- Beranda
- Stories from the Heart
I SWEAR THIS TIME I MEAN IT
...
TS
bukanpemainbaru
I SWEAR THIS TIME I MEAN IT

Oke, sebelum gue mulai, gue mau minta izin kepada Moderator dan para pembaca setia forum SFTH untuk menceritakan kisah gue
Berbekal pengalaman dari membaca banyak novel novel terkenal dan kisah kisah yang sangat inspiratif dari para kaskuser seperti "Have I Told You Lately That I Love You" karya bang Nanda, "Sepasang Kaos Kaki Hitam" milik om Ari, "You Are My Happiness" cerita mas Baskoro, serta cerita lainya yang melecut nyali gue untuk membagi kisah gue.
Gue ingin mengutarakan sebuah kisah yang ada di ingatan gue, sebuah cerita cinta masa lalu gue yang membuat gue bisa berada disini dan selalu membuat gue bersyukur karena Tuhan telah memilih gue untuk mengalaminya
Nama tokoh disini gue samarkan dengan alasan menjaga privasi masing masing. Jika ada kesamaan alur cerita, nama tokoh, dan tempat gue minta maaf. Selamat membaca 

Quote:
Diubah oleh bukanpemainbaru 11-08-2015 21:00
junti27 dan anasabila memberi reputasi
3
86.4K
488
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
bukanpemainbaru
#265
PART 24
SMS itu memberikan kesegaran di siang yang panas itu. Ternyata... Ara sangat perhatian ke gue.
Gue melepas perlengkapan dan pernak-pernik mos yang melekat di badan gue. Mulai dari name tag dari kertas karton ditali rafia, hingga topi kerucut dari kertas karton berwarna hitam. Gue bakar barang-barang itu dengan teman-teman gue. Seiring itu pula selesai sudah masa MOS di SMA gue
Pendapat tentang MOS? Gakada kesan, karena kakak kelas gue terlalu menekankan ke arah senioritasnya. Justru kedua paha gue pegal-pegal karena sering disuruh duduk jongkok oleh senior. Lumayan melelahkan.
Gue dan 3 lebah pencari nektar berkumpul di parkiran sepulang sekolah. Sebelumnya gue mencari Ara untuk menawarinya pulang bareng, tapi gak ketemu. Mungkin dia sudah pulang terlebih dulu dengan teman-temanya.
Mutia? Tentu saja gue gak lupa mencari dia. Sudah beberapa hari ini gue gak lihat dia. Mutia juga gak pernah terlihat online di facebook, apalagi membalas message facebook dari gue. Mungkin seharusnya dulu gue sekalian minta nomer Hpnya
Lawakan kompak trio badut ini membuyarkan lamunan gue
Kata-kata Aji emang nyakitin hati, tapi dia ada benarnya. Mereka juga cuma gebetan gue, belum tentu mereka suka sama gue, tapi gue sudah bertindak berlebihan seperti mereka itu pacar gue. Ara juga perhatian bukan karena suka, tapi cuma khawatir sebagai teman. Apalagi Mutia, yang baru gue kenal.
Setelah sedikit berbincang-bincang berbagai masalah. Gue berpisah dengan teman-teman gue di depan warnet di dekat SMA gue. Teman-teman gue memilih untuk menghabiskan waktu dan refreshing dengan bermain game online. Sedangkan gue memilih pulang karena gue mencoba mengurangi kecanduan gue terhadap game, karena gue gamer parah yang ngabisin duit banyak cuma buat game online. Meskipun itu menyenangkan. Pada saat itu mungkin lagi jaman-jamanya game point blank dan grand chase, gue agak lupa
Baru saja teman-teman gue masuk ke dalam warnet, gue liat beberapa senior jalan sempoyongan mendekat menuju gue
Senior itu mendekat ke gue, jalanya sedikit goyang, lalu tanganya meraih bahu gue. Gue udah siap siap ambil kuda kuda dan teriak “ciattttt” sekenceng-kencengnya, gue harus begini karena musuh gue lebih dari 3 orang dan gue sendirian. “ciatttt” ini bener bener berpengaruh.
Dia semakin mendekat. Sambil sedikit terengah-engah dan memegang bahu gue, dia berkata
Dan beberapa senior itu berjalan memasuki warnet. Gue masih berdiri hingga mereka masuk dan kegirangan ketika mengetahui ada kursi yang kosong. Ternyata, karena kecanduan game, semua orang bisa jadi sama. Gak memandang junior atau senior. Tanpa disadari, game dapat merubah sikap seseorang, menurut gue
Setelah beberapa menit gue kayuh sepeda gue, akhirnya gue sampai di rumah. Gue geser pagar kayu rumah gue, dan memarkirkan sepeda kesayangan gue di garasi.
Ketika gue melepas sepatu, gue sudah disambut oleh abah, umi dan adik cewek gue yang cantik. Tama, yang masih duduk di kelas 3 sd (sampe sekarang)
Yak. Pertanyaan retoris yang selalu ditanyakan orang tua ketika anaknya pulang. Sudah jelas jelas berada di rumah, masih saja mendapat pertanyaan seperti itu. Sebenernya gue ingin menjawabnya dengan sedikit bercanda nyeleneh ala gue. Tapi karena gue orangnya nurut, gak mau durhaka, dan sayang uang jajan, gue lebih baik jawab dengan benar
Dan justru bokap gue yang nyeleneh, lalu berakhir diulek oleh nyokap gue
Bokap dan nyokap gue bercanda seakan tanpa dosa, ini masih gakpapa kalau bercanda di depan gue yang sudah cukup tau dengan hal itu, tapi di samping mereka ada adik gue yang masih dibawah umur. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi kondisi psikologis adik gue. Dia pasti akan bertanya-tanya apa maksud dari jatah buat abah. Dan gue janji, kalo adik gue ini udah kuliah gue akan ajarin dia dengan benar (?)
Oma itu adalah nenek gue, ibu dari umi gue. Dia tinggal gak jauh dari rumah gue, sekitar 1 km. Beliau tinggal satu rumah dengan tante gue. Umurnya sudah 70 tahun, tapi beliau masih sehat, bahkan masih ikut lomba balap motor. Maklum dulu sewaktu muda dia suka nonton drag race.
Ngeri kan? Iyalah bercanda
Sore harinya, gue dan Tama pergi ke rumah oma gue. Rumahnya luas, ada taman yang asri dan banyak tanamanya. Gue suka main kesini karena oma gue juga pelihara banyak kucing.
Ketika gue ingin masuk ke rumah, gue lihat seseorang di depan pintu rumah oma gue. Seorang cewek berambut panjang dengan kaos polos, celana pendek dan sandal jepit, yang tampaknya pernah gue liat sebelumnya. Gue hampiri dia dan...
Gue melepas perlengkapan dan pernak-pernik mos yang melekat di badan gue. Mulai dari name tag dari kertas karton ditali rafia, hingga topi kerucut dari kertas karton berwarna hitam. Gue bakar barang-barang itu dengan teman-teman gue. Seiring itu pula selesai sudah masa MOS di SMA gue
Pendapat tentang MOS? Gakada kesan, karena kakak kelas gue terlalu menekankan ke arah senioritasnya. Justru kedua paha gue pegal-pegal karena sering disuruh duduk jongkok oleh senior. Lumayan melelahkan.
Gue dan 3 lebah pencari nektar berkumpul di parkiran sepulang sekolah. Sebelumnya gue mencari Ara untuk menawarinya pulang bareng, tapi gak ketemu. Mungkin dia sudah pulang terlebih dulu dengan teman-temanya.
Mutia? Tentu saja gue gak lupa mencari dia. Sudah beberapa hari ini gue gak lihat dia. Mutia juga gak pernah terlihat online di facebook, apalagi membalas message facebook dari gue. Mungkin seharusnya dulu gue sekalian minta nomer Hpnya
Quote:
Lawakan kompak trio badut ini membuyarkan lamunan gue
Quote:
Kata-kata Aji emang nyakitin hati, tapi dia ada benarnya. Mereka juga cuma gebetan gue, belum tentu mereka suka sama gue, tapi gue sudah bertindak berlebihan seperti mereka itu pacar gue. Ara juga perhatian bukan karena suka, tapi cuma khawatir sebagai teman. Apalagi Mutia, yang baru gue kenal.
Setelah sedikit berbincang-bincang berbagai masalah. Gue berpisah dengan teman-teman gue di depan warnet di dekat SMA gue. Teman-teman gue memilih untuk menghabiskan waktu dan refreshing dengan bermain game online. Sedangkan gue memilih pulang karena gue mencoba mengurangi kecanduan gue terhadap game, karena gue gamer parah yang ngabisin duit banyak cuma buat game online. Meskipun itu menyenangkan. Pada saat itu mungkin lagi jaman-jamanya game point blank dan grand chase, gue agak lupa
Baru saja teman-teman gue masuk ke dalam warnet, gue liat beberapa senior jalan sempoyongan mendekat menuju gue
Quote:
Senior itu mendekat ke gue, jalanya sedikit goyang, lalu tanganya meraih bahu gue. Gue udah siap siap ambil kuda kuda dan teriak “ciattttt” sekenceng-kencengnya, gue harus begini karena musuh gue lebih dari 3 orang dan gue sendirian. “ciatttt” ini bener bener berpengaruh.
Dia semakin mendekat. Sambil sedikit terengah-engah dan memegang bahu gue, dia berkata
Quote:
Dan beberapa senior itu berjalan memasuki warnet. Gue masih berdiri hingga mereka masuk dan kegirangan ketika mengetahui ada kursi yang kosong. Ternyata, karena kecanduan game, semua orang bisa jadi sama. Gak memandang junior atau senior. Tanpa disadari, game dapat merubah sikap seseorang, menurut gue
Setelah beberapa menit gue kayuh sepeda gue, akhirnya gue sampai di rumah. Gue geser pagar kayu rumah gue, dan memarkirkan sepeda kesayangan gue di garasi.
Ketika gue melepas sepatu, gue sudah disambut oleh abah, umi dan adik cewek gue yang cantik. Tama, yang masih duduk di kelas 3 sd (sampe sekarang)
Quote:
Yak. Pertanyaan retoris yang selalu ditanyakan orang tua ketika anaknya pulang. Sudah jelas jelas berada di rumah, masih saja mendapat pertanyaan seperti itu. Sebenernya gue ingin menjawabnya dengan sedikit bercanda nyeleneh ala gue. Tapi karena gue orangnya nurut, gak mau durhaka, dan sayang uang jajan, gue lebih baik jawab dengan benar
Quote:
Dan justru bokap gue yang nyeleneh, lalu berakhir diulek oleh nyokap gue
Quote:
Bokap dan nyokap gue bercanda seakan tanpa dosa, ini masih gakpapa kalau bercanda di depan gue yang sudah cukup tau dengan hal itu, tapi di samping mereka ada adik gue yang masih dibawah umur. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi kondisi psikologis adik gue. Dia pasti akan bertanya-tanya apa maksud dari jatah buat abah. Dan gue janji, kalo adik gue ini udah kuliah gue akan ajarin dia dengan benar (?)
Quote:
Oma itu adalah nenek gue, ibu dari umi gue. Dia tinggal gak jauh dari rumah gue, sekitar 1 km. Beliau tinggal satu rumah dengan tante gue. Umurnya sudah 70 tahun, tapi beliau masih sehat, bahkan masih ikut lomba balap motor. Maklum dulu sewaktu muda dia suka nonton drag race.
Ngeri kan? Iyalah bercanda

Sore harinya, gue dan Tama pergi ke rumah oma gue. Rumahnya luas, ada taman yang asri dan banyak tanamanya. Gue suka main kesini karena oma gue juga pelihara banyak kucing.
Ketika gue ingin masuk ke rumah, gue lihat seseorang di depan pintu rumah oma gue. Seorang cewek berambut panjang dengan kaos polos, celana pendek dan sandal jepit, yang tampaknya pernah gue liat sebelumnya. Gue hampiri dia dan...
Quote:
Diubah oleh bukanpemainbaru 03-08-2015 19:09
0
: “Oi Tim. Ngapain lu ngelamin?”
: “Ngelamun woi ngelamun! gebo!”
: “Ah, lu pasti nyariin si cewek SMP kemarin kan?”
: “Lah, bukanya lu berantem sama Ditto gara-gara rebutan Ara?”
: “Nah itu juga...”
: “Anjrit lu ya”
: “Woi, anak kelas 1 yo?” kata dia
: “Iyo mas, kenapa?” gue udah siap siap berantem, gue yakin ni orang ngajak ribut
: “Oke, ntar malem babe gak dapet ‘jatah’ ya”