- Beranda
- Stories from the Heart
Flo..
...
TS
kukuhpribadi
Flo..
Diubah oleh kukuhpribadi 23-08-2016 22:45
anasabila memberi reputasi
1
8.3K
59
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
kukuhpribadi
#1
Bagian Pertama
Jujur ide membaca novel di balkon merupakan sesuatu yang tak layak dicoba, sudah beberapa kali aku berusaha berkonsentrasi, mengikuti imajinasi penulisnya namun selalu berakhir dengan mataku yang semakin berat. Akhirnya aku putuskan untuk menaruh kembali novel tersebut di atas meja kayu di depanku, sekilas aku melirik smartphoneku namun tak ada satu notifikasi yg muncul, namun ahh seperti orang kebanyakan aku tak percaya begitu saja, ku coba telusuri recent update di seluruh medsos, namun semua isinya sama, kalau tidak tentang bbm yang naik pasti tentang kondisi negara yang berantakan. Aku menghela napas.. fiuuhh sambil mendongakkan kepala ke atas berusaha melihat bintang yang selalu terselimuti kabut tebal, ku alihkan perhatianku ke bawah, nampak jajaran mobil dan motor berada jauh dibawahku. Dingin dan diam..
Oke, mungkin salah satu indikator negara maju adalah warga negaranya yang semakin individual dan egois, tinggal dalam kotak-kotak menjulang tinggi yang kami sebut rumah. Ahh sudahlah, ku angkat malas tubuhku, berdiri kemudian sedikit memutar ke kiri dan kanan, namun tunggu.. ku cium harum khas kopi, bukan kopi instant eceran murahan namun kopi asli yang diseduh sempurna. Ku temukan sumber harum kopi itu ternyata berasal dari balkon sebelah, tampak seorang wanita duduk santai memandang jauh ke depan, ia memakai setelan kerja khas wanita karir yaitu kemeja putih lengan panjang yang digulung hingga lengan, rok selutut berwarna abu-abu serta kacamata tipis yang terpasang sempurna di hidungnya yang mancung. Entahlah sudah beberapa lama aku memperhatikannya, tiba-tiba ia bergerak, mengikat rambut panjangnya ke belakang, membentuk ekor kuda yang tinggi di kepalanya, aku tersenyum simpul. Ia sungguh cantik, tak sengaja mata kami beradu, dia tersenyum kepadaku, aku membalas ragu kemudian masuk ke kamarku.
Pagi hari bagi kami yang tinggal di kota besar ini adalah hari penuh kesibukan, suara klakson, lalu lalang kendaraan menjadi satu, begitu juga aku yang tak luput dari semua kesibukan pagi hari ini. tas ransel berisi lembar jawaban UTS, beberapa modul dan laptop sudah tersandang di punggungku, aku menuju lantai bawah dengan menggunakan lift yang berada di setiap sudut tempat kami tinggal, ketika hendak ku tutup pintu lift tampak wanita tetanggaku sedikit tergesa berjalan cepat ke arah lift. Ia tersenyum ke arahku, senyum isyarat untuk menunggu sebentar. Ketika kami berdua dalam satu lift yang sama, aku tak mampu menghindar dari harum parfumnya yang menawan, kali ini memakai jeans longgar dengan atasan flanel dan sepatu boots, kontras dengan penampilannya semalam.
“jadi, kopi murni atau instant?” ku coba buka obrolan
“tergantung situasi, kopi murni tepat ketika santai namun ketika butuh kafein segera tentu saja kopi instant lebih masuk akal” jawabnya sambil mengulurkan tangan
“Adi”
“Flo”
“ternyata kita tetangga ya?”
“iya sepertinya, entahlah aku juga baru saja tinggal disini”
“sebulan, dua bulan?”
“baru sebulan, ayolah jangan buat perkenalan ini membosankan hahaha”
“hahaha” aku tertawa garing, tak siap dengan jawabannya
“jam 10 malam, kita bisa mulai lagi basa basi perkenalan ini, bagaimana?”
“di taman depan?”
“boleh.. bawa juga novelmu yang sepertinya membosankan itu”
“dan aku pikir secangkir atau dua cangkir kopi bisa membuat semuanya menjadi lebih nyaman”
Tingg suara lift terbuka, menandakan kami telah sampai di basement tempat kami memarkir kendaraan, kami bergegas menuju kendaraan masing-masing. Bersiap menjalani kehidupan yang menggila sehari lagi.
Jujur ide membaca novel di balkon merupakan sesuatu yang tak layak dicoba, sudah beberapa kali aku berusaha berkonsentrasi, mengikuti imajinasi penulisnya namun selalu berakhir dengan mataku yang semakin berat. Akhirnya aku putuskan untuk menaruh kembali novel tersebut di atas meja kayu di depanku, sekilas aku melirik smartphoneku namun tak ada satu notifikasi yg muncul, namun ahh seperti orang kebanyakan aku tak percaya begitu saja, ku coba telusuri recent update di seluruh medsos, namun semua isinya sama, kalau tidak tentang bbm yang naik pasti tentang kondisi negara yang berantakan. Aku menghela napas.. fiuuhh sambil mendongakkan kepala ke atas berusaha melihat bintang yang selalu terselimuti kabut tebal, ku alihkan perhatianku ke bawah, nampak jajaran mobil dan motor berada jauh dibawahku. Dingin dan diam..
Oke, mungkin salah satu indikator negara maju adalah warga negaranya yang semakin individual dan egois, tinggal dalam kotak-kotak menjulang tinggi yang kami sebut rumah. Ahh sudahlah, ku angkat malas tubuhku, berdiri kemudian sedikit memutar ke kiri dan kanan, namun tunggu.. ku cium harum khas kopi, bukan kopi instant eceran murahan namun kopi asli yang diseduh sempurna. Ku temukan sumber harum kopi itu ternyata berasal dari balkon sebelah, tampak seorang wanita duduk santai memandang jauh ke depan, ia memakai setelan kerja khas wanita karir yaitu kemeja putih lengan panjang yang digulung hingga lengan, rok selutut berwarna abu-abu serta kacamata tipis yang terpasang sempurna di hidungnya yang mancung. Entahlah sudah beberapa lama aku memperhatikannya, tiba-tiba ia bergerak, mengikat rambut panjangnya ke belakang, membentuk ekor kuda yang tinggi di kepalanya, aku tersenyum simpul. Ia sungguh cantik, tak sengaja mata kami beradu, dia tersenyum kepadaku, aku membalas ragu kemudian masuk ke kamarku.
Pagi hari bagi kami yang tinggal di kota besar ini adalah hari penuh kesibukan, suara klakson, lalu lalang kendaraan menjadi satu, begitu juga aku yang tak luput dari semua kesibukan pagi hari ini. tas ransel berisi lembar jawaban UTS, beberapa modul dan laptop sudah tersandang di punggungku, aku menuju lantai bawah dengan menggunakan lift yang berada di setiap sudut tempat kami tinggal, ketika hendak ku tutup pintu lift tampak wanita tetanggaku sedikit tergesa berjalan cepat ke arah lift. Ia tersenyum ke arahku, senyum isyarat untuk menunggu sebentar. Ketika kami berdua dalam satu lift yang sama, aku tak mampu menghindar dari harum parfumnya yang menawan, kali ini memakai jeans longgar dengan atasan flanel dan sepatu boots, kontras dengan penampilannya semalam.
“jadi, kopi murni atau instant?” ku coba buka obrolan
“tergantung situasi, kopi murni tepat ketika santai namun ketika butuh kafein segera tentu saja kopi instant lebih masuk akal” jawabnya sambil mengulurkan tangan
“Adi”
“Flo”
“ternyata kita tetangga ya?”
“iya sepertinya, entahlah aku juga baru saja tinggal disini”
“sebulan, dua bulan?”
“baru sebulan, ayolah jangan buat perkenalan ini membosankan hahaha”
“hahaha” aku tertawa garing, tak siap dengan jawabannya
“jam 10 malam, kita bisa mulai lagi basa basi perkenalan ini, bagaimana?”
“di taman depan?”
“boleh.. bawa juga novelmu yang sepertinya membosankan itu”
“dan aku pikir secangkir atau dua cangkir kopi bisa membuat semuanya menjadi lebih nyaman”
Tingg suara lift terbuka, menandakan kami telah sampai di basement tempat kami memarkir kendaraan, kami bergegas menuju kendaraan masing-masing. Bersiap menjalani kehidupan yang menggila sehari lagi.
0
