- Beranda
- Stories from the Heart
that's what friends are for
...
TS
kabelrol
that's what friends are for
Spoiler for pembuka:
Spoiler for sampul:
Pesan whatsapp itu datang begitu saja,
Quote:
Tangan gue masih perih karena kejadian di pagi kemarin itu, kalo dirasa, perihnya hati gue lebih kerasa ketimbang tinju yang ngga dipake 10 tahun lebih buat nonjok orang lagi. Meski gitu, gue tetep berkeinginan untuk bales pesan itu.
"Sini aja, Nae,"
"Oke, gue emang udah di jalan, sih. Paling sepuluh menit sampe di tempat lo,"
centang biru. Gue nyengir aja. Itu bocah emang belum berubah terlalu banyak, kecuali ada gelar dokter yang baru dia dapet di depan namanya. Gue lihat profil kontak whatsappnya. Nae beneran ngga berubah, tidak ada juga perubahan pada warna rambut. Gue berdiri, ngeliat kaca, dan nyisir rambut pake tangan. Gue ganti celana dan baju. Gue berantakan banget, untung Nae dateng. Kalo ngga, bisa sepuluh hari dalam kondisi bau gitu, gue masih betah
Bener aja, ngga lama, ada yang ngetok pintu di lantai bawah--ya, iyalah, kalo ngetoknya di pintu lantai atas, ngeri amat, sob 
"Assalamu'alaikum,"
suaranya, sih, Nae, yang menyeru salam di bawah. Gue balas salamnya sembari lari ke bawah. Gue sendiri lagi di rumah kali ini, semua orang lagi jaga toko di toko pojokan itu. Gue absen ke orang rumah gue ngga bisa partisipasi jaga toko beberapa hari ini. Alasan gue, sih, masuk angin. Padahal, mah, justru badan gue lagi 'kosong' banget. Air mata ngosongin badan gue banget. Tsaah~
"Masuk, Bu Dokter!"
"Gue udah masuk, Mbel. Buset, berantakan amat lo, Har?"
"Yah, begitulah," gue cuma tersenyum kecut. Gue ngga beralasan nyinyir seperti, gue mah bukan dokter, jadi ngga wajib selalu bersih--padahal mah emang dasarnya aja gue jorok

"mana Haruki?"
Aah.. akhirnya pertanyaan itu pecah juga, keluar.
"Duduk dulu, Nae. Mau minum apa?" dan akhirnya kita berbasa-basi sejenak. Gue jadi punya waktu untuk nyiapin kata terbaik apakah yang akan mewakili rentetan kejadian sejauh ini--sudah terlalu jauh

"Har, apa perlu gue tanya sekali lagi? Mana Haruki?"
dr.Nae sepertinya menangkap gejala ngga beres dari gue. Sebab, apdetan medsos gue waktu itu, terakhir soal gue sama Haruki EO-in kateringnya perkimpoian Widya (
)"Dia udah pulang, Nae"
"Gue ngga yakin, Har, kalo Haruki cuma sekadar 'pulang' aja. Pasti ada yang harus lo ceritain ke gue,"
Ternyata, waktu basa-basi dan ngambilin minuman barusan tadi ngga cukup ngasih waktu gue untuk cari kata terbaik untuk memulai percurhatan ini

"Yaah.. jadi gini nae...
Spoiler for sekilas cerita sebelumnya:
...gitu, Nae.."
mata dr. Nae terlihat simpatik mendengar kisah yang belibet barusan.
"Widya kimpoi?" --gue ngangguk.
"Haruki ....?" --gue ngangguk lagi.
"Lo ngenes banget, Har..," --gue tersenyum kecut, sembari ngangkat bahu. Nasib gue begini kali.
"Terus, sekarang lo mau gimana, Har?" --gue tersenyum kecut lagi, ngangkat bahu lagi. Gue masih bingung, lebih tepatnya kaget sih. Nae mendesah perlahan, dia gigit bibir bawahnya. Keknya Nae semacam gemes dengerin cerita gue.
"Gue tanya balik sama lo, Nae. Kalo lo di posisi gue, apa yang lo lakukan?"
"Gue bakal nyari Haruki sampe dapet, ngga perduli gimana,"
Jeder! seakan ada durian jatuh di ubun-ubun gue. Yap, jawabannya emang sesimpel itu, tapi tentu dengan banyak ganjelan.
"Untuk apa? Toh, dia udah ada Farhan. Farhan pasti bisa ngelindungi Haruki,"
"Muka lo! Lo percaya sama Farhan, heh? Bukannya lo tau gimana Farhan?"
Jeder lagi! gue teringat bagaimana Widya nyiram pake air kola Farhan dan Nurul--sahabatnya Widya sendiri, di malam itu, di depan muka gue sendiri. Tapi, gue masih berusaha membebal.
"Waktu itu masih cinta monyet, jaman SMA, sekarang udah berubah kali,"
"bodoh! Kalo gitu, pertanyaannya gue inverse, bukannya lo ngga tau gimana Farhan?"
Lagi-lagi jeder lagi! Ya, gue tau Farhan, justru karena itu gue harus khawatir. Ya, justru gue ngga tau gimana Farhan sebenernya, karena itu gue harus lebih-lebih khawatir banget.
"Har, kejar, Har!"
"Gue harus gimana?"
"Lo dateng wisuda dan sumpah dokter gue, ya. Sampe itu, gue bantu lo," terus Nae kasih tanda 'V' dengan jari dan jari tengahnya ke depan muka gue, "dua bulan, lo harus cari ongkos ke kampus gue selama waktu ini buat ngehadirin wisuda gue,"
"kampus lo itu... siang di kampus gue, malem di kampus lo, kan?"
Nae ngangguk, dengan mantap. Gue neguk ludah sendiri. Gue coba ngitung-ngitung.. pasti ongkosnya lebih mahal ketimbang waktu Haruki ngongkosin gue nemenin dia mudik ketemu saudara kembarnya di kampung halamannya itu.. Bukan, bukan di Ciracas...
Quote:
Polling
0 suara
siapa yang punya tujuan paling jujur?
Diubah oleh kabelrol 09-12-2015 00:47
bukhorigan dan 2 lainnya memberi reputasi
3
67.7K
320
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
kabelrol
#19
history
Gagang pintu itu begitu dingin.
Gue memegang gagang pintu yang dingin itu. Ngga terkunci. Di sepersekian detik itu, berkelebatan isi kamar Haruki. Gue dorong gagang pintu itu ke dalam, maka nampaklah kamar itu, kamar yang ngga terlalu jauh bentuknya sama kelebatan di sepersekian detik barusan. Anjir, gue 'kumat'?
"Kamar ini ngga diapa-apain, sejak Haruki terakhir disini," suara Ibu Haruki, baiklah, selanjuttnya mari di singkat jadi Buruki
, terdengar bergetar.
Gue diem di tengah ruangan yang ngga terlalu besar itu. Emang terlihat bukan kamar yang disiapkan untuk ditinggalkan, atau ditinggalkan dengan buru-buru. Ngga diberesin, masih ada tumpukan berantakan di beberapa tempat. Gue fokus sama beberapa pigura foto, yang isinya fotonya, mereka bertiga; Haruki, Novi, dan... Farhan. Di foto itu, yang keliatannya udah agak 2-3 tahun yang lalu itu, Haruki begitu cerah ceria bersinar. Ada semacam letupan di hati gue, sedikit rasanya, tapi sakit. Gue menghela napas pelan, mungkin ini yang mereka sebut cemburu.
"Boleh, Bu?" gue bertanya sopan, hendak melaksanakan niat barusan, dengan perjanjian, gue yang cowok ngga nyentuh lemari baju Haruki--itu tugasnya Nae sama Buruki
Buruki mengangguk. Gue beranjak ke depan meja belajar yang ada disana. Masih ada laptop Haruki disana. Ah, itu bagian terakhir aja. Gue buka lacinya, rapi, lho--anjir gue ngga fokus. Gue nemu gelang itu, gelang dari gue waktu abisan mudik dan lewat kota Jogja. Gue ngeliatin gelang itu, masih dia simpen lho. Yang punya gue aja udah ngga tau kemana.
"Masih suka dia pake, lho, sampe putus berkali-kali, disambung lagi. Belakangan habis lulus aja, dia suka lupa pake itu," Burukli senyum di belakang gue yang bengong habis buka lacinya. Buruki bener, di beberapa foto di pigura itu, ada gelang itu terlilit di pergelangan Haruki yang ikut kefoto. Gue tersenyum.
Gue beranjak duduk di kursi pasangan meja itu, gue buka laptop Haruki. Gue bertindak tanpa mikir dulu, mau ngapain sebenernya gue sama laptop itu. Ah, sebodolah. Untung, laptop Haruki ngga dikunci, gue bisa langsung akses datanya. Mata gue langsung nangkep folder 'foto'. Aah, gue pengen ngecengin temen sejurusan Haruki
, ets, jurusan arsitektur mah banyak cowok ya
? ngga jadi kalo gitu tujuan ngecengnya bhahahha. Ah, pasti ada foto Haruki sama temen-temennya yang mana tau cantik kan, minimal Novi. Anjir, fokus, Har, fokuuus.
Sementara itu, Buruki ditemenin Nae udah mulai ngoprek lemari baju Haruki. Ada folder 'kerjaan', 'kuliah', 'foto', 'selainnya'. Gue beneran buka folder 'foto' dulu
. dan mata gue langsung lihat folder 'SMA'
folder SMA
gue terdiam dulu. ada semacam letupan lagi di dada gue. gue klik folder itu, taunya isinya kimochi.3gp
eh, ngga ding 
iyak, ternyata pas gue SMA, muka gue alay (sekarang juga)
. Gue senyum geli ketahan. Anjir, anjir, ada juga masa ini ya? kata gue dalam hati. Anjir, anjir, foto ini masih di simpen aja. Begitulah, begitulah. Haruki simpen foto yang ngga gue sangka-sangka masih ada 
10 menit, gue keluar dari folder itu. Nostalgia mari kita tunda dulu, mari selidiki ada data apa yang bisa kita manfaatkan. Mata gue tertuju ke folder 'best friend'
gue terdiam dulu, ada semacam letupan lagi di dada gue. Gue klik dan masuk. Yaps, si Farhan dan Novi yang ada disana. Farhan
.
Dari foto yang gue temukan itu, semakin genap kesimpulan gue bahwa Farhan emang bermaksud deketin Novi tadinya. Ada foto yang fenomenal banget sob, menurut gue. Mereka bertiga main ke pantai, entah pantai mana. Farhan ngerangkul Novi, ah, standar, Har, ngerangkul doang. Yah, menurut gue agak fatal kalo ngerangkulnya pinggang. Dan foto dengan posisi itu lumayan ngejejer banyak ketika gue pencet keyboard arah kanan. Hmmmm. Kasian Haruki. SMA, gue tau Farhan selingkuhin Widya dengan Nurul yang sahabat Widya pas SMP. Hmmmm. ada letupan lagi di dada gue. Gue bertekad, ini anak mesti ketemu. Gue berpikir, ini aja foto yang dipunya Haruki. Kalo foto yang dipunya Farhan kek mana? foto ciuman sama Novi? Hmmmm...
Enek sama foto di folder ;best friend', gue ngga ngeliat ampe abis. Gue beranjak ke folder foto lain, dan ngga menemukan petunjuk disana. Gue buka folder 'kuliah',wih, Haruki masih nyimpen folder ini, gelagatnya ada sesuatu yang bisa gue temukan disini. Ngga rupanya, di folder itu, gue nemu folder 'semester 7', folder 'semester 6' ke bawah ngga ada. Dugaan gue, laptopnya baru lagi, atau udah dia apus. Gue coba buka folder yang ada. Gue temukan file dengan ekstensi yang ngga gue kenali. Pusing juga kerjaan si Haruki ini deh.
Gue keliling folder lainnya, dan gue ngga nemuin sesuatu tentang Novi, kecuali foto dan foto ngga bisa gue tanyain data diri tentang Novi. Ada sih data diri, tapi itu jurusan Haruki, sedangkan Haruki sama Novi beda jurusan. Gue menangkupkan muka gue ke meja. Gue berpikir, apa, ya, apa, ya. Aha!
"Bu, disini ada internet?"
"Ada wifi, Har,"
Gue lekas menekan browser. Gue liat historynya dulu. Untung aja Haruki yang lagi diselidiki, kalo gue yang diselidiki, pasti history gue udah ngga ada

gue scroll ke bawah, cuma artikel dan artikel. Wah, gue udah deg-degan aja, jangan-jangan, Haruki buka medsosnya dari HP-nya, kalo begitu, percuma aja. Dan ets, gue menemukan salah satu history medsos Haruki. Sebodo, gue langsung nge-klik. Ketika halamannya nge-load, gue berdoa, semoga belum di logout, dan Alhamdulillah! Belum! Medsos dengan layanan chat itu belum Haruki logout! Gue ketik pencarian dengan nama Novi di history chat. Ada! dan belum dihapus! Alhamdulillah. Jalan ini mulai terang! Yes! Gue langsung scroll chat ke atas, tanpa perhatiin dulu apa isinya. Gue berpikir kali ini, ini langkah yang bisa ngebukain jalan menuju Novi. Yes! Chat pertama 2010. Oke. Sekarang gue menuju profile settings medsosnya Haruki. Gue ngeliat email apa yang dia pake. Gue klik jasa penyedia email itu. Dan, Yes! belum di logout juga. Gue segera ngubah password medsos Haruki itu. Gue juga jaga-jaga, gue ubah email buat akun di medsos jadi email gue, di browser lain. Dan, gue berhasil nyolong satu medsos Haruki
. Ketika besok-besok pake chat di medsos ini, gue bisa tau. Ketika besok-besok, gue pengen dengan nikmat chat history sama Novi, gue bisa melakukannya di HP gue. Oke, ini kriminal ngga yah? 
Helaan nafas gue agak lebih enteng sekarang, seengganya, gue udah megang salah satu ekor. Meski gue agak khawatir juga, udah relatif jarang medsos yang ini dipake orang kekinian. Gue beranjak ke browser history. Oke, ngga ada lagi. Ah, gue kepikiran sesuatu. Kalo email di HP Haruki belum diganti, harusnya history di HP-nya punya koneksi ke komputer ini. Waw, jalan yang terang lagi! Alhamdulillah. Gue pengen bilang, ke Paruki (Bapak Haruki
) sama Buruki, boleh ngga kalo laptopnya buat gue
Tapi, dibanding nanti gue dipandang kepengin ngabisini harta beda Haruki, ngga jadi
Gue pun cuma mengonfirmasi ke Buruki kalo sering-sering liat browser history laptop Haruki. Barangkali, ada sesuatu disana. Kalo tadi gue liat, terakhir kali Haruki terlacak pake browser di HP-nya sekitar seminggu setelah gue nonjok Farhan di pagi itu.
Sebelum gue konfirmasi ke Buruki, gue hapus history itu dari laptop ini. Gue ngga sanggup semisal Buruki atau Paruki ngeliat history yang itu. Gue ngga tau, barangkali Buruki bisa semaput, barangkali Paruki bisa ngasah golok lagi. Artikel, ada beberapa, bahkan jejak dia nyari kata kunci yang dia cari di google itu begitu tercatat dengan rapi.
"makanan penggugur kandungan"
gue ngga bisa ngebiarin letupan di dada gue ini, pindah juga ke orang tua Haruki. Kasian Haruki, pasti Farhan yang pinjem HP Haruki terus nyari kata kunci itu
Quote:
Gue memegang gagang pintu yang dingin itu. Ngga terkunci. Di sepersekian detik itu, berkelebatan isi kamar Haruki. Gue dorong gagang pintu itu ke dalam, maka nampaklah kamar itu, kamar yang ngga terlalu jauh bentuknya sama kelebatan di sepersekian detik barusan. Anjir, gue 'kumat'?
****
"Kamar ini ngga diapa-apain, sejak Haruki terakhir disini," suara Ibu Haruki, baiklah, selanjuttnya mari di singkat jadi Buruki
, terdengar bergetar.Gue diem di tengah ruangan yang ngga terlalu besar itu. Emang terlihat bukan kamar yang disiapkan untuk ditinggalkan, atau ditinggalkan dengan buru-buru. Ngga diberesin, masih ada tumpukan berantakan di beberapa tempat. Gue fokus sama beberapa pigura foto, yang isinya fotonya, mereka bertiga; Haruki, Novi, dan... Farhan. Di foto itu, yang keliatannya udah agak 2-3 tahun yang lalu itu, Haruki begitu cerah ceria bersinar. Ada semacam letupan di hati gue, sedikit rasanya, tapi sakit. Gue menghela napas pelan, mungkin ini yang mereka sebut cemburu.
"Boleh, Bu?" gue bertanya sopan, hendak melaksanakan niat barusan, dengan perjanjian, gue yang cowok ngga nyentuh lemari baju Haruki--itu tugasnya Nae sama Buruki
Buruki mengangguk. Gue beranjak ke depan meja belajar yang ada disana. Masih ada laptop Haruki disana. Ah, itu bagian terakhir aja. Gue buka lacinya, rapi, lho--anjir gue ngga fokus. Gue nemu gelang itu, gelang dari gue waktu abisan mudik dan lewat kota Jogja. Gue ngeliatin gelang itu, masih dia simpen lho. Yang punya gue aja udah ngga tau kemana."Masih suka dia pake, lho, sampe putus berkali-kali, disambung lagi. Belakangan habis lulus aja, dia suka lupa pake itu," Burukli senyum di belakang gue yang bengong habis buka lacinya. Buruki bener, di beberapa foto di pigura itu, ada gelang itu terlilit di pergelangan Haruki yang ikut kefoto. Gue tersenyum.
Gue beranjak duduk di kursi pasangan meja itu, gue buka laptop Haruki. Gue bertindak tanpa mikir dulu, mau ngapain sebenernya gue sama laptop itu. Ah, sebodolah. Untung, laptop Haruki ngga dikunci, gue bisa langsung akses datanya. Mata gue langsung nangkep folder 'foto'. Aah, gue pengen ngecengin temen sejurusan Haruki
, ets, jurusan arsitektur mah banyak cowok ya
? ngga jadi kalo gitu tujuan ngecengnya bhahahha. Ah, pasti ada foto Haruki sama temen-temennya yang mana tau cantik kan, minimal Novi. Anjir, fokus, Har, fokuuus.
Sementara itu, Buruki ditemenin Nae udah mulai ngoprek lemari baju Haruki. Ada folder 'kerjaan', 'kuliah', 'foto', 'selainnya'. Gue beneran buka folder 'foto' dulu
. dan mata gue langsung lihat folder 'SMA'folder SMA
gue terdiam dulu. ada semacam letupan lagi di dada gue. gue klik folder itu, taunya isinya kimochi.3gp
eh, ngga ding 
iyak, ternyata pas gue SMA, muka gue alay (sekarang juga)
. Gue senyum geli ketahan. Anjir, anjir, ada juga masa ini ya? kata gue dalam hati. Anjir, anjir, foto ini masih di simpen aja. Begitulah, begitulah. Haruki simpen foto yang ngga gue sangka-sangka masih ada 
10 menit, gue keluar dari folder itu. Nostalgia mari kita tunda dulu, mari selidiki ada data apa yang bisa kita manfaatkan. Mata gue tertuju ke folder 'best friend'
gue terdiam dulu, ada semacam letupan lagi di dada gue. Gue klik dan masuk. Yaps, si Farhan dan Novi yang ada disana. Farhan
.Dari foto yang gue temukan itu, semakin genap kesimpulan gue bahwa Farhan emang bermaksud deketin Novi tadinya. Ada foto yang fenomenal banget sob, menurut gue. Mereka bertiga main ke pantai, entah pantai mana. Farhan ngerangkul Novi, ah, standar, Har, ngerangkul doang. Yah, menurut gue agak fatal kalo ngerangkulnya pinggang. Dan foto dengan posisi itu lumayan ngejejer banyak ketika gue pencet keyboard arah kanan. Hmmmm. Kasian Haruki. SMA, gue tau Farhan selingkuhin Widya dengan Nurul yang sahabat Widya pas SMP. Hmmmm. ada letupan lagi di dada gue. Gue bertekad, ini anak mesti ketemu. Gue berpikir, ini aja foto yang dipunya Haruki. Kalo foto yang dipunya Farhan kek mana? foto ciuman sama Novi? Hmmmm...
Enek sama foto di folder ;best friend', gue ngga ngeliat ampe abis. Gue beranjak ke folder foto lain, dan ngga menemukan petunjuk disana. Gue buka folder 'kuliah',wih, Haruki masih nyimpen folder ini, gelagatnya ada sesuatu yang bisa gue temukan disini. Ngga rupanya, di folder itu, gue nemu folder 'semester 7', folder 'semester 6' ke bawah ngga ada. Dugaan gue, laptopnya baru lagi, atau udah dia apus. Gue coba buka folder yang ada. Gue temukan file dengan ekstensi yang ngga gue kenali. Pusing juga kerjaan si Haruki ini deh.
Gue keliling folder lainnya, dan gue ngga nemuin sesuatu tentang Novi, kecuali foto dan foto ngga bisa gue tanyain data diri tentang Novi. Ada sih data diri, tapi itu jurusan Haruki, sedangkan Haruki sama Novi beda jurusan. Gue menangkupkan muka gue ke meja. Gue berpikir, apa, ya, apa, ya. Aha!
"Bu, disini ada internet?"
"Ada wifi, Har,"
Gue lekas menekan browser. Gue liat historynya dulu. Untung aja Haruki yang lagi diselidiki, kalo gue yang diselidiki, pasti history gue udah ngga ada

gue scroll ke bawah, cuma artikel dan artikel. Wah, gue udah deg-degan aja, jangan-jangan, Haruki buka medsosnya dari HP-nya, kalo begitu, percuma aja. Dan ets, gue menemukan salah satu history medsos Haruki. Sebodo, gue langsung nge-klik. Ketika halamannya nge-load, gue berdoa, semoga belum di logout, dan Alhamdulillah! Belum! Medsos dengan layanan chat itu belum Haruki logout! Gue ketik pencarian dengan nama Novi di history chat. Ada! dan belum dihapus! Alhamdulillah. Jalan ini mulai terang! Yes! Gue langsung scroll chat ke atas, tanpa perhatiin dulu apa isinya. Gue berpikir kali ini, ini langkah yang bisa ngebukain jalan menuju Novi. Yes! Chat pertama 2010. Oke. Sekarang gue menuju profile settings medsosnya Haruki. Gue ngeliat email apa yang dia pake. Gue klik jasa penyedia email itu. Dan, Yes! belum di logout juga. Gue segera ngubah password medsos Haruki itu. Gue juga jaga-jaga, gue ubah email buat akun di medsos jadi email gue, di browser lain. Dan, gue berhasil nyolong satu medsos Haruki
. Ketika besok-besok pake chat di medsos ini, gue bisa tau. Ketika besok-besok, gue pengen dengan nikmat chat history sama Novi, gue bisa melakukannya di HP gue. Oke, ini kriminal ngga yah? 
Helaan nafas gue agak lebih enteng sekarang, seengganya, gue udah megang salah satu ekor. Meski gue agak khawatir juga, udah relatif jarang medsos yang ini dipake orang kekinian. Gue beranjak ke browser history. Oke, ngga ada lagi. Ah, gue kepikiran sesuatu. Kalo email di HP Haruki belum diganti, harusnya history di HP-nya punya koneksi ke komputer ini. Waw, jalan yang terang lagi! Alhamdulillah. Gue pengen bilang, ke Paruki (Bapak Haruki
) sama Buruki, boleh ngga kalo laptopnya buat gue
Tapi, dibanding nanti gue dipandang kepengin ngabisini harta beda Haruki, ngga jadi
Gue pun cuma mengonfirmasi ke Buruki kalo sering-sering liat browser history laptop Haruki. Barangkali, ada sesuatu disana. Kalo tadi gue liat, terakhir kali Haruki terlacak pake browser di HP-nya sekitar seminggu setelah gue nonjok Farhan di pagi itu.Sebelum gue konfirmasi ke Buruki, gue hapus history itu dari laptop ini. Gue ngga sanggup semisal Buruki atau Paruki ngeliat history yang itu. Gue ngga tau, barangkali Buruki bisa semaput, barangkali Paruki bisa ngasah golok lagi. Artikel, ada beberapa, bahkan jejak dia nyari kata kunci yang dia cari di google itu begitu tercatat dengan rapi.
"makanan penggugur kandungan"
gue ngga bisa ngebiarin letupan di dada gue ini, pindah juga ke orang tua Haruki. Kasian Haruki, pasti Farhan yang pinjem HP Haruki terus nyari kata kunci itu
pulaukapok memberi reputasi
1
Tutup

zumpah, ane zuzur ngga nyangka bakal dapet sambutan sebegitu bagusnya 



, dan Bobi--gue ngga terlalu deket sama dia.
Maka, gue bicaralah...
), bener.