu ya, uda agak telat soalnya" Kata gue sambil menggoyang-goyangkan kaki Iren
"Hemmm, siapa?" tanya Iren
"Pacarnya abangku, mesti anter dia ke tempat gawean" Kata gue
"Oh yauda" kata Iren
"Sip.. lanjut tidur gih" kata gue
"Huum"
Beberapa menit kemudian
"Dok.." panggil gue
"ya?" sahut Iren sambil memalingkan wajahnya ke gue
Terlihat wajahnya yang lesu dan benar-benar kelihatan capek
"Loh? Katanya mau tidur, kok belum tidur?
" "Ihhhhh
"Sekali lagi pinggang gue dicubit lagi, tapi kali ini dengan gerakan memutar. Gue kembali berteriak sekeras-kerasnya karena emang sakitnya gak nanggung cuy! Sakti ni tangannya Iren..
Gue memacu mobil sendirian ditemani suara menderu dari mesin mobil. Ketika sudah sampai didepan rumah Rara, gue sms ke doi kalo gue uda depan.
Sembari menunggu Rara, gue membangunkan Iren
"Dok.." Kata gue sambil menggoyang-goyangkan badan Iren
"Hemm" Sahut Iren setengah sadar
Ternyata Iren benar-benar tidur. Lucu deh wajahnya
"Bangun deh bentar, orangnya yang dijemput uda mau datang" Kata gue
"Ohh, aku pindah belakang ya?" Katanya sambil membuka pintu dengan mata yang setengah tertutup
"Gak usah" Gue menahan bahunya
"Aku mau kalian kenalan aja" Lanjut gue
"Ohh oke" sahut Iren lagi
Setelah beberapa menit, tampak sosok Rara sedang menutup gembok pintu rumahnya.
"Itu orangnya yam?" Tunjuk Iren dengan jarinya kearah Rara
"Yuup" Kata gue mengiyakan
"Loh? Dia kerja apa? Kok bajunya kayak gitu?" Kata Iren dengan curiga
Ahh.. Apa mungkin karena gue sudah terbiasa melihat Rara setiap gue antar jemput doi. Ya mau gimana kan ya, namanya juga dia kerja ditempat karoke. Pakaiannya juga harus mendukung? Tau sendirilah maksud gue. Tentu hal ini menjadi tidak biasa buat Iren. Apalagi dengan baju seperti itu, imej seorang wanita juga bakal jauh dari namanya baik-baik..
"sstt.. jangan nanya macem-macem ya, nanti aku ceritain" Kata gue memperingati Iren
Gue takut aja Iren bertanya sembrono ke Rara dan malah menyakiti hati Rara. Personal Iren yang polos sangat memungkinkan dia untuk bertanya hal-hal aneh ketika dia sembarangan. Disisi lain, tidak ada tau background Rara kecuali orang-orang yang dekat dengan dia
"ceklek" Suara pintu terbuka dibelakang
"Hai Ra, sori ya lama" Kata gue berusaha ramah
"Gpp, ini pacar kamu ya?" Kata Rara merujuk ke Iren
"Kenalin, namanya Iren" Kata gue ke Rara
"Iren"
"Rara"
Mereka berdua berjabat tangan

"Mba Rara ya tadi?" Tanya Iren memastikan
"Iya, jangan pakai mba ya, jadi tua banget" Kata Rara sambil tersenyum ramah
"Aku gak sopan donk kalau gak pakai mba, kan mba nya juga lebih tua dari aku hehe" kata Iren
"Jeki juga manggilnya gak pakai mba kok" Kata Rara
Iya juga ya, gue uda kebiasaan sih manggil nama langsung. Tapi seharusnya gue manggilnya pakai "mba" juga. Kan secara Rara juga jauh lebih tua dari gue. Dia seumuran istri paman gue loh..
"hahahaha" gue cuman tertawa bodoh
"Gimana perjalanannya? Lancar?" Tanya Rara
"Lancar kok mba, cuman tadi delay agak lama aja" jawab Iren
"Ohh gitu.." Balas Rara
Selanjutnya...
Hening..
Diam..
Tak ada suara..
Gue beberapa kali membuka pembicaraan dengan Rara atau Iren. Tapi cuman balas sekali dua kali, setelah itu kita diam lagi. Rara juga terdengar sekali membuka pembicaraan dengan Iren, tapi Iren cuman menjawab seperlunya. Iren lebih banyak diam. Mungkin dia capek, tapi entahlah..
Setelah sampai ke tempat gawe, Rara pun turun dari mobil..
Gue memutar mobil ke arah ring road agar lebih cepat menuju kostan Iren, karena tampaknya Iren sudah sangat lelah..
Tapi tiba-tiba Iren melihat terus kearah gue tanpa mengalihkan pandangan..
"
" Gue melirik IrenIren masih melihat gue tanpa mengucapkan sesuatu
"Kenapa dok?
" Tanya gue akhirnya karena risih juga diliatin lama gitu"Katanya mau cerita?"
jenggalasunyi dan 5 lainnya memberi reputasi
6
