- Beranda
- Stories from the Heart
Kelakuan Anak Kuliah
...
TS
pujangga1000
Kelakuan Anak Kuliah
Quote:
Quote:
Quote:
----------------------------------------------------------------------------------
========================================
pujangga1000
Diubah oleh pujangga1000 19-09-2016 03:37
yusrillllll dan 23 lainnya memberi reputasi
22
3.9M
7.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
pujangga1000
#5427
Unsympathetic toward 4
Sampai ditempat gawe, gue dibriefing soal posisi baru gue. Kalau boleh jujur, gue lebih suka sebagai waiter. Walaupun cuman anter jemput pesanan, dan kesannya seperti pekerjaan murahan, tapi setidaknya gue plong melakukannya. Maksud gue disini adalah gue kan sekarang uda jadi staff ditempat hiburan malam, gue public relation nya. Coba apa kerjaan seorang public relation? Intinya cuman satu, yang penting banyak orang datang ke tempat hiburan kita.
Lalu kenapa orang-orang datang ke tempat hiburan malam? Cuman sekitar 10% doank yang jawabannya pengen minum dan mabok. Itupun kadang cuman pelajar atau mahasiswa yang pengen keliatan keren-kerenan doank. Pangsa pasar kita justru adalah orang-orang berduit yang doyan "lendir". Atau istilah kerennya om-om genit (walaupun jarang banget ada bapak-bapak jelek dengan perut buncit yang datang, itu cuman ada di tivi-tivi). Mungkin lebih dari 75% orang yang dateng itu justru cowok-cowok yang tampangnya boleh dibilang oke, dompetnya tebel, bawaannya mobil sedan, tapi sayang, doyan "lobang"
Untuk meladeni orang-orang seperti itu, tentunya gue harus punya stok "lobang" untuk menarik hati para pelanggan gue. Disini gue merasa kerjaan ini gak bener. Kasarnya, gue kayak germo yang jualan cewek. Yup. Gue harus kenal sama banyak cewek, baik LC ditempat gue ataupun freelance. Sebutan freelance itu untuk cewe-cewe yang bukan kerja ditempat gue tapi emang dia nyari duit dari "nemenin" cowo di klab malam. Jogja katanya banyak ayam kampus, dan gue membuktikannya sendiri. Maaf buat rekan-rekan yang asli Jogja. Gue berkenal dengan mereka bukan sebagai sahabat, melainkan sebagai "mitra bisnis". Mereka stok barangnya, gue bagian marketing dan pemasaran.
Kerjaan kayak gini bikin gue stress. Bener! Buat lo pada yang doyan selangkangan, lo pasti mengira kerjaan ini enak. Tapi ketika lo masih punya "nilai" sebagai manusia, lo tau ada yang salah dengan setiap Rupiah yang lo terima. Namun tidak bisa dipungkiri sih, aliran duitnya kenceng. Komisi gue dari cowo-cowo berlendir yang puas sama "stok" gue itu sekitar 200-500ribu. Sehari minimal satu, rutin ada lima hari dalam seminggu. Hitung aja penghasilan gue selama sebulan ditambah gaji pokok gue 2,5 juta. Gue jabanin deh KPR rumah dua tingkat.
Seminggu gue kerja dibagian ini, gue mulai gak tahan. Gue cerita ke Rara.
"Ra, aku kayaknya mau balik jadi waiter aja atau ngak berhenti" kata gue ketika mengantar doi pulang gawe
"
" Rara melirik gue
"Baru seminggu, uda mau berhenti, ono opo?" Kata Rara
Semingguan antar jemput Rara membuat gue jadi makin akrab sama dia. Bukan akrab yang gimana-gimana. Tapi gue melihat dia sekarang sebagai kakak ipar gue. Ya jelas donk kakak ipar, dia calonnya abang gue. Dan gue yakin Rara juga ngeliat gue uda sebagai adiknya. Terbukti dari cara dia ngomong ke gue, dia lebih banyak memberi nasehat kepada gue. Layaknya seorang kakak yang memberi nasehat kepada adik laki-lakinya lah. Apa yang pernah gue lakukan dengan dia dulu, sudah tidak pernah lagi terpikir dikepala gue. Sekarang tugas gue adalah menjaga kakak ipar gue untuk abang gue yang gak tau kapan pulangnya
"Soalnya aku kayak jualan cewek, ngerasa gak enak gitu loh" Kata gue jujur
"Tapi tip mu banyak toh?" Kata Rara
Oh ya, entah karena pengaruh makin akrab atau gimana, tapi Rara mulai ngomong jawa ke gue, walaupun gak plek banget karena gue juga gak ngerti malahan entar.
"Banyak, tapi ngerasa gak bener aja gitu" Kata gue
"Loh? Kenapa baru sekarang mikir bener opo ora, wes telat to" Kata Rara
"
"
Kata-kata Rara barusan membuat gue berpikir sejenak.
"Awalnya kenapa kamu milih kerja?" Tanya Rara
Gue teringat dulu ketika tahun pertama baru saja berakhir.
"Karena butuh duit dulu" jawab gue
"Emang sekarang ra perlu duit meneh?" Kata Rara
"
"
Kalau dipikir-pikir iya juga sih. Dulu emang gue perlu duit karena bisnis nyokap gue yang ditipu orang. Tapi semenjak semester 4, nyokap juga uda rutin ngirim duit bulanan ke gue dan gue gak butuh-butuh banget duit dari kerjaan ini. Emang dasar gue aja yang matanya ijo kalo ngeliat duit makanya gue lanjut jadi waiter. Kemarin juga gue terima naik jadi staff karena gaji pokoknya naik, terus katanya tipnya lebih gede, terus gak secapek waiter.
"Sekarang mama uda mulai ngirim duit bulanan sih" Kata gue
"Kalau emang keuanganmu uda bagus, ya gak usah kerja lagi" Kata Rara
"Capek juga toh tiap hari pulang malam, paginya kuliah, wes berhenti ae" Lanjut Rara
"hemmmm" gue berpikir sejenak
"Tapi kan bagus kalau seandainya aku bisa mandiri, kuliah sambil kerja, mbiayain hidup dewe" Kata gue setengah jawa diakhir karena kebawa logat dari Rara
"Ra sah jowoan, ra pantes loh jek
" Gue malah diketawain Rara
"
"
"Mandiri emang bagus, tapi apa orang tua mu ngirim kamu kesini buat kerja?"
"Bukan toh? Mereka ngirim kamu buat kuliah.. Buat belajar.."
"Yang orang tua mu pengen ngeliat itu kuliahmu lancar, bukannya kamu bisa dapat duit banyak untuk sekarang"
ceramah Rara ke gue
"Hemm
"
"Bisa cari duit sendiri itu bagus Jek, tapi harus ingat tujuan kamu kemari"
"Gelar sarjana toh? Banyak loh yang ngejar sarjana mati-matian"
Lanjut Rara menasehati gue
Bener juga sih apa yang dibilang Rara. Jauh-jauh gue merantau sampai ke tanah jauh diseberang untuk masuk universitas. Lagipula kalau ngeliat nilai semester 4 gue. Widih.. Hancur lebur.. Jauh dibanding tiga semester sebelumnya.
Kayaknya bener deh, gue harus fokus dikuliah gue dulu..
"Iya ya" Gue mengiyakan
"Kamu tuh uda beruntung bisa kuliah, jangan disia-siakan" Kata Rara
"Iya kakak ipar" Kata gue sambil menganggukkan kepala
"
" Rara melihat gue sejenak
"
" Gue balas melihat Rara
"Opo toh
" Rara tersipu malu
"
" Gue ngakak karena pipi Rara merona
Sepertinya memang gue harus mempertimbangkan untuk berhenti dari kerjaan ini. Kalau pun gue mau nyari kerja lagi entar, yang jelas bukan lagi kerjaan dijam yang tidak normal. Kantung mata gue uda hitam, tebal, dan sampai sekarang (saat ini), kantung mata gue gak pernah normal lagi, walaupun gue tidur tiga hari berturut-turut selama 24 jam.
Aduh...
Bang Din..
Cepatlah kau pulang!
Kalaupun gue berhenti kerja, tapi tetep sama aja, gue mesti bergadang buat antar jemput Rara.
Wahai orang tua,
dengarlah jeritan hati anak muda penerus bangsa ini..

Lalu kenapa orang-orang datang ke tempat hiburan malam? Cuman sekitar 10% doank yang jawabannya pengen minum dan mabok. Itupun kadang cuman pelajar atau mahasiswa yang pengen keliatan keren-kerenan doank. Pangsa pasar kita justru adalah orang-orang berduit yang doyan "lendir". Atau istilah kerennya om-om genit (walaupun jarang banget ada bapak-bapak jelek dengan perut buncit yang datang, itu cuman ada di tivi-tivi). Mungkin lebih dari 75% orang yang dateng itu justru cowok-cowok yang tampangnya boleh dibilang oke, dompetnya tebel, bawaannya mobil sedan, tapi sayang, doyan "lobang"

Untuk meladeni orang-orang seperti itu, tentunya gue harus punya stok "lobang" untuk menarik hati para pelanggan gue. Disini gue merasa kerjaan ini gak bener. Kasarnya, gue kayak germo yang jualan cewek. Yup. Gue harus kenal sama banyak cewek, baik LC ditempat gue ataupun freelance. Sebutan freelance itu untuk cewe-cewe yang bukan kerja ditempat gue tapi emang dia nyari duit dari "nemenin" cowo di klab malam. Jogja katanya banyak ayam kampus, dan gue membuktikannya sendiri. Maaf buat rekan-rekan yang asli Jogja. Gue berkenal dengan mereka bukan sebagai sahabat, melainkan sebagai "mitra bisnis". Mereka stok barangnya, gue bagian marketing dan pemasaran.

Kerjaan kayak gini bikin gue stress. Bener! Buat lo pada yang doyan selangkangan, lo pasti mengira kerjaan ini enak. Tapi ketika lo masih punya "nilai" sebagai manusia, lo tau ada yang salah dengan setiap Rupiah yang lo terima. Namun tidak bisa dipungkiri sih, aliran duitnya kenceng. Komisi gue dari cowo-cowo berlendir yang puas sama "stok" gue itu sekitar 200-500ribu. Sehari minimal satu, rutin ada lima hari dalam seminggu. Hitung aja penghasilan gue selama sebulan ditambah gaji pokok gue 2,5 juta. Gue jabanin deh KPR rumah dua tingkat.
Seminggu gue kerja dibagian ini, gue mulai gak tahan. Gue cerita ke Rara.
"Ra, aku kayaknya mau balik jadi waiter aja atau ngak berhenti" kata gue ketika mengantar doi pulang gawe
"
" Rara melirik gue"Baru seminggu, uda mau berhenti, ono opo?" Kata Rara
Semingguan antar jemput Rara membuat gue jadi makin akrab sama dia. Bukan akrab yang gimana-gimana. Tapi gue melihat dia sekarang sebagai kakak ipar gue. Ya jelas donk kakak ipar, dia calonnya abang gue. Dan gue yakin Rara juga ngeliat gue uda sebagai adiknya. Terbukti dari cara dia ngomong ke gue, dia lebih banyak memberi nasehat kepada gue. Layaknya seorang kakak yang memberi nasehat kepada adik laki-lakinya lah. Apa yang pernah gue lakukan dengan dia dulu, sudah tidak pernah lagi terpikir dikepala gue. Sekarang tugas gue adalah menjaga kakak ipar gue untuk abang gue yang gak tau kapan pulangnya

"Soalnya aku kayak jualan cewek, ngerasa gak enak gitu loh" Kata gue jujur
"Tapi tip mu banyak toh?" Kata Rara
Oh ya, entah karena pengaruh makin akrab atau gimana, tapi Rara mulai ngomong jawa ke gue, walaupun gak plek banget karena gue juga gak ngerti malahan entar.
"Banyak, tapi ngerasa gak bener aja gitu" Kata gue
"Loh? Kenapa baru sekarang mikir bener opo ora, wes telat to" Kata Rara
"
"Kata-kata Rara barusan membuat gue berpikir sejenak.
"Awalnya kenapa kamu milih kerja?" Tanya Rara
Gue teringat dulu ketika tahun pertama baru saja berakhir.
"Karena butuh duit dulu" jawab gue
"Emang sekarang ra perlu duit meneh?" Kata Rara
"
"Kalau dipikir-pikir iya juga sih. Dulu emang gue perlu duit karena bisnis nyokap gue yang ditipu orang. Tapi semenjak semester 4, nyokap juga uda rutin ngirim duit bulanan ke gue dan gue gak butuh-butuh banget duit dari kerjaan ini. Emang dasar gue aja yang matanya ijo kalo ngeliat duit makanya gue lanjut jadi waiter. Kemarin juga gue terima naik jadi staff karena gaji pokoknya naik, terus katanya tipnya lebih gede, terus gak secapek waiter.
"Sekarang mama uda mulai ngirim duit bulanan sih" Kata gue
"Kalau emang keuanganmu uda bagus, ya gak usah kerja lagi" Kata Rara
"Capek juga toh tiap hari pulang malam, paginya kuliah, wes berhenti ae" Lanjut Rara
"hemmmm" gue berpikir sejenak
"Tapi kan bagus kalau seandainya aku bisa mandiri, kuliah sambil kerja, mbiayain hidup dewe" Kata gue setengah jawa diakhir karena kebawa logat dari Rara
"Ra sah jowoan, ra pantes loh jek
" Gue malah diketawain Rara"
""Mandiri emang bagus, tapi apa orang tua mu ngirim kamu kesini buat kerja?"
"Bukan toh? Mereka ngirim kamu buat kuliah.. Buat belajar.."
"Yang orang tua mu pengen ngeliat itu kuliahmu lancar, bukannya kamu bisa dapat duit banyak untuk sekarang"
ceramah Rara ke gue
"Hemm
""Bisa cari duit sendiri itu bagus Jek, tapi harus ingat tujuan kamu kemari"
"Gelar sarjana toh? Banyak loh yang ngejar sarjana mati-matian"
Lanjut Rara menasehati gue
Bener juga sih apa yang dibilang Rara. Jauh-jauh gue merantau sampai ke tanah jauh diseberang untuk masuk universitas. Lagipula kalau ngeliat nilai semester 4 gue. Widih.. Hancur lebur.. Jauh dibanding tiga semester sebelumnya.
Kayaknya bener deh, gue harus fokus dikuliah gue dulu..
"Iya ya" Gue mengiyakan
"Kamu tuh uda beruntung bisa kuliah, jangan disia-siakan" Kata Rara
"Iya kakak ipar" Kata gue sambil menganggukkan kepala
"
" Rara melihat gue sejenak"
" Gue balas melihat Rara"Opo toh
" Rara tersipu malu"
" Gue ngakak karena pipi Rara meronaSepertinya memang gue harus mempertimbangkan untuk berhenti dari kerjaan ini. Kalau pun gue mau nyari kerja lagi entar, yang jelas bukan lagi kerjaan dijam yang tidak normal. Kantung mata gue uda hitam, tebal, dan sampai sekarang (saat ini), kantung mata gue gak pernah normal lagi, walaupun gue tidur tiga hari berturut-turut selama 24 jam.

Aduh...
Bang Din..
Cepatlah kau pulang!
Kalaupun gue berhenti kerja, tapi tetep sama aja, gue mesti bergadang buat antar jemput Rara.
Wahai orang tua,
dengarlah jeritan hati anak muda penerus bangsa ini..

jenggalasunyi dan 4 lainnya memberi reputasi
5
