- Beranda
- Stories from the Heart
Kelakuan Anak Kuliah
...
TS
pujangga1000
Kelakuan Anak Kuliah
Quote:
Quote:
Quote:
----------------------------------------------------------------------------------
========================================
pujangga1000
Diubah oleh pujangga1000 19-09-2016 03:37
yusrillllll dan 23 lainnya memberi reputasi
22
3.9M
7.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
pujangga1000
#5373
Unsympathetic toward 3
Malam ini gue habiskan dengan ngobrol bareng Iren ditelepon. Teleponan bareng doi selalu mengasyikkan buat gue. Walaupun sudah berulang kali gue lakukan, ditambah rutin tiap hari, tapi selalu saja menyenangkan. Candaannya, kebawelannya, intonasi suaranya, serta terkadang kepolosannya, semua terasa begitu indah buat gue. Siap membius gue..
Sampai-sampai gue lupa..
Rencana awal..
Harusnya gue berangkat gawe tadi
Jam 11 malam, kalo gue berangkat sekarang sih harusnya masih sempat. Toh gue bukan lagi waiter, gue uda naik pangkat. Boleh dibilang staff. Gue siap-siap ganti baju seragam biasa. Menaikkan jambul dengan gel pengeras rambut. Ambil jaket dan tas. Bruuummm...
Ehh ternyata bener, gue besok baru masuk gawe. Lagian Pak Eno hari ini juga gak masuk. Jadi gue gak bisa dibriefing soal posisi baru gue. Dengan berat hati, gue memacu motor balik lagi ke kostan. Ini sih namanya cari angin doank. Bolak balik jakal ke jamal itu mesti memutari ring road juga
***
"Ra, sudah didepan ya"
to Rara
Beberapa menit kemudian, Rara sudah terlihat berdiri sambil mengunci pintu rumahnya. Wah dandanannya hari ini berbeda dengan dandanannya kemarin. Hari ini dia lebih glamor dan memang sudah seharusnya seperti itu. Tuntutan pekerjaan...
Sayang sekali wanita secantik Rara harus terbelengu dengan pekerjaan seperti ini. Bukan hina ataupun rendah sih, namun dia harusnya bisa mendapatkan lebih daripada ini. Hanya mereka yang bisa menjudge dan terperangkap dibawah bayang-bayang "suci" yang akan berkomentar pekerjaan ini kotor. Dengan kacamata realistis, pekerjaan ini juga termasuk pekerjaan. Kalau tidak bisa membantu, tidak usah berkomentar
"Jek, uda lama nunggu?" Kata Rara sambil membenarkan posisi kursinya
"Gak nyampe 10 menit" jawab gue
"Kebiasaan.." Kata Rara
"
"
"Kalau ngomong, wajah orangnya ditatap" cetus Rara
"Ops, sori" kata gue menghadap Rara
"
"
Gue sedang sibuk memegang kendali stir. Mobil dengan tenaga pendorong roda belakang itu lebih sulit dikendalikan daripada mobil biasa dengan penggerak roda depan. Kalau stirnya tidak dikendalikan, mobilnya bisa belok-belok sendiri. Tapi mobil pendorong roda belakang memang lebih bertenaga sih, apalagi untuk urusan salip-salipan. Tenaganya kontan banget..
"Pacarmu orang mana Jek?" Tanya Rara memecah kesunyian
"Padang, kenapa Ra?" jawab gue
"Eh, sori gak bisa natap, bisa nabrak entar haha" kata gue tertawa garing
"Gpp, ohh, enak donk bisa makan rendang tiap hari?" Kata Rara
"Waduh gak tau deh dia bisa masak atau ngak" Kata gue
"Loh? Gimana toh? Pacarnya tapi gak tau tentang dia" Kata Rara
"
"
Gue agak aneh dengan komentar Rara barusan. Apa iya gue harus tau semua A-Z mengenai pacar gue? Gue rasa sih gak penting ya..
"Ya gak tau sampai sedetail itu donk Ra" Kata gue
"Terus yang kamu tau tentang dia apa?" Tanya Rara balik
"
"
Muncul lagi pertanyaan aneh selanjutnya. Apa yang gue tau tentang Iren? Banyak. Anak kedua dari dua bersaudara. Hobi nyanyi sama main piano. Merah adalah warna favoritenya. Dompetnya cukup mencolok karena memiliki warna seperti warna favoritenya. Pakai kalung salib dari perunggu yang dikasih sama orang tua baptisnya. Punya saudara sepupu yang pernah suka sama dia waktu kecil dulu dan diakuinya sebagai pacar pertamanya, tapi akhirnya putus juga karena masing-masing sudah sadar. Terus apa lagi? Terus apa yang harus gue jawab atas pertanyaan Rara?
"Hmm.."
"Dia agak lucu-lucu gimana gitu" Kata gue
Rara tertawa kecil mendengar jawaban gue
"Cocok lah ya yang penting?" Tanya Rara
"Ya gitu deh hehe" kata gue
Ngomong-ngomong suasana hati Rara sepertinya sedang baik. Boleh donk kalau gue bertanya sesuatu tentang dia dan bang Din?
"Ra, tanya donk" Kata gue
"Apa
"
"Sejak kapan jalan sama bang Din?
"
"
"
"Bahasa anak sekarang.. ckckck" Rara bergumam
"
"
Gue melihat sejenak ekspresi Rara.
Pipinya sedikit merona.
Mungkin karena menahan malu?
Bisa saja seperti itu..
"Ya gitu lah Ra, maksudnya nembaknya kapan gitu loh.. dor.. dor.. haha" Kata gue sambil memperagakan gerakan tangan membentuk pistol
Rara kembali tertawa kecil dengan ekspresi gue.
Namun pertanyaan gue tetap tidak dijawab olehnya..
"Kamu kan adiknya bang Din, tanya sendiri donk sama abang mu" Kata Rara
"Yaelah kalau abang pasti ngeles jawabnya.." kata gue
"haha" Rara kembali tertawa
"Jadi lebih baik aku tanya sama kamu" Lanjut gue
"Terus kenapa aku harus jawab?" Goda Rara
"
"
Lah ternyata sama aja ini laki bini jawabannya kompak pada ngeles. Apa susahnya sih ngomong sebulan yang lalu, tiga bulan yang lalu, atau berapa jangka waktu yang lalu. Heran deh..
"Ya tiba-tiba aja gitu kan..."
"... Sebulan yang lalu kayaknya gk ada tanda-tanda dari kalian.."
"... Eh ini aku balik malah uda jadian.."
".. Kan jadi penasaran dor dor nya kapan gitu loh"
Rara telihat tersenyum lagi..
Kali ini gue juga menangkap rona merah dipipinya belum memudar..
Wah..
Adakah bang Din melakukan sesuatu yang romantis?
Sehingga Rara kembali mengingat momennya ketika bersama bang Din.
Gue gak bisa membayangkan bang Din berlutut sambil membawa bunga.
Gue juga gak bisa membayangkan kalimat romantis keluar dari mulutnya.
Sama sekali bukan Bang Din yang gue tau..
Tapi penasaran tetaplah jadi penasaran..
Rara tetap tidak menjawab pertanyaan gue..
"Eh gimana kerja praktek mu? Lancar?" Tanya Rara
"Lancar kok.." kata gue
"Dimana sih kemarin?" Tanya Rara lagi
...
Akhirnya kami malah ngobrol soal kerja praktek gue selama diperjalanan sampai ke tempat gawe. Obrolan santai aja sih cuman untuk mengisi waktu kosong.
Sampai-sampai gue lupa..
Rencana awal..
Harusnya gue berangkat gawe tadi

Jam 11 malam, kalo gue berangkat sekarang sih harusnya masih sempat. Toh gue bukan lagi waiter, gue uda naik pangkat. Boleh dibilang staff. Gue siap-siap ganti baju seragam biasa. Menaikkan jambul dengan gel pengeras rambut. Ambil jaket dan tas. Bruuummm...
Ehh ternyata bener, gue besok baru masuk gawe. Lagian Pak Eno hari ini juga gak masuk. Jadi gue gak bisa dibriefing soal posisi baru gue. Dengan berat hati, gue memacu motor balik lagi ke kostan. Ini sih namanya cari angin doank. Bolak balik jakal ke jamal itu mesti memutari ring road juga

***
"Ra, sudah didepan ya"
to RaraBeberapa menit kemudian, Rara sudah terlihat berdiri sambil mengunci pintu rumahnya. Wah dandanannya hari ini berbeda dengan dandanannya kemarin. Hari ini dia lebih glamor dan memang sudah seharusnya seperti itu. Tuntutan pekerjaan...
Sayang sekali wanita secantik Rara harus terbelengu dengan pekerjaan seperti ini. Bukan hina ataupun rendah sih, namun dia harusnya bisa mendapatkan lebih daripada ini. Hanya mereka yang bisa menjudge dan terperangkap dibawah bayang-bayang "suci" yang akan berkomentar pekerjaan ini kotor. Dengan kacamata realistis, pekerjaan ini juga termasuk pekerjaan. Kalau tidak bisa membantu, tidak usah berkomentar

"Jek, uda lama nunggu?" Kata Rara sambil membenarkan posisi kursinya
"Gak nyampe 10 menit" jawab gue
"Kebiasaan.." Kata Rara
"
""Kalau ngomong, wajah orangnya ditatap" cetus Rara
"Ops, sori" kata gue menghadap Rara
"
"Gue sedang sibuk memegang kendali stir. Mobil dengan tenaga pendorong roda belakang itu lebih sulit dikendalikan daripada mobil biasa dengan penggerak roda depan. Kalau stirnya tidak dikendalikan, mobilnya bisa belok-belok sendiri. Tapi mobil pendorong roda belakang memang lebih bertenaga sih, apalagi untuk urusan salip-salipan. Tenaganya kontan banget..
"Pacarmu orang mana Jek?" Tanya Rara memecah kesunyian
"Padang, kenapa Ra?" jawab gue
"Eh, sori gak bisa natap, bisa nabrak entar haha" kata gue tertawa garing
"Gpp, ohh, enak donk bisa makan rendang tiap hari?" Kata Rara
"Waduh gak tau deh dia bisa masak atau ngak" Kata gue
"Loh? Gimana toh? Pacarnya tapi gak tau tentang dia" Kata Rara
"
"Gue agak aneh dengan komentar Rara barusan. Apa iya gue harus tau semua A-Z mengenai pacar gue? Gue rasa sih gak penting ya..
"Ya gak tau sampai sedetail itu donk Ra" Kata gue
"Terus yang kamu tau tentang dia apa?" Tanya Rara balik
"
"Muncul lagi pertanyaan aneh selanjutnya. Apa yang gue tau tentang Iren? Banyak. Anak kedua dari dua bersaudara. Hobi nyanyi sama main piano. Merah adalah warna favoritenya. Dompetnya cukup mencolok karena memiliki warna seperti warna favoritenya. Pakai kalung salib dari perunggu yang dikasih sama orang tua baptisnya. Punya saudara sepupu yang pernah suka sama dia waktu kecil dulu dan diakuinya sebagai pacar pertamanya, tapi akhirnya putus juga karena masing-masing sudah sadar. Terus apa lagi? Terus apa yang harus gue jawab atas pertanyaan Rara?
"Hmm.."
"Dia agak lucu-lucu gimana gitu" Kata gue
Rara tertawa kecil mendengar jawaban gue
"Cocok lah ya yang penting?" Tanya Rara
"Ya gitu deh hehe" kata gue
Ngomong-ngomong suasana hati Rara sepertinya sedang baik. Boleh donk kalau gue bertanya sesuatu tentang dia dan bang Din?
"Ra, tanya donk" Kata gue
"Apa
""Sejak kapan jalan sama bang Din?
""
""Bahasa anak sekarang.. ckckck" Rara bergumam
"
"Gue melihat sejenak ekspresi Rara.
Pipinya sedikit merona.
Mungkin karena menahan malu?
Bisa saja seperti itu..
"Ya gitu lah Ra, maksudnya nembaknya kapan gitu loh.. dor.. dor.. haha" Kata gue sambil memperagakan gerakan tangan membentuk pistol
Rara kembali tertawa kecil dengan ekspresi gue.
Namun pertanyaan gue tetap tidak dijawab olehnya..
"Kamu kan adiknya bang Din, tanya sendiri donk sama abang mu" Kata Rara
"Yaelah kalau abang pasti ngeles jawabnya.." kata gue
"haha" Rara kembali tertawa
"Jadi lebih baik aku tanya sama kamu" Lanjut gue
"Terus kenapa aku harus jawab?" Goda Rara
"
"Lah ternyata sama aja ini laki bini jawabannya kompak pada ngeles. Apa susahnya sih ngomong sebulan yang lalu, tiga bulan yang lalu, atau berapa jangka waktu yang lalu. Heran deh..
"Ya tiba-tiba aja gitu kan..."
"... Sebulan yang lalu kayaknya gk ada tanda-tanda dari kalian.."
"... Eh ini aku balik malah uda jadian.."
".. Kan jadi penasaran dor dor nya kapan gitu loh"
Rara telihat tersenyum lagi..
Kali ini gue juga menangkap rona merah dipipinya belum memudar..
Wah..
Adakah bang Din melakukan sesuatu yang romantis?
Sehingga Rara kembali mengingat momennya ketika bersama bang Din.
Gue gak bisa membayangkan bang Din berlutut sambil membawa bunga.
Gue juga gak bisa membayangkan kalimat romantis keluar dari mulutnya.
Sama sekali bukan Bang Din yang gue tau..
Tapi penasaran tetaplah jadi penasaran..
Rara tetap tidak menjawab pertanyaan gue..
"Eh gimana kerja praktek mu? Lancar?" Tanya Rara
"Lancar kok.." kata gue
"Dimana sih kemarin?" Tanya Rara lagi
...
Akhirnya kami malah ngobrol soal kerja praktek gue selama diperjalanan sampai ke tempat gawe. Obrolan santai aja sih cuman untuk mengisi waktu kosong.
itkgid dan 4 lainnya memberi reputasi
5
